Video Lucah : Goyang Lepas Mandi - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah
Clik here to view.

Click To Watch
Video Lucah : Goyang Lepas Mandi - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah
Click To Watch
Koleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Bianca was turning 15 on Sunday and her mom was away interstate on business for a week as usual, probably fucking that lawyer down in Florida that daddy knew nothing about Bianca guessed. Bianca was tempted to tell daddy about it but thought it best not to intervene. She suspected that her parents had not had sex for months and she thought her daddy had been looking at her in an unusual way of late.
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Melayu-Boleh.Com - Gambar Bogel gambar awek melayu tengah main. Himpunan koleksi gambar awek melayu bogel lucah nakal. Tunjuk pepek dan puting tetek.
gamba lucah, awek melayu gambar, gambar janda main, gmbar lucah, gambar2 lucah, gamba awek, foto awek melayu tetek besar, gambar tgh main, gambar janda tengah main, www gambar lucah sex com, foto sex melayu style doggy, main awek, melayu seks gambar, www gambar blue/awek-bogel/gambar-tetek-besar html, gambar melayu main sex, gambar lucah threesome, awek main bogel, pukibudak, gambar tengah seks, awek melacap netVideo Lucah : Realla Pai Terkencit Awek Dia - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah
Koleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek
Video Lucah : Ayin Awek Cantik - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah
Video Lucah : Mona Gersang Abis - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah
Video Lucah : Red Pussy Bohsia Muda - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah
Koleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek
Aku saat itu masih tinggal di kota Klaten, dan masih SMA kelas satu. Aku mempunyai tetangga yang cukup baik dan cukup dekat dengan keluargaku pula. Sering aku main ke tempat tetanggaku yang kebetulan seorang dokter itu karena dia mempunyai anak yang masih kecil dan sering kuajak main-main kalau aku sedang suntuk menghadapi hari-hari yang panas di Klaten.
Istri Pak dokter itu lumayan cantik, dia berumur sekitar 22 tahun dan baru mempunyai 1 anak yang masih TK. Pada suatu hari kebetulan aku libur karena di sekolah sedang diadakan EBTA, aku ke rumah tetanggaku yang kebetulan suaminya saat itu sedang dinas luar. Suami tetanggaku itu sering keluar kota, karena dia sebagai dokter lapangan. Saat itu kujumpai anaknya yang sedang sibuk mau berangkat sekolah (TK), aku membantunya membereskan mainannya karena biasanya Tante Ana (nama istri dokter itu) mengepel lantai setelah anaknya pergi dan menjemput anaknya setelah jam 10:00 pagi.
Tanpa sengaja saat aku merapikan mainan anaknya, aku menemukan video XX, tentu saja aku kaget campur malu, karena kebetulan Tante Ana juga ada disitu dan aku memang masih belum nonton gituan.
Sambil deg-degan aku bilang, "Tante ini video apaan..? keliatannya nggak baek di liat sama anak kecil".
"Ah kamu Mon.. anak kecil kan belum bisa nyetel video.. bilang saja kamu pingin liat," jawabnya walaupun aku sering menunggu di rumahnya sementara dia mengantar anaknya ke TK tapi lumayan juga aku deg-degan akibat itu.
"Mon, Tante ngantar Adhe dulu ya.. tolong jaga rumah bentar," katanya sambil lalu.
Nggak kebayang deh, di ruang keluarganya ada video nganggur, dengan sedikit deg-degan aku mencoba menyetel kaset itu. Rasanya panas dingin deh.
Sial, tiba-tiba Tante Ana pulang, dan masuk lewat pintu belakang, ketahuan deh.
"Mon kamu lagi nonton RCTI? rasanya RCTI belum pernah nayangin film gituan?" tanyanya.
Bagai kesambar petir aku kaget, rasanya lututku tidak mau kompromi alias ndeprok.
"Mon.. kalau kamu mau nonton bilang dong, jangan di situ, di kamar Tante aja kan nggak enak kalau ada tetangga tahu kamu kayak gituan.."
"Iya Tante.." jawabku gemetar.
Kukeluarkan kaset itu, terus kupindahkan video ke kamar Tante Ana. Aku biasa bermain di kamar Tante Ana dengan anaknya yang masih TK itu. Begitu serius aku melihat film, tapi Tante Ana malah tertawa, "Mon.. Mon.. kamu kok culun banget padahal kamu udah SMA.. kamu udah pernah liat film kayak gitu?" tanya Tante Ana.
"Belum Tante," jawabku.
"Sudah pernah pacaran?" tanya dia lagi.
"Belum Tante," jawabku lagi.
"Wah kamu masih super bujang dong Mon.." kata Tante Ana sambil menutup pintu kamar.
"Sorry ya Mon, Tante mau ganti baju dulu," kata Tante Ana lagi.
Wah saat itu aku tambah deg-degan, soalnya di kamar cuma aku dan dia! Tiba-tiba dari belakang Tante Ana memegang pinggangku (saat itu aku duduk di pinggir ranjang). Wah Tante Ana cuma memakai BH dan CD!
Tan.. te..? kataku.
"Kamu mulai gagap, kenapa Mon.. biasanya kamu khan suka ndongeng Adhe," tanya Tante Ana sambil meraba tubuhku.
Rasanya aku seperti tersetrum tegangan tinggi 20 KV. Aku tidak bisa berkata apa-apa.
"Tante.. Tante..?" kataku.
"Apa Mon..?" jawabnya dengan halus.
"Mon kamu pernah onani?" tanya Tante Ana.
"Belum.. Tante.. cuma mimpi basah aja.." jawabku sambil gemetaran.
"Boleh Tante buka celanamu.." tanya Tante Ana sambil mulai membuka ritsluiting celanaku. Kemudian Tante Ana langsung memegang jimatku. Aduh kontan saja aku kaget, namun rasa yang aneh menyelimutiku.
Tante Ana dari belakangku mencium punggungku dan meremas kejantananku sambil sepertinya merangsang dirinya sendiri.
"Mon.. Om kan sering dinas luar.. sebenarnya Tante kesepian Mon," katanya.
"I.. Iya Tante.." jawabku sambil merasakan sesuatu yang belum pernah kurasakan.
"Mon.. Tante punya sesuatu.. kamu tiduran dulu ya.." kata Tante Ana mesra.
"Iya Tante.." jawabku sambil menuruti perintahnya.
Tanpa kusadari, aku merasakan sesuatu yang hangat menyelimuti diriku, rasa hangat tersebut berasal dari kejantananku yang diremas-remas dengan sangat halus. Kubuka mataku, ternyata Tante Ana telah membenamkan batang kemaluanku ke dalam liang senggamanya. Sambil menjerit lirih Tante Ana mengurut batang kemaluanku dengan miliknya.
Wajah Tante Ana mulai kelihatan merah tertahan. Sedetik kemudian kurasakan getaran yang aneh dan mengurut lebih keras batang nikmatku.
"Tante.. Mon rasanya ingin pipis.." kataku pada Tante Ana.
"Tahan Mon.. kamu nggak mungkin pipis.." jawabnya sambil terbata-bata.
Akhirnya ada sesuatu yang memancar melalui batang kemaluanku.
"Mon kamu.. akh.. ah.. ah.." Tante Ana sambil terbata mendekap erat tubuhku.
Sekarang rasanya kejantananku tidak begitu merasakan pijatan yang lembut. Kemudian Tante Ana melepaskan batang kejantananku dari miliknya.
"Mon.. kamu baru pertama ya.." bisik Tante Ana sambil tersenyum.
"Mon cium memek Tante ya.." kata Tante Ana.
Aku cuma bisa mengiyakan sambil rasanya kepala ini bingung. Kuikuti perintahnya, kuciumi dan ia meraih tanganku ke payudaranya. Karena aku baru pertama kali nonton apalagi beginian aku agak grogi juga. Namun akhirnya aku agak terbiasa. "Ah.. ah.. Monn.. Monn.. akh.." sepertinya Tante Ana baru merasakan orgasme setelah aku duluan tadi. Kemudian ia memeluk erat diriku, keras sekali. "Tante.. Tante.." aku mencoba mencium Tante Ana yang cantik karena aku sudah tidak kuat lagi. Batang kemaluanku telah mengeras kembali. Kupeluk Tante Ana dengan keras dan kuremas payudaranya dengan kuat.
"Tante.. tolong Tante.." desahku dengan nafas tersengal-sengal. "Mon.. kamu.. ka.. kamu suka..?" tanyanya sambil nafasnya mulai memburu lagi.
"Iya Tante.." balasku mesra.
Kemudian Tante Ana mendudukiku lagi. Karena tahu saya belum berpengalaman, maka dengan dengan dia berada di atasku, dia bisa mengontrol dirinya cuma mungkin agak capek. Kelihatan peluhnya mulai membanjiri tubuhnya, membuat aroma yang begitu khas yang membuatku bertambah hanyut.
Sepertinya aku saat ini pemenangnya, karena aku merasakan getaran yang lebat dengan denyutan yang sangat sensasional. Air tubuhnya membasahi sekitar kejantananku.
"Mon kamu sekarang di atas yah.. Tante capek.." kata Tante Ana sambil memeluk keras tidak mau lepas dari tubuhku. Kugulingkan pelan sambil kupagut bibirnya dalam-dalam karena aku hampir sampai dan tak ingin aku harus mulai dari awal lagi.
Dengan style konvensional (karena yang kutahu baru itu) aku mulai mencoba memaju-mundurkan batanganku untuk dibenamkan ke dalam liang senggama Tante Ana. Rasanya seperti patah pinggangku (karena jarang olah raga kali) Tapi semua terkalahkan dengan rasa yang menyelimuti diriku. Tante Ana sepertinya mulai terangsang lagi, kupeluk dengan kuat sambil kumainkan pinggulku, terus sambil aku berpagutan hingga terasa batang kejantananku berdenyut-denyut dan gesekan dari dinding kemaluan Tante Ana makin kuat.
"Tante.. Tante.. ugh.. " aku memaggut bibir Tante Ana.
"Mon.." jawabnya mesra.
"Akh.. oh.. oh.." dan makin kupagut bibir Tante Ana.
"Ihh.. ii.. ahh.." hanya kata-kata itu yang keluar dari bibir Tante Ana.
Ternyata kami mendapat orgasme bersamaan. Akhirnya kami terkulai lemas sambil kupeluk dan tetap kupagut bibirnya.
"Tante.. maafkan Momon.. Momon nggak bisa ngontrol," bisikku.
"Mon.. ini salah Tante.. Tante telah meregut perjakamu," katanya sambil mendesah.
"Mon.. maafkan Tante, namun kamu jangan kamu lakukan pada wanita lain, cukup kalau kamu ingin, Tante mau melayanimu sampai kapan pun, jangan karena Tante telah menghilangkan keperjakaanmu kamu membalas dendam pada yang lain," bisiknya.
"Mon.. Tante nggak menjebakmu.. Tante memang rela hanya untukmu.. Tante kesepian.." balasnya sambil sesenggukan.
"Tante.. Momon janji.." jawabku sambil memeluknya rapat.
Ternyata suaminya beberapa tahun kemudian serong karena dia terlalu jauh dari istri dan Tante Ana tidak mau dimadu, akhirnya mereka cerai. Aku pada saat itu telah selesai kuliah dan telah bekerja dan akhirnya aku memperistri Tante Ana walaupun umurku beda dengannya. Untung tak begitu jauh sehingga keluargaku menyetujui. Dia istri yang baik, dia seperti itu karena sudah tahu suaminya mulai serong dan dia menginginkan suatu kesetiaan. Dia tahu saya menyayangi anaknya, dia ingin saya selalu mendampinginya. Saat ini Adhe sudah punya adik yang cantik seperti ibunya buah cintaku dengan ibunya.
Koleksi gambar awek bogel, melayu bogel, tudung bogel, skodeng awek lucah, tayang tetek dan cipap
Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view.
Video Lucah : Anak Jiran Sebelah - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah
Koleksi gambar bogel, awek bogel, melayu lucah, gadis nakal, telanjang tetek
Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view.
Koleksi gambar awek bogel, melayu bogel, tudung bogel, skodeng awek lucah, tayang tetek dan cipap
Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view. Image may be NSFW.
Clik here to view.
Koleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek
Shafiq duduk termenung menghadap padang bola itu. Kini Murni semakin kerap berkunjung ke rumahnya. Dan dia juga sering ponteng ko-kurikulum. Bukan untuk belajar subjek sains mahupun matematik, tapi belajar subjek ERT (Ekonomi Rumah Tangga) walaupun tak mengikut sylibus yang ditetapkan.
“Jauh termenung, skema?” tegur Iskandar. Iskandar adalah permain mid-fielder pasukan bolasepak sekolahnya, maka sering berlatih bersama Shafiq yang merupakan striker kiri. Hanya Iskandar sahaja yang mesra dengan Shafiq di dalam pasukan itu.
“Tak ada apa laa,” Shafiq tersenyum.
“Woi, petang ni ‘projek’! Jangan lupa!” jerit Anas dari kantin sekolah. Sering Shafiq dengar Anas dan Iskandar membincangkan mengenai ‘projek’ yang asing istilahnya bagi Shafiq. Dia menyangka mungkin mereka ada tugasan bagi subjek Kemahiran Hidup, mana tahu? Iskandar melambai tangannya kembali pada Anas tanda setuju.
“Weit skema, apasal kau dah selalu monteng training sekarang?” tanya Iskandar.
“Ada hal sikit. Projek macam korang laa kot,” Iskandar tergelak kecil.
“Kau tau ke apa projek kitorang?”
“Tak tau! Study group?”
“Kah kah kah!” berderai tawaan Iskandar kali ni.
“Ni projek baik punya! Khas untuk kaum lelaki. Well, kaum perempuan pun leh join gak, tengok orangnya laa.”
“Projek apa?”
“Kau jangan cerita kat orang tau – kitorang petang-petang layan CD kat rumah aku. Mak bapak aku kerja, tak ada kat rumah.”
“Ooh… Movie apa?”
“Movie apa? Macam aku cakap laa. Khas untuk orang lelaki,” Shafiq masih kurang faham.
“Alaa, aku cerita kat kau pepanjang pun, bukan kau dapat tangkap. Baik kau balik rumah, sambung belajar Sains Bab 1!”
“Korang tengok VCD lucah?”
“Pembetulan sikit, brader. VCD Blue! Mana ada orang panggil VCD lucah sekarang.”
“Best ke?”
“Aik? Berminat?” Shafiq tersenyum. Sebelum ini, bukannya dia tak tahu kewujudan VCD lucah, cuma dia tak pernah berminat nak ambil tahu. Tapi kini, memandangkan dia sudahpun menceburi bidang ini, ingin juga dia lihat cara-cara orang lain bermain.
“Macam ni, aku try slow-talk dengan bebudak tu. Tengok macam mana. Kalau kow-team, kau join laa kitorang,” Shafiq tersenyum tanda setuju.
Petang itu Shafiq berjaya mendapat persetujuan rakan-rakannya untuk bersama melayan VCD lucah di rumah Iskandar. VCD disponsor oleh Anas, yang mana barulah Shafiq tahu, Anas adalah kaki blue yang tegar, langsung tak berakhlak punya mala’un. Rakan yang lain adalah Meor, penjaga gol, Alip, pemain pertahanan dan Ujang, juga pemain pertahanan tetapi dalam senarai reserved. Anas sendiri merupakan striker utama.
Dengan kekacakan yang dimiliki Anas, dia berjaya menambat hati Linda, gadis paling comel dalam sekolah itu. Dan Anas lah yang bertanggungjawab menjadikan Linda seorang bohsia. Dahulu Linda pernah menaruh hati pada Shafiq, tetapi tidak diendahkan. Sebaik sahaja dia beralih hati pada Anas, dia diperkenalkan dalam duniaseks bebas. Is. Meor, Alip dan Ujang sendiri pernah meratah Linda secara beramai-ramai setelah diarahkan Anas, di rumah Is beberapa minggu lepas, atas permintaan mereka yang ‘sangap pantat’. Sehingga kini, Linda telah ketagihan seks. Sesiapa saja yang bersiul padanya, akan diajaknya beromen. Tak kira hensem atau tidak, pancut awal atau lambat, hardcore atau softcore. Yang menariknya, tak perlu sediakan bayaran. Sediakan tempatnya sahaja. Yang penting ada batang, dia boleh orgasme. Juga boleh pancut dalam, kerana dia mengamalkan pil perancang. Dan Anas senang dengan situasi itu. Dia juga terkadang meniagakan Linda tanpa pengetahuan Linda sendiri. Ada yang sanggup membayar RM100 untuk semalam dengan awek Iblis Betinanya itu.
Shafiq agak terkejut mendengarkan pengakuan mereka. Tapi bagi dia sudah tiada apa yang mustahil dalam dunia. Ayahnya sendiri bersenggama dengan anak saudaranya! Apa lagi yang pelik? Tontonannya pada VCD lucah mengajarnya teknik-teknik baru perhubungan seks. Juga baru dia mengetahui kuluman lidah yang dia lakukan bersama Murni disebut sebagai french kiss. Dia gembira mendapat kawan-kawan baru. Yang mana dapat meningkatkan lagi pengetahuannya dalam arena seks bebas ini.
“Thank you, sir. Your room will be available for this weekend. We hope you will enjoy spending your time here,” suara gadis itu kedengaran di gagang telefon.
“No, thanks to you,” balas En Zul sambil tersenyum sinis. Gagang telefon diletakkan. Dia puas. Segala persediaan berjalan rapi. Hotel di Penang dah ditempah, dan semua plannya telah diuruskan. Dia tak sabar nak membawa Sara ke sana hujung minggu ini. Pastinya Sara akan menikmati satu pengalaman yang indah tak terucap di bibir.
“Ergh! Ergh! Erghhh!” Sara menahan dengan sepenuh tenaga. En. Zul kelihatan telahpun puas menyemburkan airnya buat kali ketiga dalam pantat Sara. Dia terbaring seketika, memandang siling, memandang lampu hiasan yang memberikan emosi romantik di bilik itu. Sudah lebih 9 jam mereka tiba di Penang. Sara kelihatan telah terkulai layu. Semenjak dua menjak ini, En. Zul memang sukar mencapai orgasmenya, membuatkan Sara terpaksa lebih memerah keringat berhempas pulas menahan henjutan tak berkesudahan En. Zul. Mujur juga En. Zul fit orangnya. Calang-calang orang pasti dah tewas setengah jalan. Bagaimanapun En. Zul tetap puas kali ini, dapat juga dia klimaks tiga kali.
En. Zul menoleh melihat Sara. Sudah pengsan lagi nampaknya. Entah mengapa Sara memang jenis yang kurang daya stamina. Walaupun sudah bermacam jenis jamu yang disediakan En. Zul, hasilnya tidak sebegitu memberangsangkan. Takpe laa, Ghafarkata dia ada barang ‘baik’. Dia akan minta anak saudara kesayangannya itucuba dulu, tengok macam mana. Yang dia tahu dia dah letih. Dari tengah malam drive kereta. Baru berehat beberapa jam sudahpun memulakan aktivitinya dengan Sara. Siapa tak letih? Jam sudah pun menunjukkan pukul 4 petang. Beransur-ansur dia melelapkan matanya.
Sara membuka kelopak matanya dengan payah sekali. Dilihatnya pak ngah sedang berdiri di pinggir katil, siap berpakaian sambil berbual di telefon. Hari telah gelap. Jam loceng menunjukkan pukul 9.30 malam.
“Okeh, room 263. Dah depan pintu karang miscall henset aku, okey?” ujar En. Zul perlahan. Sara mula membangkitkan dirinya yang masih bertelanjang di bawah selimut itu.
“Siapa tu, pak ngah?”
“Ada beberapa kenalan pak ngah nak jumpa kejap. Sara pergi mandi, okey sayang? Bersihkan badan elok-elok,” ucap En. Zul. Sara bangun malas sambil berbogel mencari tuala. Setelah dicapainya, segera dia masuk ke bilik air. Kawan pak ngah nak datang, takkan dia taknak bersihkan diri? Nanti nampak kurang elok pula pada mata mereka. Lagipun, jelas-jelas Sara bukanlah perempuan yang boleh dianggap-sangka sebagai isteri En. Zul. Nanti kalau ada syak wasangka timbul, nahas mereka.
Sara merendamkan diri di dalam bath tub itu. Teringat olehnya bagaimana En. Zul menggomol tubuhnya ketika dia sedang berendam di bath tub di rumah En. Zul. Sedangkan ketika itu Pn. Nora dan Shafiq ada di rumah. Mujur tak dihidu sesiapa. Seronok juga berhenjut di dalam air. Dengan bunyi kocakan yang berirama merdu, serta pantatnya yang setia memberikan denyutan keenakkan setiap kali batang pak ngahnya itu keluar masuk.
Dia mula meraba dan mengentel-gentel kelentitnya. Sesungguhnya Sara memang tekun memenuhi masa lapangnya menikmati keseronokan melancap. Tak cukup dengan itu, tiga jarinya pula dimasuk-keluarkan ke dalam alur lubang pantatnya. Berdecit-decit air berbunyi. Sambil menghayati khayalnya itu, dia teringat kembali pesanan pak ngah nya minggu lalu. Sara dikenakan perintah berkurung dalam bilik hotelnya dan tidak dibenarkan keluar sekiranya tidak menerima arahan langsung dari pak ngah nya. Tugas Sara, cumalah mengikut saja segala arahannya. Ini bermakna dia akan menjadi santapan maksimum oleh pak ngahnya, bila-bila masa saja pak ngahnya mahu. Yang anehnya, dia masih lagi setia mengangkang untuk pak ngah kesayangannya setiap kali pak ngah nya mahu melampiaskan nafsu. Dia sendiri kurang faham. Mungkin beginilah sifat wanita, sekali dah mencuba, selamanya ingin merasa. Pada fikiran Sara yang cetek itu, setiap wanita mempunyai sifat sepertinya, dahagakan air mani yang hangat berkubang dalam lubang pantatnya.
Sedang Sara semakin mencapai klimaks, terdengar olehnya suara orang berborak dan bergurau senda di luar pintu bilik airnya. Alamak, kawan pak ngah dah sampai ke? Bunyinya macam lebih dari dua atau tiga orang. Sara bangkit dan membalutkan tuala. Dia perlu segera berkemas, mana tahu kawan pak ngah nya pelawa makan di lobi, dan dia disuruh ikut. Dengan terkocoh-kocoh dia menuju ke pintu bilik air.
Enam pasang mata yang asing bagi Sara memerhatikan sekujur tubuhnya yang hanya berkembankan tuala itu, sebaik sahaja Sara keluar. Salah seorangnya wanita, kelihatan seperti wanita berkerjaya. Manakala dua lagi lelaki, seorang kelihatan seperti ‘mamak’ yang agak buncit dengan kemeja biru mudanya dan seluar slack hitam. Misainya sahaja membuatkan Sara teringat pada guru displin sekolahnya. Seorang lagi berbadan tegap dan berkulit cerah seiras En. Zul, tetapi wajahnya agak berkedut sedikit, memakai sepasang set pakaian macam nak pergi bermain golf.
“Sara, perkenalkan, ini En. Ghafar,” lelaki mamak itu menghulurkan tangannya, dan Sara kelihatan takut-takut untuk menyambutnya, tetapi demi menjaga adab, dia berjabat jua. “Ini, En. Sulaiman,” salam disambut lagi. “Panggil saya abang Man saja,” Sara menguntum senyum yang entahkan ikhlas entahkan tidak. “Dan yang ni pulak Pn. Hartini, panggil dia Kak Tini,”wanita nan seorang ini tampak lebih mesra dan lebih mudah dipercayai, membuatkan Sara tak segan-segan menyambut salam perkenalan.
“Ada cutting model laa, Zul,” ujar Ghafar pada En. Zul seraya menjeling pada susuk tubuh Sara. Mereka bergelak ketawa seketika. Sara segera menuju ke beg pakaiannya untuk menyalin baju.
“No, no, Sara. Pakai baju yang akak bawak ni,” pinta Hartini melihatkan Sara sedang mengambil baju persalinannya dalam bagasi beliau. Sara agak terkejut melihatkan baju yang Hartini hulurkan itu, merupakan baju tidur berfabrikkan satin berwarna pearl yang cukup jarang sekali. En. Zul memberikan pandangan tajam pada Sara membuatkan Sara tidak teragak-agak lagi menerima pemberian Kak Tini itu.
“Shall we start?” ujar Sulaiman.
“I don’t know. You guys just get here,” balas En. Zul.
“He’s doesn’t like to waste time. Last night, he use the entirely night fucking me. Luckily my hubby outstation, kalau tidak tak merasa,” balas Hartini.
“You so bad lah Mr. Ghafar. Always sending Mr. Maarof outstation,” celah En. Zul.
“What can I do? You guys yang nak sangat Tini for one whole night. Kalau sharing takpe laa jugak. Ini memasing nak sorang satu malam,†berderai lagi tawa mereka. Sara yang sedang menyalin baju diperhatikan anak mata nakal En. Ghafar. Menarik sungguh body anak muda ini, bisik hati kecil Ghafar.
Sebenarnya, Ghafar merupakan sleeping partner En. Zul dalam bisnes farmaseutikal yang dijalankan mereka. Di samping itu juga, mereka juga adalah sleeping partner ketika Ghafar mula-mula mencadangkan untuk menggoda adik ipar Ghafar, Hartini, yang bekerja sebagai setiausaha Ghafar. En. Maarof adalah adik bongsu Ghafar yang telah mendirikan rumah tangga selama dua tahun bersama Hartini. Alim orangnya, tak pernah tinggal sembahyang. Apabila Ghafar dan En. Zul sama-sama berpakat untuk meratah Hartini, persetubuhan 2 batang itu memberikan Hartini satu hobi baru, iaitu curang bersama abang ipar dan rakan sekerjanya. Peristiwa itu berlaku tahun lepas, akhirnya En. Zul mengambil keputusan untuk berhenti kerana kasihankan nasib En. Maarof yang lurus bendul itu.
Bagaimanapun semenjak En. Zul mendapat ‘daging’ baru ini, dan diceritakan pula pada Ghafar, akhirnya mereka bersetuju untuk membuat sex party. Ketika itulah En. Zul baru dikenalkan pada Sulaiman, akauntan di salah sebuah anak syarikat beliau, yang mana diberi tugas untuk memuaskan Hartini tatkala Ghafar sudah out, menggantikan posisi lama En. Zul. Sulaiman dipilih sendiri oleh Hartini setelah di ‘ujibakat’ 6 orang staf syarikat di Hadyaai, atas ehsan Ghafar sendiri. Sememangnya Ghafar yang sudah berusia 50-an itu bukanlah seorang ‘pemain’ yang hebat. Cuma kekayaan yang dimilikinya sahaja digunakan oleh orang sekeliling untuk mengajaknya bersekongkol di luar walhal isteri pertamanya baru berusia 35 tahun dan isteri keduanya 22 tahun. Kedua-duanya sama lawa, sama menggiurkan. Adat lelaki, memang tak mungkin puas dengan perempuan yang sama sahaja.
“Wait, wait. Remember about this girl’s ‘little’ problem that you keep whining about, Zul?” Zul memandang Ghafar tersenyum jahat.
“You bring it?”
“Of course, enough for her, and Tini too,” jawab Ghafar. Sebenarnya Ghafar memang terkenal dengan stok ubat-ubatan seks. Malah ubat yang diberikan pada Sara untuk memandulkannya juga merupakan pemberian Ghafar. Kali ini Ghafar membawa sejenis pil yang lebih bertenaga dari pil kuda. Stamina dan syahwat wanita boleh meningkat mendadak dengan hanya satu tablet. Memandangkan harganya yang sangat mahal, Ghafar hanya memberikan pada pasangan yang akan dia setubuhi, kerana itu En. Zul tak mampu membekalkan pada Sara sebelum ini.
Sara sudahpun selesai menyarungkan baju tidur yang seksi itu. Dia sepatah pun tak faham akan butir-butir perbualan mereka berempat tadi. Sememangnya, dalam banyak-banyak subjek, bahasa inggerislah merupakan kelemahannya yang utama. En. Zul menyerahkan pil itu pada Sara dah menyuruh Sara menelannya.
“Hello, good friend! Long time no see!” Hartini menyapa pil yang baru singgah di tangannya. Sudah lama dia tak perkena pil itu. Memang kesannya luar biasa!
“Sabar Tini, we need you to guide her first,” sampuk En. Zul. “Oh, I’m sorry. I almost forgot,” lantas Hartini menyimpan pil itu dalam laci kabinet. Hartini segera mendakap Sulaiman sambil membuat French Kiss. Sara, melihatkan adegan itu sudahpun dapat menjangka mengapa dia diminta memakai baju tidur.
Ghafar yang duduk di birai katil itu pun segera menarik tangan Sara untuk duduk di ribaannya. Tangan kasarnya memeluk erat perut ramping Sara. En. Zul mula melucutkan seluar dalam Hartini dari celahan skirt paras lutut yang dipakai Hartini malam itu. Kepalanya dimasukkan ke dalam skirt itu dalam keadaan mencangkung, lantas kedengaran dengusan dari Hartini yang masih lagi sedang berkucupan dengan Sulaiman. Sulaiman membuka blazer dan kemeja beropol yang dipakai Hartini. Terbonjol keluar dua bukit yang masih ditutup coli putih. Sulaiman segera mengajukan pula ciumannya di sekitar leher dan dada Hartini. “Ersk! Ah” terdengar keluhan syahwat Hartini.
Sara yang masih dipeluk itu mula merasakan tapak tangan En. Ghafar sedang merayap ke payudaranya. Sukar untuk dia stim memandangkan perfume minyak sapi yang dipakai Ghafar kurang menyelesakan hidungnya. Ghafar mula mencium-cium tengkuk Sara, di sebalik rambut ikal mayang paras bahu itu. Teringat oleh Ghafar bagaimana dia pertama kali menggomol Ira, isteri keduanya itu, sama getahnya seperti Sara.
Kepala En. Zul yang sedang bersembunyi di sebalik skirt Hartini itu sedang seronok menjilat-jilat kelentit Hartini. Hartini memang kemas orangnya, Bulu pantatnya dicukur rapi memberikan laluan mudah untuknya menjilat alur itu. Sulaiman yang sudah mula menggigit-gigit coli Hartini bertindak membuka zip skirtnya pula. Terlondeh ia ke bawah, meninggalkan Hartini cuma berbaju dalam. Coli Hartini dengan rakusnya direntap gigi perkasa Sulaiman. Walaupun Sulaiman sudah berusia pertengahan 40-an, namun keperkasaannya bukan kepalang. Kerana itu lah Hartini memilihnya dari anak-anak muda yang lain. Hartini sendiri baru berusia 26 tahun, tetapi berpengalaman semenjak umurnya 14 tahun lagi dalam bidang seks apabila abang tirinya mengajarnya erti keseronokan seorang wanita. Oleh itu dia memerlukan lelaki seperti Sulaiman untuk memuaskan kehendak batinnya.
Melihatkah Hartini sudah berbogel, Ghafar sudah tak tertahan lagi. Dia membaringkan Sara, sambil bibirnya mengucup-ngucup puting Sara dari luar baju. Habis basah bajunya terkena air liur En. Ghafar. Dia mula terhidu bau hanyir, yang berpunca dari En. Ghafar. Tak gosok gigi agaknya orang tua ni. Tak pun mesti kuat merokok, fikir Sara. Dia memalingkan mukanya pada pak ngah nya yang kelihatan masih khusyuk menjilat kelentit Kak Tini. Ingin rasanya dia melepaskan cengkaman En. Ghafar yang tak senonoh ini.
En. Zul melepaskan jilatannya, lalu mula meraba bontot dan tetek kiri Hartini dari belakang. Sementara Sulaiman melepaskan dakapannya dan menanggalkan kemeja berkolarnya, lalu membuka tali pinggang dan zip seluarnya. Walaupun memakai seluar dalam bersaiz medium lebih kurang, sudah jelas kelihatan terbonjol keluar batang Sulaiman. En. Zul sendiri agak terkejut dengan saiznya. Mungkin lebih besar dari sekadar 7½, fikirnya.
Ghafar bagaikan dah hilang kawalan. Baju tidur itu direntap dan dikoyak-koyakkannya. Seolah-olah tak pernah jumpa perempuan bertahun-tahun. Padahal baru petang tadi dia membantai tubuh Hartini. Sara semakin tak selesa dengan bau peluh yang dikeluarkah En. Ghafar. Tambahan pula, berat badannya menindih Sara membuatkan Sara sesak nafas, perlahan-lahan Sara cuba menepis gomolan En. Ghafar itu.
En. Zul menarik Hartini dari belakang dan merebahkan diri bersama di atas katil. Barulah dia tersedar akan ketidakselesaan Sara yang dilihatnya cuba menepis Ghafar. “Sara, ikut kehendak En. Ghafar!” bentak En. Zul. Sara mula melonglaikan dirinya, membiarkan perilaku En. Ghafar yang rakus itu. Hartini menoleh pada Sara. Rasa kasihan timbul di hatinya. Lantas, dia bangkit dari tilam lalu mengusap-ngusap rambut kesat Ghafar. Lantas mereka berkucupan. Dari menggomol Sara, En. Ghafar terus menerkam ke arah Hartini yang dalam keadaan bogel itu. Digomolnya sepuas hati, sekuat tenaga. Hartini kelihatan tenang membalas ciuman dan gomolan Ghafar itu. Sememangnya dia kenal Abang Ghafar. Setiap kali memulakan persetubuhan, pancutan pertama merupakan detik paling tak dapat dikawal oleh Ghafar. Hartini perlu membiarkan Ghafar terpancut dahulu, barulah ‘permainan’ dapat dijalankan dengan lancar.
Dengan tergopoh-gapah, Ghafar membuka zip seluarnya dan sepantas kilat ditujahnya ke dalam pantat Hartini. “Ah, ah, ah, ah, ah, ah,ah, ah, ah, ah,†terdengar bertalu-talu rintihan Kak Tini menerima henjutan agresif dai En. Ghafar. Tatkala Sara sedang memerhatikan mereka berdua, dia terasa kakinya dipegang seseorang. Alangkah terkejutnya dia melihat Abang Man dengan kote sepanjang 8 inci sedang bertenggek menunggu untuk merebahkan badannya.
“Zul, boleh?” Sulaiman meminta kebenaran. “Sila, sila, Tambah nasik” mendengarkan lampu hijau itu, Sulaiman segera berbaring atas Sara sambil batangnya digesel-geselkan di alur pantat Sara. “Argghhhh” Sara mengerang kesedapan. Sementara itu Ghafar telahpun terpancut dalam rahim Hartini. Hartini sebelum ini pernah mengandung 2 kali, tidak diketahui siapa ayahnya. Tapi oleh kerana aktiviti seks yang kerap, janinnya gugur. Mujur doktor tak menceritakan hal ini pada Abang Arof. Kalau tidak entah musibah apa yang berlaku. Yang dia sampaikan, cuma, “Dah takde rezeki, bang.”
Ghafar menarik kepala En. Zul untuk berbisik, “Memang kebal sungguh laa budak tu. Tak dikasinya aku nak memantat? Nak bagi makan pil apa lagi laa aku pun tak tahu,” seloroh Ghafar membuatkan En. Zul tersenyum kecil. Ghafar terbaring meniarap di sebelah Hartini menikmati orgasmenya. Hartini yang masih tercungap-cungap segera bangkit dan menerkam En. Zul.
“Abang, dah lama Tini rindu kat abang tau,” seraya bibir Abang Zul dikucupnya. Sememangnya sebelum kehadiran Sulaiman, En. Zul sajalah yang boleh diharap untuk memuaskan nafsunya dengan batang sepanjang 7½ inci. Entah kenapa tiba-tiba satu ketika dulu Abang Zul sudah kelihatan tak berminat padanya. En. Zul membalas kucupan Hartini dengan rakusnya. Hartini membuka butang kemeja En. Zul satu persatu. Kelihatan dada kekar yang satu ketika dulu menjadi jamahannya setiap hari. Walaupun kesempitan masa, En. Zul pasti membawa Tini ke dalam ofisnya dan memintanya melakukan ‘instant service’. Ketika itulah dada ini menjadi santapan tetap Hartini. Tali pinggang pula dibuka, lalu zip seluar En. Zul. Dia melorotkan seluar itu, dan kelihatanlah batang yang pernah menikam pantatnya dulu.
Mulut Sara dikucup Sulaiman bagi mengurangkan bunyi bising yang dilakukannya. Tangan kirinya yang kekar dan kasar itu menggomol sebelah tetek Sara yang sudah mengeras. Manakala sebelah lagi digunakan untuk merangkul kepala Sara bagi kepuasan french kiss yang maksimum. Batang yang tadi cuma ber’kawad’ di luar pagar, mula menunjukkan tanda-tanda ingin masuk. Sara mula cuak. Walaupun saiznya lebih kurang sama dengan pak ngahnya, tetapi batang Abang Man ini gemuk, padat. Bimbang Sara memuncak takutkan pantatnya yang kecil itu tak dapat menerima batang Abang Man.
En. Zul kini sudah berbogel habis, dan batangnya masih setia dikulum Tini, yang dimulai sebentar tadi. “Sssskk, ah, sssk, ah,” sekejap kulum, sekejap lancap laju-laju, begitulah gerakan Hartini yang membuatkan En. Zul tak putus-putus mengeluh. Hartini membaringkan En. Zul dan mula bercelapak tepat-tepat pantatnya dihalakan ke batang kote En. Zul. Ditekan pantatnya itu perlahan-lahan, menikmati setiap sentuhan kulit zakar En. Zul bertemu dengan dinding farajnya. Setelah ditekan habis, dia memulakan henjutannya yang semakin laju. Tak sampai seminit, terhambur air mani En. Zul dalam farajnya itu.
“Second round?” Hartini memandang En. Zul sambil tersenyum nakal. TING! TING! En. Zul mengetuk gelas kaca menggunakan sudu di kabinet birai katil itu. Hartini tersenyum melihat respon nakal En. Zul, lalu meneruskan kembali henjutannya.
Kepala batang Sulaiman mula menguak pintu faraj Sara. Dia tahu gadis semuda ini memang pantatnya kecil, berdasarkan saiz badannya. Maka dia tak ingin nak berlembut, takut kesakitan yang dirasakan Sara berlarutan lama. Lantas dengan sekuat tenaga ditujahnya lubang pantat Sara itu. “ARGHHHHHHH!!!!!!” Sara menjerit kepedihan sekaligus membangkitkan Ghafar yang sedang terbaring. Sekuat hati juga, tanpa belas kasihan, Sulaiman menyorong tarik batangnya selaju mungkin. Dasarnya tak begitu dalam, cuma 2/3 sahaja yang dapat masuk. Tetapi kemutan dan denyutannya yang membuatkan Sulaiman tak tahan. Teringin pula dia menjamah tubuh anak saudaranya di kampung yang sebaya dengan Sara itu. Pompaan demi pompaan dilakukan, dan Sara kelihatan benar-benar menderita.
Tersemburlah air mani yang melimpah-limpah dari zakar Sulaiman, memenuhi segenap pelusuk lubang Sara. Hangat dirasakan, cuma, persetubuhan kali ini yang berlangsung sekitar 1 minit tak sempat memberikan Sara kepuasan. Pedih saja yang ada. Sulaiman mencabut keluar batangnya, lalu bakinya dilancapkan keluar menitis di perut Sara. Dia bergerak sebentar ke jendela, sambil melepaskan lelah. Lalu dia memalingkan semula mukanya ke arah mereka berempat di atas katil.
“Hey, Tini, got room for another one?” En. Zul terkebil melihat Sulaiman. Hebat!
“Come, jangan malu, jangan segan,” pelawa En. Zul. Hartini bagaikan sudah hilang pendengaran, melayan pergerakan batang En. Zul dalam lubangnya. Sulaiman meninggalkan Sara yang masih terpinga-pinga menahan pedih di pantatnya. Sulaiman segera mengambil posisi di belakang Hartini untuk mencari lubang bontotnya. Bontot Hartini ditonggekkan untuk memudahkan laluan bagi Sulaiman. Setelah batang mereka sama-sama berada dalam celah kangkang Hartini, kedua-duanya kelihatan bertanding kelajuan pompaan. Dan sudah tentulah Sulaiman lebih mendahului kerana posisinya itu. Gerakan konsisten mereka itu membuatkan Hartini hilang punca, sehingga terjuling mata dibuatnya. Hangat, pedih, panas, sedap, segala macam rasa menular di kepalanya ketika ini.
Ghafar yang telah kembali bertenaga memerhatikan Sara yang longlai. Dia memaut tangan Sara dan menariknya ke kepala katil, membuatkan Sara sedikit terkejut. Sara diletakkan dalam posisi duduk, dan celah kangkangnya dibuka luas. Ghafar mula menanggal pakaian yang masih melekat pada badannya dari tadi. Sebaik sahaja Ghafar melorotkan seluarnya, Sara sekali lagi menggigil ketakutan. Kote En. Ghafar sepanjang 10 inci! Macam manalah dia tak sedar tatkala melihat En. Ghafar menghenyak Kak Tini tadi?
Memang kotenya itu lah yang menjadi kebanggaan Ghafar selama ini, walaupun bukan original. Sudah banyak wang habis dilaburkan untuk mencari segala macam ubat, segala macam alat bagi tujuan membesarkan kotenya. Dan kini dia berbangga. Walaupun batang sebesar itu milik Ghafar, mereka yang pernah dijoloknya terutama Hartini masih kurang berpuashati berikutan kekurangan stamina dan kevariasian (kepelbagaian) posisi yang ada pada Ghafar.
Sara berasa lemah seluruh anggotanya. Adakah pantatnya sekali lagi akan dirodok tanpa sebarang belas kasihan? Dia bagaikan putus nyawa. Ghafar terus mengucup ganas bibir kecil Sara sambil memain-mainkan batangnya di alur pantat Sara. Sara pasrah. Biar je laa apa pun yang berlaku. Ketika Tini sibuk dipompa, dia sempat menarik kepala Abang Ghafar yang berdekatan dengannya, lalu membuat French Kiss. Dia dapat merasakan mereka akan terpancut serentak. Pasti hangat lubang-lubang sajiannya itu. Sara berasa sungguh letih sekali. Nadi-nadinya terasa seolah telah ‘shut down’. Perlahan-lahan dia menutupkan matanya.
Ghafar masih lagi menikmati kuluman lidah Tini. Tiba-tiba dirasakannya kepala kotenya disentuh sesuatu. Dia melihat pada batangnya. Lalu dia mendongak. Sara sedang merapatkan muncung pantatnya pada kote Ghafar. Mata Sara kelihatan terbeliak, seolah dirasuk hantu, sambil merenung tajam mata En. Ghafar. Lantasnya tangannya menolak En. Ghafar sehingga jatuh terbaring. Dengan rakusnya dia mengucup mulut En. Ghafar sambil menyedut-nyedut lidah dan air liur En. Ghafar. Pantatnya ditekan sekuat hati pada batang En. Ghafar yang super besar itu. Sehingga ke dasar, Sara masih lagi berusaha menekan sekuat hati membuatkan kepala kote Ghafar berasa nyilu.
En. Zul yang sudah pun terpancut, terkejut melihat reaksi luarbiasa Sara itu. Sulaiman masih lagi belum sampai. En. Zul memandang muka Tini, lalu Tini berkata, “Dah masuk urat!” mereka tersenyum gembira. Sara menarik semula keluar batang En. Ghafar, dan mengulangnya sekali lagi. Setiap kali itu jugalah Ghafar terasa nyilu. Raut wajah Sara kini langsung tidak dapat dibaca mereka. Kelihatan seperti marah, sakit, dan sedap pada masa yang sama. Yang paling mengejutkan mulutnya yang menyeringai bagaikan singa yang lapar. Tak disangka sama sekali oleh Ghafar pil yang dibawanya mampu memberi efek sebegini ganas.
Sulaiman terpancut dan terduduk di lantai bilik. Hartini menikmati cecair hangat yang memenuhi ruang lubang-lubangnya itu. Sara pula, dari gerakan perlahan, kini telah menjadi agresif menambahkan kelajuan henjutannya. Berdenyut-denyut kote Ghafar pedih dirasakan. Agaknya beginilah perasaan Sara ketika di tujah Sulaiman tadi. Sara terus-terusan menyambung kembali kucupan pada mulut En Ghafar.
“Sara nak lagi, ergh, Sara nak lagi, muahh, lagi, lagi, bagi sampai habis. SARA NAK LAGI!!!” teriaknya seraya memaksimumkan kelajuan henjutan. Kote Ghafar terasa panas disaluti cecair Sara yang melimpah-limpah keluar. En. Zul pun tak pernah melihat air Sara sebegini banyak. Akhirnya Ghafar terpaksa mengalah, terpancut juga dia dibuatnya. Dia mengeluh kepenatan. Sara bangun berdiri lalu membelakangkan badannya dan menghempap perut buncit En. Ghafar.
“Lagi, lagi, nak lagi!” Sara segera memacu kote Ghafar yang kian kendur itu kembali ke farajnya. Ini adalah posisi yang paling disukai Sara, kerana terasa batang kote mencarik-carik dinding farajnya.
“Oh my god! This is it! This is it!” ucap Tini yang masih berbaring atas En. Zul membiarkan kotenya terendam di situ. En. Zul segera mengeluarkan batangnya. Ghafar sudah faham. Dia mengalihkan pula batangnya ke arah lubang bontot Sara. Padat! Sara bagaikan tidak peduli, ditekannya pula lubang bontotnya agar En. Ghafar berjaya tembus masuk. Pedih kote Ghafar rasakan, seolah-olah telah tersepit di situ. Namun Sara masih mahu melampiaskan nafsunya yang tiba entah dari mana itu, lantas mengayak-ayak punggungnya turun naik.
En. Zul cuba memasukkan batangnya ke dalam pantat Sara, tetapi gagal. Terlalu kendur. Dia melancapkannya sehebat mungkin, masih tak ketemu sinarnya. Hartini yang menyedari fenomena itu, lantas menarik En. Zul memeluknya. Dengan mudah sekali batang En. Zul meluncur masuk dalam lubang pantatnya. Sekali lagi, Tini menghenjut En. Zul, tetapi kali ini sepantas yang boleh. Seketika kemudian baru terasa batangnya kembali mengeras seperti biasa.
Tetapi Sulaiman awal-awal telah mengambil kedudukannya. Ditekapkan batangnya ke muara Sara. Hartini segera memainkan peranannya. Dia merangkul kepala Sara lalu mencium mulutnya. “Sabar sayang, mmuahh. Sayang boleh, sayang, mmuahh,” Hartini terus-terusan mencium bibir Sara. Untuk mereka yang bersaiz badan seperti Sara, posisi Sandwich merupakan posisi yang paling sukar, apatah lagi lubangnya diisi zakar besar milik Sulaiman dan Ghafar.
En. Zul tak berpuas hati. Dia juga ingin mengambil bahagian! Batangnya diusap-usap di celahan tetek kecil yang mengkar dan mengeras maksimum milik Sara. Sebaik sahaja Sulaiman memajukan kotenya masuk ke dalam, Sara lebih ganas mencium dan menggigit-gigit bibir Kak Tini. Kepala Kak Tini dirangkul kemas kedua belah tangan Sara seolah-olah tak mahu membiarkan ia pergi. Tini mula rasa kelemasan. Ditariknya sekuat hati kepalanya, agar dapat melepaskan cengkaman Sara itu.
“Jolok lagi! Jolok! Jolok laju-laju!!!” Teriak Sara sebaik kucupannya dengan Kak Tini terlerai.
“Pak ngah, meh sini, meh sini,” Sara segera menarik batang kote pak ngahnya ke rongga mulutnya. Bimbang juga dibuat En. Zul. Mana tahu, karang Sara gigit kote dia sampai putus, mau nya tak naya? Tetapi rupanya Sara mengulum kote pak ngahnya dengan begitu lembut sekali. Malah satu ketika, dia menghisap kuat-kuat sehingga berdecit-decit bunyi mulut Sara, membuatkan En. Zul bagai hilang keseimbangan dan hampir-hampir terjelepuk jatuh. Hartini menyambung tugasnya menggantikan En. Zul untuk mengulum puting Sara. Tangan kanan Sara sempat pula mencari biji kelentit Kak Tini dan menggentelnya.
“Ahh, pandainya Sarah! Naughty girl, naughty girl,” Tini mengeluh sendirian melayan nikmat biji mutiaranya itu.
Nah! Mulut Sara mengulum kote En. Zul, tangannya menggentel kelentit Kak Tini. Putingnya dikulum. Pantatnya ditujah batang 8 inci, bontotnya pula 10 inci. Inilah gambaran sebenar yang dirancang En. Zul dan Ghafar. Terlaksana sudah plan King Of Iblis mereka. Tak sia-sia En. Zul meminta Ghafar membawakan pil ‘kuda kaki lapan’ itu. Jika tidak tak mungkin mereka melihat Sara sendiri yang mengerakkan pinggulnya turun naik seperti sekarang.
Seketika kemudian Ghafar mengalah tanpa sempat terpancut. Dia terjelepuk baring di lantai. Dia sudah tua. Sudah tak berkuasa lagi nak beraksi upacara kegemarannya itu. Tambahan pula lawannya orang muda seperti Sara, yang dah dirasuk pil ribuan ringgit hasil tajaannya itu. En. Zul pula mengambil alih posisi beliau, sementara Kak Tini mengangkang di atas mulut Sara, memberi peluang Sara mengulum kelentit Kak Tini. Meleleh-leleh air orgasme Kak Tini keluar membasahi rongga tekak Sara. Sulaiman pula sudah dua kali terpancut dalam pantat Sara, sekaligus terus mengalah. Tak lama kemudian, giliran En. Zul pula.
Tatkala mereka terdampar lesu, Sara mengerjakan tubuh Kak Tini. Digomolnya, diciumnya, digeselkan kelentitnya pada pantat Kak Tini. Hartini sudah mengalah. Dia melonglaikan sahaja tubuhnya untuk dijamu Sara. Selesai dengan Kak Tini, Sara pergi ke Abang Man pula. Begitulah bergilir-gilir. Pantang ada yang bukak mata, atau bergerak sedikit, pasti diterkam Sara. Ia berterusan 4 jam non-stop. Tatkala jam hampir 3 pagi, Sara membersihkan diri. Dia menyeluk poket seluar pak ngahnya lalu mengambil wang RM200. Segera dia turun ke lobi untuk supper. Kali ini dia makan mengalahkan jamuan 5 orang, bagi menggantikan semula tenaga dan kelaparannya akibat tertinggal makan malam.
Esoknya, semua bangkit dari tidur dalam keadaan lemah. Sara masih lagi terbaring berselimut. Mereka makan tengah hari tanpanya, dan berhasrat menyambung party itu lagi petang ini, sebelum berangkat pulang ke KL senja nanti. Setibanya di bilik hotel, mereka melihat Sara sedang khusyuk menonton siaran kabel. Tatkala ‘permainan’ baru hendak dimulakan, Hartini mencari pilnya yang tak sempat ditelan semalam.
“Eh, Sara, nampak pil Kak Tini tak?” dan Sara membalas pertanyaan itu sambil senyum menyeringai! Petang itu sekali lagi mereka berempat bertarung dengan Sara, cuma kali ini, Hartini, Sulaiman dan En. Zul tamnpak bertenaga sedikit untuk melawan.
Dan kesan pil itu memang lambat hilang. Malah, dalam perjalanan pulang pun, En Zul terpaksa berhenti 5 kali untuk memuaskan nafsu buas Sarah. Membuatkan mereka tiba di rumah pukul 3.30 pagi.
Cerita lucah pil perangsang, cerita lucah pil, cerita sex bebas melayu, cerita lucah hardcore, cerita lucah pengsan, cerita lucah ubat, cerita ubat perangsang, cerita lucah ponteng, cerita lucah pil peransang, cerita lucah bebas, syafiq lucah, cerita ubat peransang, CERITA SEX PIL PERANGSANG, cerita sek kak tini, cerita rogol guna ubat pengsan, cerita memantat ganas, kisah lucah pil, pak lucah, cerita lucah vcd, cerita pil perangsangVideo Lucah : Siswi Cari Makan - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Melayu-Boleh.Com - Gambar Bogel pepek awek melayu. Himpunan koleksi gambar awek melayu bogel lucah nakal. Tunjuk pepek dan puting tetek.
janda gian, awek gian, awek gian sex, janda gian batang, awek cun gian sex, janda gila batang, wanita gian, gadis gila konek, awek bogel pepek, janda gian konek, gambar seks melayu asia, gian konek, gila btg, foto janda bogil gila batang, video janda gila konek, gambar cewek melayu bogel nampak pepek, gambar janda gian batang, awek gian konek, gadis gila batang, awek gian batang sexKoleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Peristiwa ini berlaku semasa aku masih menuntut lagi.
pada ketika itu aku baru balik dari kuliah , semasa di perhentian
bas seorang lelaki yang kacak telah menegurku dan menyatakan hasrat
nya untuk berkenalan denganku . selepas itu dia pun mempelawaku
kesebuah restoran untuk minum. tanpa aku sedari dia telah memasukkan
pil khayal kedalam minumanku selepas itu aku tidak sedar apa apa.
apabila aku tersedar sahaja aku sudah berada di atas sebuah katil
didalam sebuah bilik dalam keadaan tanpa seurat benang pun yang
membalut tubuhku . di tepi ku terdapat sebuah pita video,
pita video apa ni , rungutku sendiri. lalu aku pun memasukkan pita
video itu kedalam perakan video yang tersedia ada didalam bilek tsbt.
alangkah terperanjatnya aku apabila melihat gadis yang terbaring
yang sedang diasak oleh seorang lelaki tanpa berpakaian.
tidak!!!jerit ku sambil menutup muka. aku hanya mampu melihat
lelaki itu menguli uli buah dadaku sambil menghisap. bukan itu saja
keseluruhan badanku diratah ratah seperti meratah makanan kesukaannya
lelaki itu menyusuri badan ku menuju ke bawah permukaan perutku
dikala itu kakikuu dikuakkannya sehingga ternampak rupa sebenar cipap ku
dan dijilatnya cipapku dengan ganas dan terjojollah daging kecil
yang berwarna merah dicipapku. setelah puas menikmati cipapku
lelaki tsbt terus memegang batangnya yang sudah lama tegang .
sebelum menembusi lubang cipapku tadi aku lihat di mengorek ngorek terlebih dahulu
cipapku lalu dibenamkan batangnya yang tegang itu kedalam cipapku
aku lihat lelaki itu benar benar puas. lelaki tua itu terus menghenyak
aku tanpa belas kasihan. lelaki tsbt menurun naikkan batang yang
sudah agak lama terbenam ke dalam lubang hikmatku. sudah agak lama
serentak dengan itu lelaki itu pun mengeluarkan batangnya dan memancutkan
cecair bewarna putih diatas perutku , ketika itu aku lihat batangnya yang tegang tadi
telah mula layu terkulai tidak bermaya.
bertuah betul lelaki itu dapat rezeki free di depan mata
kata hatiku dengan perasaan sedih.
Video Lucah : Sure Leleh Tengok Tetek Awek Ni - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah
Video Lucah : Malay Bohsia - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah