Quantcast
Channel: Melayu Boleh
Viewing all 6253 articles
Browse latest View live

Crazy wife – 4

$
0
0

Koleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek

Kali ini Helen kembali dengan tempat makanan si Remus anjing kami, lalu dengan santainya dia menaruh tempat makanan anjing itu di lantai dan dengan gaya yang sangat elegant dia menyalakan sebatang rokok, dan perlahan dia berjongkok tepat di atas tempat makanan anjing tersebut. Dengan pandangan yang sinis sambil merokok dia menatapku dan berkata..

"Loe haus kan?? Sebentar lagi loe bakal dapet minuman yang sangat enak" katanya, lalu perlahan aku melihat cairan yang agak kekuningan memancar dengan deras dari memeknya.

Dia kencing di tempat makanan anjing itu dengan menatapku sambil merokok. Lalu setelah selesai dia bangun dan menjambak rambutku kembali dan dituntunnya aku dan menekan mukaku ke tempat makanan anjing tersebut kemudian disuruhnya aku meminumnya.

"Ayo minum!! Minum kaya anjing cepet!!" perintahnya sambil terus menekan mukaku ke tempat makanan anjing itu. Dengan perlahan kujilati dan kuminum air kencingnya dari tempat tersebut sampai habis.
"Enak nggak juice gua??" tanyanya. Aku diam saja karena aku merasa mual setelah meminum air kencingnya. Tiba-tiba rambutku dijambak ke atas ke hadapannya lalu dengan keras dia menampar pipiku, PLAKK!!
"Anjing, gua tanya enak nggak, loe diem aja, sekarang gua tanya lagi, enak nggak?"
"Enak Nyonya, enak banget.."
"Shh.. hmm, gila sekarang gua horny banget, tapi kontol loe terlalu jelek buat gua entotin, tapi gimana lagi yah" katanya dengan sinis.
"Udah sekarang kamu tiduran, terus kocok kontol loe yang jelek gua pengen liat mau nggak gua pake kontol loe cepet!!", katanya sambil mendorongku sampai aku terjengkang.

Dengan perlahan kukocok kontolku sendiri, lalu tiba tiba dia berjalan menuju ke arah sepatunya dan mengambil sepatunya lalu di lemparkan kepadaku sambil berkata..

"Nih ciumin and jilatin sepatu gua sambil loe kocok kontol loe.." Dan aku mulai menciumi sepatunya dan menjilatinya sambil aku mengocok kontolku yang sudah mulai dan menjadi sangat keras.
"Ooh enak Nyonya, sepatu Nyonya baunya, ahh iyah Nyonya" kataku tanpa kusadari dan tak tahu kenapa aku menjadi sangat horny.

Lalu setelah kontolku menjadi sangat keras, dengan perlahan dia berjongkok dan tangannya menarik kontolku dengan sangat kasar, sampai aku merasa kesakitan, dan mengarahkannya ke memeknya. Ooh inilah yang kutunggu-tunggu, damn gua pengen banget ngerasain memeknya, pikirku. Dengan perlahan dia memasukkan kontolku ke dalam memeknya dan menggoyang-goyangkan pantatnya dengan gerakan yang berputar.

"Enakk sekali Nyonya, terus Nyonya" kataku. Tapi dia hanya diam saja dan tiba tiba berkata..
"Gila kontol loe nggak enak nih" bentaknya sambil menatapku dengan sinis.
"Tapi shit, apa boleh buat nggak ada kontol lain, dildo gua aja ketinggalan di rumah Papa" katanya lagi sambil menggoyangkan pantatnya naik turun dengan gerakan memutar ala ngebor dan dengan mata yang merem melek. Tiba tiba ada suara langkah kaki dan ada yang berteriak..

"Nyonya?? Pak??"

Ternyata satpamku masuk. Aku kaget sekali di buatnya. Shit mati gua, satpam gua ngeliat lagi, pikirku. Tapi dengan tanpa ekspresi terkejut, Helen menjawab..

"Iyah kenapa Pak Bandi?", tanyanya sambil terus mengentot kontolku.

Dengan tiba-tiba Helen bangun dari kontolku yang sudah meloyo karena aku terkejut. Dan dia berdiri di hadapan satpam tersebut dengan keadaan telanjang.

"Pak, coba Pak saya liat kontol Bapak, kontol suami saya loyo," katanya sambil tangannya mengarah ke bagian celana Pak bandi dan merogohnya.
"Nyah jangan Nyah, wah nggak enak sama tuan," kata Pak Bandi.
"Udah, cepet turunin celana kamu, kamu mau yang enak nggak?" kata Helen istriku sambil tersenyum nakal.
"Bapak kan pasti mau juga kan? Masa sih nggak mau? Kok kontolnya keras kalo nggak mau?" ujarnya sambil tangannya merogoh kontol si satpam yang lucky itu.

Tak tahu kenapa tapi saya menjadi sangat horny melihat adegan seperti itu hingga dengan tanpa sadar aku mengocok kontolku yang kembali tegang sambil melihat istriku yang sudah gila itu merayu si satpam untuk mengentotnya. Lalu dengan perlahan dia berjongkok di depan si satpam sambil memohon..

"Ayoo Pak, saya pengen liat nih kontol Bapak" pintanya sambil membuka buckle ikat pinggang si satpam dan menurunkan resleting si satpam dan mengeluarkan kontolnya.

Ooh my God, ternyata si satpam mempunyai kontol yang panjang dan berdiameter besar. Si satpam yang masih malu-malu itu mencoba menghindar. Tetapi dengan tidak tahu malunya, istriku memaksa untuk memasukkan kontol si satpam yang besar itu ke dalam mulutnya..

"Ahh ini kontol gede sekali dan enak, macho sekali dengan warna yang agak kehitaman, besar dan penuh dengan urat-urat kejantanan, ahh enak sekali, nggak seperti kontol suami saya tuh yang kecil" katanya sambil mengulum dan menghisap kontol si satpam itu dan memandangku dengan hina. Pak bandi yang tadinya malu-malu, sekarang menjambak rambut istriku dan mengnhujam-hunjamkan kontolnya ke dalam mulut istriku sambil meracau..

"Ooh gila mulut Nyonya enak nih.. Arrgghh enak sekali, terus Nyonya, sepong terus kontol saya, Nyonya kan suka," katanya.
"Iiyyahh Pak kontol Bapak enak juga.. Pake Pak mulut saya, entot mulut saya.." kata istriku yang sudah lupa daratan karena birahi.

Saya hanya bisa memandang dengan perasaan yang marah kesal, tapi di samping itu aku juga horny berat, sampai-sampai kontolku menjadi tegang sekali. Dan aku pun mengocok kontolku sambil melihat pemandangan yang gila itu.

Gila Helen, cewe anggun begitu sampai kontol satpam saja dia suka, aku sendiri pun tak percaya melihatnya. Setelah puas dia mengulum dan menghisap kontol Pak Bandi satpamku yang sangat beruntung itu, dia duduk di sofa dan menyuruh Pak Bandi untuk memasukkan kontolnya lagi ke dalam memeknya.

"Ooh Pak Bandi saya sudah nggak tahan lagi, Bapak mau kan masukin dan muasin saya?" tanya Helen.

Lalu dengan buasnya Pak bandi memasukkan alatnya yang begitu besar ke dalam memek istriku dan mulai menggenjotnya, kontan istriku mendelik dan berteriak..

"Aah gila nih kontol be.. be.. besar se.. se.. kali ahh.. ooh yah.. eenak sekali, tterus Pak entotin saya" katanya seperti orang yang sudah hilang ingatan. Kontan Pak Bandi si satpam menjadi sangat buas mengentot istriku, memompa istriku dengan sangat kuat..
"Oohh ooh ooh.. Pak saya mau keluar nih.. Saya hampiir sampai", dengan makin gila Pak Bandi memompa dengan kuat memek istriku sampai akhirnya..
"Aah gilaa gua kkeluar!!" jerit Helen sambil tangannya meremas pantat Pak Bandi si satpam. Tapi rupanya si Pak satpam masih kuat dan masih bernafsu untuk menikmati vagina istriku. Dia tetap memompa hingga istriku mendelik dan mendesah kenikmatan. Sambil memandangku, dia berkata..

"Nih liat monyong, kontol tuh kaya gini, enak, nggak kaya punya loe" bentaknya padaku sambil terus menikmati kenikmatan yang Pak Bandi si satpam berikan kepadanya. Tiba tiba Pak Bandi sudah tidak tahan dan mulai berteriak..
"Ahh ahh ahh, Nyonya saya mau keluar Nyonya ooh ooh"
"Pak, keluarkan di mulut saya, saya ingin merasakan peju Bapak" katanya dengan penuh nafsu.

Lalu Pak bandi mencabut kontolnya dan mengarahkannya ke muka istriku hingga memuntahkan air maninya ke situ. Dan dengan tanpa rasa jijik Helen istriku yang gila itu menelan dan mengulum air mani Pak bandi di hadapanku. Akhirnya dengan tersenyum puas dia berkata..

"Terimakasih yah Pak, enak sekali peju dan kontol Bapak, saya dibikin puas olehnya. Untung ada Bapak, kalo tidak saya nggak akan bisa puas dengan kontol suami saya. Lain kali kalo Bapak lagi horny masuk aja OK", katanya sambil mencium kontolnya lagi. Si satpam tersenyum dan berkata..
"Iyah Nyonya, memek Nyonya juga enak sekali. Belum pernah saya merasakan wanita secantik dan seseksi Nyonya" Kemudian istriku berdiri dan merangkul si satpam sambil berkata..
"Temenin saya mandi yuuk, siapa tau nanti di dalam alat Bapak berdiri lagi".

Dengan tanpa memperhatikanku sama sekali, Helen menarik tangan si satpam membawanya menuju ke kamar pengantin kami dan ke kamar mandi. Di sana aku dengan kontol yang masih sangat tegang hanya bisa memperhatikannya sambil mengocok kontolku. Ahh, betapa malangnya nasibku..

Tamat


Janda Melayu Vs Balak India

$
0
0

Video Lucah : Janda Melayu Vs Balak India - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah

Gambar Bogel Janda Melayu Vs Balak India   Melayu Boleh.Com

Diana Gadis Melayu Tembam

$
0
0

Video Lucah : Diana Gadis Melayu Tembam - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah

Gambar Bogel Diana Gadis Melayu Tembam   Melayu Boleh.Com

Don’t shit where you eat – 1

$
0
0

Koleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek

Aku sebenarnya mempunyai prinsip aku yang tersendiri iaitu, 'Don't shit where you eat' ataupun jangan lempar pasir dalam periuk nasi sendiri. Tapi yang lebih tepat, aku tak buat hal-hal sexcapade aku di pejabat. Rata-rata staff aku semua ingatkan aku ni orangnya baik-baik, dia orang tahu yang di pejabat aku memang baik dan beretika, one of the executive department lah katakan. Tapi once aku di luar waktu pejabat, hanya ahli sexcapade aku sahaja yang tahu bagaimana aku yang sebenarnya. Prinsip aku ni terus roboh kerana Zita. Hari tu.. (tahun lepas)

Aku pun tak tahu macam mana aku boleh terlupa sampai beg bimbitku (yang mengandungi laptop, dompet dan peralatan peribadiku seperti vibrator) tertinggal di pejabat. Dah separuh jalan aku memandu, termasuk meredah traffic jam yang boleh membuatkan seseorang itu yang depress bertambah depress.

Nak tak nak, aku terpaksa berpatah balik. Silap haribulan kalau Mat Bond (panggilan aku kepada anggota polis, tak kira sama ada cawangan traffic mahupun cawangan lain) ada road block, tak pasal-pasal aku di saman. Jarak office yang hanya mengambil masa 15 minit menjadi hampir 1 jam lamanya dek kerana traffic jam tapi akhirnya aku sampai juga. Department aku yang berada di tingkat 1 memudahkan aku masuk ke bilikku tanpa perlu menaiki lif dan yang lebih mudah, aku ada spare key pintu belakang daripada tangga yang biasanya jadi tempat persidangan asap sedunia (tempat lepak isap rokok) staf lain yang tidak mempunyai bilik sendiri.

Hairan juga aku melihatkan pintu belakang syarikat tempat aku bekerja tu tak berkunci. Aku dah bersedia dengan penyembur lada hitam yang aku bawa dalam poket seluar setiap masa, just in case anything bad is about to happen. Dengan gaya macam pencuri (senyap-senyaplah maksudku) aku melangkah masuk ke ruang pejabat yang sudah lengang. Semua staf dah balik. Lebih menghairankan aku, bilik pejabat aku terang benderang sedangkan aku sendiri yang tutup suis lampu bilik aku tadi.

To make long story short, aku lekapkan telinga aku di pintu bilik aku. Tapi nasib baik aku berlemah lembut semasa nak lekapkan telinga, apa taknya, pintu tu tak berkunci, tak bertutup rapat pula. Tertolak saja sikit, dah terkuak pintu tu. Naik terkeluar biji mata aku melihatkan siapa yang ada di dalam. Apa taknya! Kerani aku si Zita dengan asyiknya menggunakan vibrator aku dan menonton sesuatu at my laptop. Tak amanah betul! Dah lah selongkar beg aku, barang-barang aku plak digunakannya. Tapi bagus juga! Kurang-kurang aku tahu yang minah ni ada nafsu jugak. Masakan tidak, dialah kerani pertama yang aku jumpa memang skima habis. Protokol nak mampus. Dah tu tak berkawan plak dengan sesapa kat dalam ofis ni. Dia dengan dunia dia dan kerja dia.

Waktu tu Zita punya mata separuh terpejam tapi aku yakin dia tengah tengok sesuatu kat laptop aku tu. Hah! Dah sah. Ini mesti tengok video blue yang aku download dari internet. Dari perasaan kurang senang, aku jadi terangsang plak tengok minah ni. Apa-apa pun line kena jaga. Nanti nama aku naik, silap-silap kena buang kerja. Aku ke pintu belakang department aku, lalu mengunci pintu tersebut. Lepas tu, cepat-cepat aku ke tempat mengintip aku tadi. Kali ni aku tengok Zita mengetap bibir.

Hmm.. Boleh makan budak ni.., bisik hati aku. Apa taknya aku pun stim tengok Zita macam tu. Tak sangka exteriornya skima tapi interior dia. Fuh!! Kalau aku yang bisex ni pun stim, kalau laki tengok aku rasa Zita ni jadi kes rogol terus saat ni jugak. Kebaya Zita dah terbuka sana sini. Butangnya dah banyak yang terbuka. Cup branya sebelah dah ditarik ke atas. Tersembul tetek dia yang aku agak Cup D (besar betul, tak padan dengan tuannya, tapi biasanya tak lah tampak besar sangat bila dia pakai baju) terkeluar daripada bra. Putingnya bulat, keras sebesar tudung botol minyak cap kapak. Badannya memang putih kontras betul dengan aerolanya, agak kehitaman. Kain kebaya yang terbelah di bahagian tepi dah terselak luas. tampak jelas cipapnya yang dah basah. Cipapnya dicukur licin dan yang paling aku syok, kelentit Zita time mengembang tu, mak aih! Besar, panjang. Macam konek baby (Korang jangan ingat, budak pun aku balun. Aku tengok nephew aku punya masa nak tolong akak aku salinkan diapers) Tak macam awek lain kelentit dia ni.

Tengah sedap aku perhatikan dia, Zita time ni dok menyorong tarik vibrator aku. Suaranya yang tadi tak dengar langsung kini dah mendesah. Matanya dah terpejam rapat. Puting teteknya yang terjojol tu dipicit-picitnya. Aku ambik kesempatan ni untuk menolak perlahan-lahan yang mungkin pintu bilik pejabat aku. Dia tak perasan pun bila aku betul-betul berada di depannya.

Cepat-cepat telefon bimbit aku keluarkan. Untung juga telefon aku ada kamera (ala company punya), terus aku rakam perbuatan dia selama mana handphone aku mampu. Tu pun tak perasan lagi yang dia sekarang ni bukan keseorangan. Lebih kurang 30 saat kemudian, dia membuka matanya. Terus kelam kabut dia betulkan kain dia tapi bukan lagi tutup tapi sebenarnya lagi terbuka. Bila Zita berdiri je semua butang baju dia terbuka.

"Err Cik Sarah.. Erm.. Saya.. Saya.." nak cakap pun dah tak betul si Zita ni. Aku buat-buat muka bengang.
"Apa yang awak buat ni?" tanya aku. Control bengang.
"Kenapa barang saya awak selongkar? Beg yang awak selongkar tu bukannya harta office! Tak amanah awak ni!" Dengar saja perkataan Amanah, Zita terus menangis.
"Minta maaf Cik Sarah." Terketar-ketar suara dia.
"I'll report you to our Admin. You better start find a new job right at this minute." kataku dengan suara meninggi.

Well, aku ada hak aku untuk marah sebenarnya. Aku kan executive tapi bukanlah aku nak riak.. Gaji pun bukannya besar sangat. Ada kereta pun, kereta company. Hehehe.

"Tolonglah Cik Sarah.. I can't afford to lose my job. I'm the breadwinner for my family. Mana kami nak tinggal nanti? Apa kami nak makan nanti.." Sempat pula panjang lebar dia minta simpati. Aku diam. Sengaja aku renung tajam-tajam mata si Zita.
"I'm.. I'm.. I'm willing to do anything as long as you give me a chance.." Dalam hati aku ketawa. Jerat dah mengena. Aku menghela nafas. (Kononnya tengah mempertimbangkan suatu keputusan)
"Anything?" tanyaku. Zita hanya mengangguk.
"Baik. Kemaskan barang-barang saya and get dress. I'll wait for you. We'll discuss it in my car, not here!"

Sepatutnya aku meninggalkan Zita untuk mengemaskan barang-barang aku dan membetulkan pakaiannya tapi aku tetap berdiri di situ. Aku perhatikan satu persatu apa yang Zita buat. Yang buat aku curious cara Zita mengenakan pakaian dia ni, macam tengah seduce aku. Matanya tepat merenung aku sambil dia membetulkan teteknya di dalam bra.

To make long story short (again)..

"Anything?" tanyaku sekali lagi sebaik sahaja aku dan Zita berada di dalam keretaku. Kami masih di parking lot. Zita mengangguk.
"Even sex?" tanyaku lagi. Zita mengangguk lagi.
"OK.. I want to see you playing with yourself."
"Kat sini Cik Sarah?"
"Yes"

Zita mengeluh. Matanya meliar memandang kawasan parking lot. Perlahan-lahan Zita menyelak kain belah kebayanya. Dengan bersusah payah dia menanggalkan seluar dalamnya tanpa aku suruh. Direbahkan seat lalu dia menyandar pada pintu kereta sementara kaki kanannya dilunjurkan ke arah seat yang direbahkan. Lutut kaki kirinya disandarkan pada dashboard. Macam dah biasa buat show dalam kereta budak ni. Tak payah bagi instruction langsung. Pukinya terus ternganga, masih basah daripada sessi di dalam bilik pejabatku. Semerbak bau air gatal Zita.

Kalau tadi aku tengok dari jauh, sekarang ni cipap Zita tak sampai 3 kaki jaraknya. Kalau aku gapai pun, aku dah boleh sentuh bijik kelentit Zita. Zita mula menggentel-gentel kelentitnya. Kelentitnya makin lama makin mengembang dan membesar. Seriously, memang besar macam konek baby.

Sekejap sahaja Zita sudah mula mengerang.

"Oow.. Oow.. Ss.." Matanya terpejam rapat.
"Kenapa you selongkar beg I" tanyaku. Pergerakan Zita terhenti, matanya terbuka.
"Don't stop!" Zita akur. Dia menyambung kembali menggentel kelentitnya.
"At (mmph) first, I nak (sst) tahu siapa punya." kata Zita. Satu demi satu dia mengucapkannya diselang-seli dengan keluhannya.
"I found (ah.. Ah.. Ah) the vibrator, and it's been (ah.. ah.. ) a long time since i had (oo) anything (oh.. oh.. oh,,) in me."

Mata aku tak lepas dari memandang kelentit Zita. Kalau tak kerana aku nak tahu kisah si skima sorang ni, kat situ juga aku nyonyot konek baby si Zita ni.

"Oh.. Oh.. Oh.. Cik Sarah.. Tolong.. Sst.." Tiba-tiba je Zita macam orang histeria.
"Tolong apa?"
"Picit bijik saya.."

Wah! Ini sudah bagus. Aku tak tunggu lama. Aku tolak habis kerusi aku dan aku jatuhkan seat penyandar. Aku betul-betul menghadap Zita. Bila aku rebahkan seat bahagian aku, Zita dengan selesanya mengangkangkan kakinya untuk aku. Aku terus picit kelentit Zita yang dah keras.

"Auww!" Panjang jeritan Zita bila jari aku menyentuh dan menyepit kelentit dia.
"Sedap Sarah.. Oh yes.. Oh yes.." Matanya terpejam rapat. Punggungnya digoyang-goyang melawan picitan jari-jari aku kat kelentit dia. Bila dah sedap terus bertukar panggilan Cik untuk aku tu.. Tak kisah lah..
"Gonna cum! Gonna cum!" Zita seperti orang membaca mentera. Berulang-ulang kali dia mengulangi kata-kata yang sama. Aku rasa kereta aku tu mesti bergoyang sakan kalau ada orang kat luar tengok.

Bersambung . . . .

Me and My Teacher – 6

$
0
0


"Jilat sampai bersih" kata ibu Anna kemudian.


Ini adalah hal yang paling tidak kusukai, karena tentu saja sesudah ejakulasi, aku sudah tidak bergairah lagi untuk melakukannya, tapi nampaknya ibu Anna tidak mau tahu, dengan mata melotot ia memandangku yang terlihat sangsi. Penis itu terlihat bersih, aku sendiri heran bagai mana mungkin bisa terjadi, mungkin karena enema yang tadi ibu Anna berikan.

"Mau tidak?" tanyanya dengan geram.


Aku kemudian mengangguk lemah mengiyakan. Dengan perlahan aku mulai menjilati ujung penis itu. Ada tercium sedikit bau kotoran memang, namun ternyata tidak seburuk yang kuduga. Secara perlahan aku mulai memasukan penis itu ke dalam mulutku. Bau khas sperma bercampur dengan bau kotoran dan baby oil tercium oleh hidungku, namun aku masih meneruskan pekerjaanku yang memang masih jauh dari bersih itu. Dengan perlahan kujilati spermaku sendiri yang kini berada di penis itu. Membutuhkan waktu sekitar dua menit bagiku untuk menyelesaikan pekerjaanku itu. Sesudah selesai melakukannya barulah aku merasa mual ingin muntah, namun sebisanya aku menahan perasaan itu. Setelah penisnya selesai dibersihkan, ibu Anna segera beranjak pergi meninggalkanku sendirian di ruang itu.




Aku merasa cukup lega setelah selesai melakukannya, karena aku mengira sekarang ini permainan ibu Anna sudah berakhir, sedangkan aku tadi melihat ibu Anna juga sudah bermandikan keringat dan pastilah dia kelelahan setelah melakukannya. Baru saja sedetik sesudah aku berpikir demikian, aku harus kembali menelan pil kekecewaan. Ibu Anna sudah kembali dengan membawa potongan-potongan pakaian berwarna merah muda serta sebuah benda yang tidak kukenal.




"Pakai ini" kata ibu Anna padaku sambil menyodorkan pakaian dalam genggaman tangannya.



Aku menyambutnya dengan kedua tanganku yang masih terikat. Disana kulihat sebuah celana dalam wanita super mini, dibagian depan hanyalah sebuah segitiga kecil, sedangkan bagian belakang hanyalah berupa sebuah tali. Selain itu ada juga bikini serta sebuah stocking lengkap dengan supporternya.




Kesemuanya satu warna, pink. Dengan tak banyak bicara, ibu Anna membuka ikatan pada tanganku. Setelah itu aku sudah tidak punya alasan untuk mengabaikan perintahnya. Dengan bantuan ibu Anna, aku mengenakan semua itu. Memang dalam beberapa jam terakhir ini, ini adalah pertama kalinya aku mengenakan sesuatu di tubuhku, tapi tetap saja aku merasa lebih baik bugil dari pada memakai pakaian seperti ini, karena kini aku benar-benar menyerupai pelacur dengan pakaian yang kukenakan.




Setelah itu, ibu Anna memerintahkanku untuk kembali berbaring di ranjang. Setelah aku melakukannya, ibu Anna membawa benda yang tadi di bawanya ke hadapanku. Benda itu bentuknya seperti kapsul dengan ukuran kurang lebih 25 centi dengan diameter 5 centi, berwarna hitam pekat serta terdapat semacam sabuk kulit ditengah benda itu, namun setelah kuperhatikan lebih lanjut, sabuk itu tidak terdapat tepat ditengah benda itu, melainkan agak ke ujung, sehingga terdapat 2 bagian, bagian yang panjang sekitar 17 atau 18 centi sedangkan bagian yang pendek sekitar 7 atau 8 centi yang dipisahkan sabuk itu.




Ibu Anna menyodorkan bagian yang panjang, kemudian menyuruhku menjilatinya, sudah kuperkirakan sebelumnya. Baru saja aku mulai menjilati benda itu, yang memang bentuknya agak mirip dengan penis itu, ibu Anna sudah tidak sabar, dengan kasar dia memasukan hampir seluruh bagian benda itu ke dalam mulutku sehingga hampir saja aku tersedak. Selang sebentar saja, ibu Anna sudah mencabut benda itu, dan tampak air liurku sudah membasahi permukaan benda itu. Sesudah itu kembali dia memasukan benda itu ke dalam mulutku, kali ini bagian yang pendek, karena memang pendek, sekitar 7 atau 8 centi, benda itu tidak membuatku kesulitan, hanya saja karena diameternya yang cukup besar membuat rahangku sedikit sakit yang terbuka agak lebar.




Sesudah itu, dengan mengangkat kepalaku, ibu Anna mengaitkan sabuknya dengan kencang sekali dibelakang kepalaku. Sesudah benda itu terpasangpun aku masih belum mengetahui dengan jelas apa kegunaannya. Rasanya mustahil jika benda itu hanya berguna untuk menyumbat mulutku kataku dalam hati, walaupun memang efektif karena aku kini tidak bisa mengeluarkan kata-kata apapun dari mulutku.




"Kamu tahu apa gunanya benda ini?" tanya ibu Anna padaku.




Dengan terpaksa aku menggeleng karena aku memang tidak mengetahui apa kegunaan benda ini, atau lebih tepat cara menggunakannya.




"Benda ini jauh lebih bisa memuaskan dari pada kontol kamu yang tidak ada gunanya itu" katanya sambil melepaskan celana dalam beserta penisnya itu.




Dengan hanya mengenakan BH saja, ibu Anna berdiri tepat di atas wajahku, kemudian dengan gerakan perlahan, ibu Anna berjongkok dan memposisikan bagian panjang benda tersebut ke dalam liang vaginannya. Perlahan ujung benda itu mulai memasuki liang vaginanya. Dengan bantuan air liur serta cairan vaginanya yang membanjir, nampaknya selain diriku yang mendapat orgasme ketika dientot dengan penis buatan itu, sang pemilik, dalam hal ini ibu Anna, tampaknya juga mendapatkannya.




Dengan mudah saja benda itu kini terbenam seluruhnya dalam vagina ibu Anna. Memang di bandingkan dengan penisku, benda itu masih jauh lebih besar, maka itu aku agak terkejut juga melihatnya dengan begitu mudah "ditelan" liang vagina ibu Anna. Sesudah itu, ibu Anna mulai menggerakan pinggulnya naik-turun. Selang beberapa saat kemudian, dia mempercepat gerakannya, lalu sesaat kemudian kembali memperlambatnya. Seiring dengan gerakan tubuhnya, kepalaku juga ikut melompat-lompat, untunglah saat itu aku berbaring di ranjang, jika dilantai tentunya akan menambah daftar penderitaanku. Entah sudah berapa kali aku hampir tersedak akibat benda di dalam mulutku itu, selain itu rahangku juga hampir copot rasanya akibat sesekali menahan berat tubuhnya. Satu-satunya hiburanku adalah aroma vagina ibu Anna yang memang sangat kusukai, dan buah dada sempurnanya yang melompat-lompat di dalam BH nya.




Hampir selama 5 menit, ibu Anna bertahan dalam posisi demikian, baru sesudah itu dia kemudian memutar tubuhnya, sehingga kini yang kulihat adalah bagian punggungnya. Pemandangan buah dada melompatnya kini sudah digantikan dengan lubang anusnya yang hanya berjarak beberapa mili dari hidungku, bahkan sesekali mengenainya akibat guncangan 8,0 skala richter yang dibuat ibu Anna. Memang boleh dikatakan lubang anusnya tidak berbau (entah bagaimana hal itu bisa terjadi), tapi kalian bayangkan saja sendiri bagaimana rasanya berada dalam posisi demikian!




Sesaat kemudian, dengan diawali dengan jeritan kenikmatan tanda orgasme, ibu Anna membenamkan vaginanya dalam-dalam ke benda tersebut. Jika bisa tentunya aku juga sudah ikut menjerit karena pada saat itu ibu Anna seakan-akan hanya menumpukan berat badannya di mulutku. Tulang pipi, tulang rahang serta gigiku terasa ngilu sekali akibat mendapat tekanan yang demikian besar, sedang hidungku juga tidak luput dari lubang anusnya. Untung kejadian itu hanya berlangsung sesaat saja. Sesudah itu ibu Anna mendemonstrasikan kelenturan pinggulnya dengan bergerak meliuk dan berputar dengan erotis. Dapat kurasakan cairan orgasmenya yang mengalir turun mengenai pipi dan daguku.




"Ambil nafas" kata ibu Anna dengan pelan sehingga hampir saja aku tidak mendengarnya.




Aku tidak mengerti mengapa ibu Anna memerintahkan hal seperti itu, namun saja kini aku sudah terbiasa untuk langsung melakukan perintahnya tanpa berpikir dahulu. Baru setengah jalan aku menghirup udara, tahu-tahu ibu Anna kembali membenamkan tubuhnya. Tentu saja hal itu membuatku terkejut karena lubang anus ibu Anna secara tiba-tiba menutup hidungku. Dengan cepat beban berat kembali menekan wajahku, bahkan kali ini terasa lebih berat dari pada sebelumnya.




Beberapa detik kemudian barulah aku tahu apa penyebabnya setelah merasakan kedua kakinya sedang memainkan penisku yang tanpa kusadari sudah kembali tegang. Ternyata kali ini ibu Anna benar-benar menduduki wajahku. Tanpa kedua kaki yang tadi sedikit banyak ikut membantu menyangga, kini seluruh berat tubuhnya diterima wajahku. Setelah itu untuk melengkapi penderitaanku, ibu Anna menggoyang-goyangkan pinggulnya yang mengakibatkan vagina, pantat dan lubang anusnya bergesekan keras dengan wajahku.




Semenjak tadi aku sudah berusaha sekuat tenaga menggunakan kedua tanganku untuk mengangkat tubuh ibu Anna yang menekan wajahku, namun tetap saja tubuh ibu Anna tidak bergerak walau sesenti. Dalam beberapa detik kemudian aku sudah merasa pandanganku berkunang-kunang karena otakku kekurangan suplai oksigen. Tanganku masih berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengangkat tubuh ibu Anna, sementara kedua kakiku menendang kesana kemari dengan frustasi. Jika dalam beberapa detik lagi aku masih belum bisa bernafas pastilah aku bisa celaka, atau setidaknya jatuh pingsan.




Akhirnya dengan seluruh tenaga yang masih tersisa, kudorong tubuh ibu Anna ke samping, dan ternyata usahaku berhasil, tubuhnya terjatuh kesamping sehingga memberikan jalan buatku untuk bernafas. Dengan tergesa-gesa aku langsung menghirup udara sehingga tanpa dapat kutahan, aku tersedak, namun karena ada benda didalam mulutku, aku tidak bisa terbatuk-batuk, hal itu membuatku sangat tersiksa sekali. Untung saja dengan sigap, ibu Anna kemudian membuka ikatan sabuk di belakang kepalaku dan mencopot benda itu dari mulutku. Barulah kemudian aku terbatuk-batuk tanpa henti.




Dengan tak mengucap sepatah katapun, ibu Anna meninggalkanku yang masih berusaha memulihkan jalan pernafasanku. Sesaat kemudian barulah nafasku mulai teratur dan pikiranku kembali terang. Aku kemudian melihat sekeliling, ternyata ibu Anna sedang mengganti pakaian. Ia melepaskan BH yang tadi dipakainya, dan selanjutnya ia mengenakan gaun tidur berwarna putih transparan sehingga memperlihatkan puting susu serta vaginanya dengan samar-samar.




Dengan masih tidak mengucap apa-apa, ibu Anna kemudian mengikat kedua tanganku dibelakang dengan tali. Barulah setelah itu ibu Anna mematikan lampu. Karena memang ranjang itu berukuran double, sehingga masih menyisakan banyak ruang setelah ibu Anna kemudian berbaring di sebelahku. Sesaat kemudian tampaknya ibu Anna sudah tidur terlelap. Sedangkan aku masih mengalami sedikit kesulitan karena ikatan pada tanganku yang membuatku benar-benar tidak nyaman, terlebih lagi BH yang masih kukenakan, yang kini entah kenapa terasa kencang sekali sehingga membuatku agak sedikit sulit bernafas, namun tak lama kemudian karena memang sudah benar-benar lelah, aku tertidur juga.




Ketika terbangun aku menyadari ibu Anna sudah tidak ada di tempatnya. Aku melihat jam dinding yang menunjukan sudah hampir jam 8 pagi. Yang pertama kali kurasakan ketika bangun adalah sekujur tubuhku yang pegal-pegal serta kehausan yang sebenarnya sudah semenjak kemarin, hanya saja aku tidak berani untuk mengatakan.




E N D

Kisah Benar Seks Cikgu Sekolah 5

$
0
0

Koleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek

Gambar Bogel Kisah Benar Seks Cikgu Sekolah 5   Melayu Boleh.Com

Kira-kira jam sepuluh pagi baru aku datang semula ke rumah kak Bib sebab aku tertidur dan bila aku masuk aku lihat anak-anaknya dah siap mandi dan kemas berpakaian, aku juga nampak sarapan telah sedia tersaji di meja makan dan kopi masih berasap panasnya, pagi tu agak mewah sarapanku siap dengan telur separuh masak, jus oren dan roti bakar disapu mentega ala continental. Selepas bersarapan barulah si Zana sampai, ia mintak maaf kerana tak sempat datang awal sebab mak dan ayahnya balik terlalu lewat dan ia takut nak kayuh basikal tengah-tengah malam seorang diri. Akupun cakap eloklah tak membahayakan diri. Adik cikgu mat ni dalam form v dan adalah satu subjek aku mengajarnya jadi aku dan dia taklah ada rasa segan macam biasa saja. Hari tu dia memakai blouse putih berbunga kecil di kolar dan berskirt pendek warna piruz jadi bila dia duduk dengan kakinya sedikit terbuka jelas kelihatan seluar dalamnya yang berwarna kuning. Anak dara tengah naik ni memang cantik malah ramai budak-budak minat kat Zana ni tapi aku tak pasti siapa yang berjaya menawan hati adik perempuan bongsu abang Matsom ni. Aku mempelawa dia sarapan sama tapi dia cakap dah sarapan cuma mengambil secawan kopi, Bib masih kalut membasuh pakaian di bilik mandi jadi selepas menutup makanan aku dan Zana beredar ke bilik tidur utama dengan anak-anak buahnya.

Kami mengeluarkan alat permainan di dalam bakul lalu membiarkan si kakak bermain manakala adiknya kami letakkan dalam katil berpagar supaya dia tidak jatuh, Zana duduk di birai katil dan aku di bawah jadi setiap kali aku mengangkat kepala aku terpandang celah kangkangnya, berbayang bulunya di sebalik panties kuning yang agak nipis. Zana perasan aku memandang tepat di celah kangkangnya lalu ia merapatkan kakinya, aku memandang mukanya lalu berkata bukakla luas sikit boleh juga aku tumpang tengok, ia senyum lalu mengangkang dengan luas sementara aku kian rapat menghadap kakinya, jelas nampak bulu-bulunya yang dah menghitam. Aku memberanikan diri memegang pehanya lalu perlahan-lahan aku mengusap ke atas hingga sampai betul-betul pada cipapnya yang bersalut panties kuning, aku menggosok manja cipapnya sambil menanti reaksi daripadanya marah ke atau sebagainya, namun aku lihat dia diam sahaja malah berteleku molek di birai katil lalu aku cium pangkal pehanya membawa ke cipapnya ia terkejut tapi aku memberi isyarat jangan bersuara, aku bangun lalu duduk bersebelahan dengannya dan tanpa berkata apa-apa aku merangkul badannya terus mencium bibirnya, ia meronta tapi aku tidak melepaskan pelukanku malah lidahku telah membelah bibirnya melolos masuk ke rongga mulutnya. Aku jolok lelangitnya serta ku hisap lidahnya dan tak lama ia memberikan respon balas yang sama dengan mengucup kemas bibir dan lidahku. Tanganku mula meraba-raba kawasan dadanya dan meramas-ramas lembut teteknya yang bersalut baju dan bra, aku membuka butang blousenya satu persatu hingga habis mendedahkan perutnya yang putih gebu, aku cuba menanggalkan cangkuk branya tapi tak dapat kerana ia tidak membenarkan, aku berhenti mengucupnya lalu merayu agar cangkuk bra dilepaskan, ia geleng kepala tapi aku minta juga dan akhirnya ia sendiri yang membuka cangkuk tapi enggan melepaskan branya jatuh. Perlahan-lahan aku menarik branya menampakkan sepasang payu dara yang mengkar kepunyaan si manis 17, saiznya sederhana cukup putih dengan aeriolanya berwarna merah muda serta putingnya yang kecil agak lebih gelap tapi tidak hitam.

Blouse dan branya dah terlucut habis mendedahkan bahagian dada serta perutnya aku tidak membiarkan begitu sahaja terus meramas-ramas tetek mengkar milik Zana serta menghisap putingnya silih berganti, Zana dah mula lupa diri malah aku dipeluknya dengan kuat sambil satu persatu butang kemejaku terlerai dan terus ku tanggalkannya, aku berusaha pula membuka cangkuk dan zip skirtnya lalu melondehkan ke bawah dan aku mengangkat Zana yang hanya tinggal seluar dalam itu ke tengah katil, aku membawa jari-jarinya ke cangkuk dan zip seluarku agar ia sendiri yang membukanya tak lama seluarku ditarik ke bawah dan hanya seluar dalam yang tinggal. Aku cuba tarik turun pantiesnya tapi Zana mengepit kuat tidak membenarkan aku berbuat demikian, aku menyelok masuk tangan ke dalam pantiesnya dan mula menguis-nguis bulu pantat serta biji kelentitnya, lama-lama Zana kalah juga lalu membiarkan tanganku bebas menggentel biji kelentitnya serta melurut alor cipapnya yang dah berair banyak, aku tak memberi peluang lalu pantiesnya ku sentap turun hingga ke tumit kakinya lalu Zana menguisnya jatuh. Dara manis 17 ni dah telanjang bulat dengan cipapnya dah terdedah tapi kakinya masih merapat, tundunnya agak tembam juga serta ditumbuhi bulu yang dah mula kasar agak lebat hingga menutupi bahagian atas labia majoranya. Biji kelentit Zana dah memerah bahana kena gentel, aku menguak kakinya dengan keras agar ia mengangkang lalu ku sembam mukaku ke cipapnya aku jilat, nyonyot, sedut, gigit malah ku kemam pantat dara manis ni sehingga ia mengerang kesedapan, habis rambutku ditarik-tariknya.

Aku tak pasti macamana tapi aku rasa seluar dalamku ditarik turun dan tak lama batang koteku terasa dihisap orang, mulanya aku heran juga sebab aku belum 69 dengan Zana jadi macamana dia boleh hisap koteku. Bila aku mengangkat kepala aku lihat Bib sudah telanjang bulat dengan mulutnya penuh berisi batang koteku. Sebelah tanganku meraba-raba cipap Bib yang dah mula berair, Zana terkejut bila menyedari kakak iparnya turut serta tapi Bib cepat-cepat memberi isyarat agar dia diam lalu membiarkan sahaja apa yang sedang dialaminya. Mulut Bib kini menghisap tetek Zana sambil tangannya mengusap manja rambut adik iparnya dalam keadaan merangkak, melihat situasi berkenaan aku mendatangi Bib dari belakang dan terus memasukkan batang koteku ke dalam pantatnya hingga santak habis. Dia tersenggut menahan asakanku dan Zana terbeliak matanya bila melihat cipap kakak iparnya kena tojah dengan cikgunya. Aku terus memainkan pantat Bib secara doggie sambil sebelah tanganku terus menggentel biji kelentit Zana. Setelah agak lama Bib memberi isyarat agar aku mencabut keluar dan menghalakannya ke arah cipap Zana pula, Zana kelihatan agak cemas bila merasakan kepala koteku mula menyentuh bibir pantatnya, aku membuka kakinya agar mengangkang lebih luas sambil Bib memegang kedua-dua tangannya, aku membuka bibir pantatnya dengan jari lalu meletakkan kepala koteku pada alornya yang dah terbuka sikit lalu menekan masuk perlahan-lahan, ku ulangi berkali-kali sehingga ia dapat terbenam pada benteng daranya dan ku biarkan bagi membolehkan cipap Zana menerima kehadiran batang koteku. Tiba-tiba Zana bersuara….tak mahu buat lagi….takut….kote cikgu besaq dan panjang nanti koyak burit zana….tolong kak Bib jangan teruskan….

jangan biaq cikgu tutuh burit Zana. Aku mencium semula bibir Zana sambil Bib membisikkan sesuatu ke telinga Zana, aku menarik keluar koteku memasukkannya semula dan memandang muka Bib, ia memberi isyarat tanda ok lalu aku menarik nafas dengan sekali huja aku tekan sekuat yang mungkin ke dalam pantat si Zana, berderut-derut kepala koteku menyelinap masuk membelah kulipis dara Zana hingga setegah batang koteku dah terbenam dalam pantatnya. Zana menggelupur untuk melepaskan diri tapi Bib dengan cepat memegang kedua-dua tangannya sambil aku memegang kuat pehanya, ia menjerit menahan kesakitan bila daranya terpokah, aku menarik keluar koteku lalu sekali lagi aku membenamkan masuk, aku tarik keluar dan ku benamkan sekali lagi hingga santak ke pangkal rahim tak boleh masuk lagi, Zana dah berhenti meronta dengan mulutnya terlopong mengambil nafas, air matanya meleleh turun membasahi pipinya yang gebu, cipapnya juga berdarah lalu ku palit sedikit di keningnya. Batang koteku dah terbenam dalam pantatnya lalu ku biarkan ianya terendam aku menantikan reaksi Zana, perlahan-lahan cipapnya mula memberi respon dengan mengemut-ngemut kecil batang koteku, aku menarik keluar batang kote tapi sebaik sahaja sampai ke hujung ku benamkan semula berulang-ulang kali, bila ku rasakan dinding farajnya mula bertindak aku terus memainkannya seperti biasa menyorong tarik perlahan kemudian bertambah laju hingga terdengik-dengik dia menahan tojahan demi tojahan.

Bib juga dah melepaskan tangan Zana lalu membiarkannya memeluk badanku, aku membengkokkan sedikit kedua-dua kakinya lalu membawanya ke dada, Bib mengambil sebiji bantal lalu mengalas punggung Zana ini menjadikan bahagian cipapnya tersembul naik dah menambahkan kelazatan buat kami berdua….kalau tadi sakit yang diucapkan….kini sedap pula yang dikatakannya berulang-ulang kali sambil macam bersiul nafasnya keluar masuk. Aku terus menggodek dan membedal cukup-cukup cipap muda milik manis 17 tu hingga tiba-tiba keseluruhan badannya kejang ia memelukku dengan kuat lalu ku lepaskan kakinya bagi membolehkan ia mengapit punggungku, dinding farajnya mengemut dengan kuat batang koteku berulang-ulang kali sementara nafasnya tersekat-sekat, aku membiarkan sahaja Zana berbuat demikian maklumlah ini klimaksnya yang pertama jadi biarlah ia enjoy sepenuhnya nikmat senggama sulungnya. Kemutan dan kepitannya yang kuat itu membuatkan aku hampir-hampir memancutkan air maniku tapi terpaksa ku tahan bimbang kalau ia mungkin mengandung nanti kecualilah kalau aku mengetahui statusnya pada hari itu.

Sebaik sahaja Zana mula tenang dan kemutan cipapnya tiada lagi aku cepat-cepat mencabut keluar lalu….aku meradak pula pantat Bib bertalu-talu dengan laju untuk menyegerakan gesaan memancut yang bertumpu di pangkal koteku, agar pancutan dapat ku segerakan….tolong Bib aku dah tak tahan nak memancut keluar, Bib cepat-cepat memegang batang koteku lalu mengulumnya serentak dengan itu air maniku mencerat keluar memenuhi mulut Bib, sebahagiannya terus ke rengkong lalu ditelannya, aku menarik keluar lalu membawa ke mulut Zana pula ia hanya berani membuka mulutnya tapi takut untuk mengulum lalu saki baki air maniku tumpah atas lidahnya, Bib meminta ia menelan jangan buang keluar dia akhirnya mengulum juga batang koteku lalu pancutan kecil air maniku yang akhir jatuh jauh di pangkal rengkongnya terus ditelannya. Barulah lega rasanya bila dapat memancutkan air mani dalam rongga (tak kiralah rongga mana asal jangan terbuang ke udara).

Bib membersihkan pantat Zana yang berdarah sambil bercakap hal-hal yang berkaitan dengan alat kelamin mereka, aku bertanya Zana hari itu hari keberapa kitaran haidnya kalau tak salah hari ke 13 atau 14 jawabnya….fuh nasib baik…. kalau pancut kat dalam tadi alamat tunggulah jawabnya kalau tak buncit kira betuah tak menjadi tapi kalau ikutkan hingga hari ini waktu subur kalau aku pancut jawabnya lekat. Selepas anak-anaknya tidur kami beraksi lagi dan kali ini si Zana dah tak banyak karenah lagi cuma yang tak sedapnya aku tak dapat nak pancut kat siapapun sebab Zana tengah subur Bib pula tak ketahuan lagi sebab haidnya belum turun tapi kalau pancut boleh lekat juga tak caya tanya kat depa yang baru beranak sulung tak lama bini depa buncit semula pasai haid tak mai ingatkan safe pancut-pancut lekat pulak, aku sarankan kat hangpa yang baru beranak sulung kalau menenggek tu jangan pancut kat dalam lagi atau kalau hangpa boleh tahan tunggu sampai kitran haid bini hangpa kembali normal (mahu makan 100 hari atau lebih selepas bersalin - mahu lebam kepala kote menahan) baru boleh pancut kat dalam taklah anak sulung dengan kedua tu bila besar nanti macam kembar saja sebab selang setahun sahaja.

Berbalik cerita aku, Zana dan Bib hari itu beround-round lagi kami main dan untuk membalas jasa baik aku Bib dengan rela hati membenarkan aku menojah lubang duburnya agar aku dapat memancutkan air maniku di situ malah ia juga membimbing Zana membiarkan aku menikam lubang duburnya buat pertama kali walaupun perit rasanya wadah kali pertama tapi Zana membiarkan juga aku memokah lubang duburnya yang ketat itu dan menjelang sore kedua-dua lubang dubur mereka merasa juga siraman air maniku. Kami berhenti menjelang minum petang, membersihkan diri, mengemaskan apa yang patut dan aku lihat kedua-duanya bersolek sakan menanti kepulangan abang Matsom. Aku turut menantinya di ruang depan rumah, menjelang senja abang Matsom sampai membawa tiga ekor burung ayam-ayam jantan yang dah siap berbuang bulu serta bersalai tinggal potong dan tumiskan dalam periuk sahaja. Malam itu kami puas makan gulai daging burung ayam-ayam yang lemak serta lazat itu malah di hujung minggu itu aku benar-benar puas makan daging berpeha-peha daging kak Bib dan daging Zana ku tibai, naik nyeri rasanya koteku bila berjalan.

Cute Gadis Escort Sentosa

$
0
0

Video Lucah : Cute Gadis Escort Sentosa - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah

Gambar Bogel Cute Gadis Escort Sentosa   Melayu Boleh.Com

Ganas Si Duda

$
0
0

Video Lucah : Ganas Si Duda - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah

Gambar Bogel Ganas Si Duda   Melayu Boleh.Com

tag ganas, video kongkek ganas

Seks dengan janda bahagian 1

$
0
0

Koleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek

Gambar Bogel Seks dengan janda bahagian 1   Melayu Boleh.Com
Beberapa tahun yg lepas, aku ada berkenalan dgn seorang janda beranak satu yang berumur lebih kurang 30 tahun dan pada waktu itu aku berumur kurang 5 tahun daripadanya. Janda tersebut aku gelarkan sebagai Ana sahaja dan beliau berasal dari negeri Cik Siti Wan Kembang. Kami berdua telah berkenalan lebih kurang 3 bulan dan aku amat tertarik dengan penampilan Ana. Dia mengusahakan sebuah saloon kecantikan dan tinggal berseorangan di sebuah apartment di kawasan Lembah Kelang. Tinggi Ana ni hampir sama dgn aku (lebih kurang separas telinga aku yang mempunyai ketinggian 170cm). Kulitnya putih, berbadan kurus lansing dengan punggung sedikit tonggek dan tetek yang mekar sederhana besar. Ana berambut hitam lebat dan lurus melepasi sedikit paras bahu. Pendek kata, walau apa jenis pakaian yg dia pakai pasti benar-benar membuatkan aku stim gila, cuma selama itu aku ni tak berapa berani nak ayat seks dengan dia walaupun dia ni jenis yang betul2 sporting dan open minded.
Satu malam Sabtu, Ana menelefon aku untuk meminta pertolongan aku membaiki lampu dapurnya yang terbakar. Aku berjanji dengan Ana yang aku akan ke apartmentnya pada keesokan paginya kerana malam tersebut aku ada urusan lain dan Ana bersetuju. Esoknya, aku pun pergi ke apartmentnya bersendirian. Sampai di rumah Ana tepat pukul 9:00 pagi, begitu bersemangat aku ketika itu. Aku disambut Ana yang berpakaian kebaya ketat dgn mesra. Keanggunan Ana pada pagi itu benar2 terserlah dengan bau aroma yang enak dicium dan mekap nipis beserta bibir yang bergincu merah yang menaikkan lagi seri wajahnya. Pagi itu Ana benar2 menyeksa nafsu berahi aku terhadapnya selama ini. Mata aku tak lepas daripada menatap Ana yang menyambut aku ketika itu, dari hujung rambut hingga ke hujung kaki aku menatapnya. Aku sedikit tertegun bila mata aku menatap bahagian dada Ana yang benar2 menonjol di sebalik kebaya ketat yang dipakainya. Sebahagian dadanya yang putih jelas kelihatan.
“Hei Razlan, mata tu jaga2 sikit, nanti Ana cucuk.... buta.” Ana menegur aku kerana melihat aku terpegun lama menatap dadanya. “Oppps sori Ana, asyik sangat tadi.” Jawab aku selamba. “Gatal....” sambut Ana sambil mencubit manja lengan aku. Aduhhhhh.... lembut sungguh jari Ana apabila mencubit lengan aku. “Jom masuk, Ana dan belikan lampu yang baru, Razlan tolong tukarkan aje. Tinggi sangat la lampu tu, Ana tak berani nak memanjat sangat,” kata Ana sambil mengunci pintu selepas aku masuk ke dalam apartmentnya.
Ana berjalan terus ke dapur sementara aku mengekorinya dari belakang. Sambil berjalan mata aku asyik menatapi lenggok punggung Ana yang berbuai lembut dan mengairahkan. Rasa2 macam nak terkam terus ke punggungnya dan terus tekapkan muka aku kat situ.
Kemudian aku memanjat kerusi dan menukarkan lampu dapurnya sambil berbual2 dangan Ana perkara biasa. Sambil berbual tu mata aku tak henti2 menjeling ke arah dada Ana yang benar2 membuatkan batang kote aku rasa tak tentu arah. Sengaja aku lengah2kan kerja menggantikan lampu dapurnya. Sambil itu aku rasa Ana perasan apa yang aku perhatikan pada dirinya dan aku lihat Ana seperti tidak kisah sangat dengan perlakuan aku itu. Sebabnya ialah aku lihat Ana hanya tersenyum kepada aku setiap kali aku cuba berpaling ke arah lain bila dia memandang aku.
Selesai menggantikan lampu dapurnya, Ana mempersilakan aku ke ruang tamu untuk menonton TV sementara Ana membuatkan minuman. Aku duduk di atas sofa ruang tamunya sementara menunggu Ana. Jam pada ketika menunjukkan baru pukul 9:30 pagi. Seketika kemudian, Ana datang ke ruang tamu sambil membawa hidangan air.
“Eh! buat susah2 pulak Ana,” kata aku kepada Ana. “Ala tak apa, teh bujang je. Buat sedapkan tekak sambil menonton,” jawab Ana seraya menghidangkan hidangan air di atas meja kecil di hadapan aku.
Ketika itu Ana membongkokkan badannya untuk menghidangkan air dan kesempatan itu aku gunakan untuk mengintai lurah dadanya. Ana dengan selamba membiarkan sahaja dadanya terdedah untuk aku tatapi dengan senang. Keputihan dan kehalusan kulit Ana ditambah dengan sebahagian bra berwarna hitam yang dipakainya dan rambut yang terurai lembut benar2 membuatkan aku menjadi tidak keruan. Ana bangun selepas menghidangkan minuman sambil tersenyum ke arah aku. Kemudian Ana terus sahaja duduk betul2 bersebelahan kiri aku.
“Razlan ni betul2 nakal la........ tak habis2 renung Ana,” kata Ana sambi mencubit peha aku yang sedar apa yang aku perhatikan selama waktu itu. “Ala...... sikit2 je, bukan boleh luak pun,” jawab aku pula.
Kemudian kami berdua tertawa gembira. Ketawa yang membawa makna amat besar buat aku. Kami berdua menyambung semula perbualan kami sambil TV terus menayangkan cerita yang langsung aku tak ambil pusing. Daripada perbualan biasa sehingga membawa kepada cerita yang sikit2 berbaur seks. Ana benar2 sporting pada pagi itu dan itulah yang membuatkan kami berdua bertambah seronok berbual. Sambil itu juga beberapa kali tangan Ana mencubit manja peha aku.
Seketika kemudian kami berdua terdiam dan jam ketika itu sudah menunjukkan pukul 10:30 pagi. Tak sedar aku masa berlalu begitu pantas. “Rileks la dulu Lan, balik awal2 pun bukan ada apa kat rumah,” kata Ana yang perasan aku memerhatikan jam dinding ruang tamunya. Sememangnya itulah kata2 yang aku nak dengar dari mulut Ana. “Kalau boleh Lan memang tak nak balik, nak tinggal di sini dengan Ana,” selorohku bersahaja. Ana hanya tersenyum manja sambil sekali lagi mencubit manja peha aku. Ini petanda baik, kata hati aku.
Aku mengiringkan sedikit badanku menghadap Ana yang masih berada benar2 hampir di sisi kiri aku. Ana memandang ke arah aku dan ketika itu mata kami berdua bertentangan. Ana tetap terus tersenyum manja ke arah aku dan aku membalas kembali senyumannya itu. Aku beranikan diri menaikkan tangan kiriku ke atas bahunya sambil memain2kan rambut Ana. Ana membiarkan sahaja perlakuan aku itu. Oleh kerana itu, aku terus memberanikan tangan kanan aku untuk mengambil tangan kanannya sambil terus mengelus2 manja jari-jemari Ana. Ana tetap sporting dan tetap terus tersenyum tanda dia bersetuju dengan perlakuanku itu.
Kini aku benar2 merasakan bahawa peluang untuk aku menikmati hubungan seks dengan wanita idaman aku ini sudah benar2 terbuka, cuma aku sahaja yang perlu pandai memulakan. Aku beranikan diri dengan berkata, “Ana, Razlan nak mintak satu perkara sikit dengan Ana boleh tak?” Tanya aku kepada Ana. Ana mengiringkan sedikit badannya ke arah aku dan ini membuatkan muka kami berdua terus hampir berhadapan antara satu sama lain. “Mintak la, kalau boleh Ana penuhi, Ana akan penuhi, kalau tak, tak dapatlah,” jawab Ana penuh manja sambil dia terus membiarkan jari-jemarinya dielus2 oleh aku. “Tapi Ana kena janji tak marah Razlan OK,” balas aku semula. “Emmmm..... takkan Ana nak marah kot,” jawab Ana bertambah manja. Bibir ghairah Ana yang disapu nipis dengan lipstick merah pagi itu benar2 membuatkan gelora nafsu seks aku ketika itu betul2 tak tertahan lagi.
“Razlan nak mintak cium Ana boleh tak?” Tanya aku perlahan tapi dengan penuh pengharapan. Ana tetap terus tersenyum sambil memandang tepat ke arah aku dan berkata, “Razlan nak cium kat mana?” “Kat mana2 saja yang Ana benarkan,” jawab aku pula. Aku dapat rasakan kini jari-jemari Ana mula memberi respon yang baik dengan elusan2 manja yang aku lakukan pada jari-jemarinya. “Kalau Ana izinkan, kat mana yang Razlan nak cium dulu?” Tanya Ana kembali kepada aku. Aku benar2 yakin kini akan dapat menikmati batang tubuh Ana pagi itu sambil berkata selamba, “Kalau Ana izinkan, setiap inci batang tubuh Ana Lan nak cium. Dari luar hingga ke dalam dan dari hujung rambut hingga ke hujung kaki.” “Auwww.... ganas la Lan ni, ngeri Ana,” jawab Ana tertawa sambil tangan kirinya menampar manja lengan kanan aku.
Ketika itu, tangan kiri aku masih lagi aktif membelai2 rambut Ana yang aku lihat sudah mula menampakkan keresahannya. “Macamana Ana, boleh ke?” Tanya aku kembali setelah Ana tidak menjawab soalan aku tadi. Ana tetap terus tersenyum ke arah aku tanda dia memberikan respon yang baik untuk aku meneruskan tindakan aku.
Perlahan2 aku merapatkan muka aku ke arah mukanya. Perlahan2 juga aku merapatkan bibir aku ke arah bibir ghairah Ana dan Ana hanya membiarkan sahaja perlakuan aku itu. Bibir kami mula bertaut rapat buat beberapa ketika. Kemudian aku melepaskan tautan bibir tu dan ketika itu aku lihat Ana mula mendesah sedikit kekecewaan. Aku lihat Ana masih membiarkan bibirnya bersedia untuk aku nikmati sambil matanya sedikit terpejam keenakan.
Sekali lagi aku terus mencium bibir ghairah Ana dan kali ini aku menjulurkan sedikit lidahku ke dalam mulutnya yang sengaja dibiarkan terbuka. Aku memain2kan lidahku di dalam mulut Ana, berpusing2 lidah aku menjilat segala apa yang mampu tercapai oleh lidahku di dalam mulut Ana. Ana pula terus merelakan kenakalan lidah aku itu sambil tangan kirinya kini mula merangkul kuat ke arah leher aku. Mulut kami masih bertaut rapat dan setelah respon baik diberikan Ana tangan kiriku yang sedari tadi membelai2 rambut Ana terus kuat merangkul lehernya. Kini kami berdua sudah benar2 tenggelam dalam titik awal permainan seks yang aku rasakan kami berdua memang idam2kan.
Setelah puas aku memainkan lidahku di dalam mulut Ana, aku cuba menarik mulutku daripada terus mencium Ana. Namun, dengan rangkulan kuat tangan kirinya, membuatkan aku tidak berdaya untuk menariknya kembali ditambah pula kini Ana mengambil alih peranan lidah aku tadi. Kini Ana pula aktif memainkan lidahnya di dalam mulut aku. Aku benar2 asyik dilayan sebegitu rupa oleh Ana. Air liur kami kini sudah mula dinikmati pasangan masing2.
Setelah beberapa lama kemudian, kami menarik kembali mulut kami. Ana menampakkan wajah ayunya yang kini benar2 mengharapkan aksi2 seks seterusnya daripada aku. Aku tersenyum riang kepada Ana. Ana membalas kembali senyumanku itu seraya merengek manja, “Tak cukup setakat tu Razlan.....” Aku yang mendengar kata2 mengharap Ana itu faham apa yang harus aku lakukan untuk memenuhi kegersangan seorang janda cantik seperti Ana.
Tangan kiri aku yang sedari tadi merangkul leher Ana kini aku lepaskan dan mula merangkul pinggang Ana pula. Genggaman jari-jemari kami berdua tadi turut aku lepaskan dan kini mengiringi tangan kiriku dengan merangkul pinggang Ana. Aku tegakkan badan kami berdua dan aku terus memeluk rapat batang tubuh Ana yang hangat dan perlukan tuntutan seks itu. Ana yang kelihatan seronok dengan layanan aku mula menggunakan kedua2 tangannya untuk merangkul kuat leher aku. Kini sebelah kaki kami memijak lantai dan sebelah lagi berlipat di atas sofa.
Kini tubuh kami berdua mula bersatu dan tetek yang sedari awal tadi asyik aku perhatikan sudah mula melekap mesra di dada aku. Alangkah enak rasanya bila dapat menikmati tetek mengkal Ana yang melekap rapat ke dada aku. Ana tersenyum melihat aku sambil terus merelakan segala perlakuan aku itu. Aku menatap wajah ayu Ana buat seketika sambil mencium kening kiri dan kanan Ana. “Ana terlalu cantik hari ni,” puji aku kepada Ana. Sememangnya aku memang gemar memuji mana2 perempuan yang berhubungan seks dengan aku kerana itulah satu2nya cara untuk aku menghargai pengorbanan mereka kepada aku dan aku sukakan suasana romantik seperti itu sebab aku rasa dengan cara itu aku akan dapat terus menikmati seks dengan perempuan yang berkenaan.
“Terima kasih Razlan,” jawab Ana sambil terus mempamerkan matanya yang sedikit terpejam nikmat itu. Aku terus melakukan aksi seperti awal tadi iaitu bercium mulut dan bermain2 lidah. Sudah tiada halangan lagi di antara kami berdua untuk aksi2 seperti itu. Kami bergilir2 memainkan peranan lidah masing2. Setelah lama begitu, aku menarik mulutku daripada bertaut dengan mulut Ana dan kini bibir dan lidahku mula memainkan peranan di sekitar batang leher Ana. Kedua2 tangan aku yang dari tadi kuat merangkul pinggang Ana mula bermain2 dan meramas2 punggung gebu Ana. Saat itu nafas Ana sudah mula kencang tanda kesedapan dan batang tubuhnya melenting2 kenikmatan sementara rengekan2 serta erangan2nya mula berterusan.
Aku mahu Ana terus berkeadaan seperti itu sebab sememangnya aku cukup bahagia bila dapat mendengarkan erangan2 dan rengekan2 nikmat seorang perempuan. Maka oleh sebab itu, lidah dan bibir aku tidak putus2 melingkari seluruh batang leher Ana yang jinjang itu. Sekali sekala tangan kiri dan kanan aku bergilir2 menepuk manja punggung Ana. “Auw......” jerit Ana kesedapan setiap kali aku menepuk punggungnya. Itulah yang membuatkan aku semakin ghairah terhadap Ana.
Setelah beberapa lama berkeadaan begitu, aku naikkan kedua2 tangan aku ke arah tetek Ana yang kini berombak amat kencang. Sambil mulutku masih terus berkeliaran di batang leher Ana, kedua2 tangan aku pula kini perlahan2 merayap di bahagian tetek Ana. Ana terus merangkul kuat leher aku tanda dia setuju dengan tindakan kedua2 tanganku itu. Perlahan2 juga kedua2 tangan aku itu meramas2 mesra kedua2 tetek Ana yang terpacak mengkal di dadanya itu. Masih lagi gebu, masih lagi mekar dan masih lagi segar tetek Ana yang dapat aku rasakan di sebalik kebaya dan bra hitam yang dipakainya. Aku benar2 geram dengan tetek Ana ketika dan itulah yang membuatkan ramasan2 dan genggaman2 tangan aku ke atas teteknya bertambah hebat.
Sambil itu aku kembalikan semula bibir dan lidahku ke arah bibir dan lidah Ana yang terus disambut rakus oleh Ana. Kesedapan yang sedang dirasai Ana ketika itu membuatkan dia menyambut sedikit ganas mulut aku. Sekali lagi mulut kami bermain2 nikmat sambil tetek Ana terus menjadi mangsa ramasan2 geram tangan aku. Kemudian itu Ana melepaskan mulutnya daripada mulut aku sambil berkata penuh manja, “Razlan, kita masuk ke bilik Ana ye, kat sini tak berapa selesa la.” “OK Ana, mana saja yang Ana mahu, Lan turutkan Sayang,” jawab aku yang seperti orang mengantuk disorongkan bantal. Ana mencapai tangan aku lalu memimpin aku terus masuk ke dalam bilik tidurnya.
Sampai di dalam bilik tidurnya, aku dapati Ana sememangnya sudah merancang segalanya untuk kami berdua. Dengan katil kelaminnya yang rapi, penghawa dingin yang sudah tersedia terpasang dan langsir yang ditutup untuk hanya membenarkan cahaya matahari pagi menyinar suram ke dalam biliknya, benar2 mengambarkan kepada aku yang Ana memang mendambakan layanan seks dari seorang lelaki seperti aku dan aku rasa amat bertuah kerana dipilih oleh Ana.
“Semuanya untuk kita berdua pagi ini Razlan,” kata Ana manja sambil terus merangkul leher dan merapatkan badannya kepada aku. “Ana perlukan seorang lelaki seperti Razlan hari ini, temankan Ana sepanjang hari ni ye Razlan. Ana relakan segala2nya untuk Razlan.” Begitulah bunyi pujuk rayu yang penuh kemanjaan dan pengharapan Ana kepada aku ketika itu. “Razlan akan buat apa saja untuk penuhi kehendak Ana bukan setakat hari ni, tapi sampai bila2 pun,” balasku pula yang sememangnya sudah lama bersedia untuk meratah batang tubuh Ana.
Kami berpelukan penuh ghairah ketika itu dan mula bermain kembali adegan2 mulut seperti tadi. Kini Ana semakin berani memainkan peranannya. Dilepaskan tangan kirinya lalu diturunkan perlahan2 ke arah dada aku dan seterusnya pergi ke bahagian koteku yang masih ditutupi dengan seluar jeans. Perlahan2 jari-jari tangannya itu bermain mesra dengan batang kote aku dari bahagian luar. Aku merasa nikmat bilamana jari2 halus dan runcing Ana melakukan begitu kepada kote aku. Kote aku yang sememangnya sedari awal tadi keras menggila kini rasanya bagai nak meletup keluar dari sarang yang membungkusinya.
Aku yang sudah benar2 asyik itu mula merangkul pinggang Ana dengan lebih kuat lagi dan perlahan2 mengangkat tubuh badannya. Ana sedikit menjerit bila aku mula mahu mengangkat tubuhnya. Ditarik kembali tangan kirinya yang bermain2 dengan kote aku tadi lantas kembali merangkul batang leher aku.
Perlahan2 aku membawa Ana ke sisi ranjangnya dan perlahan2 juga aku merebahkan tubuh Ana. Kini kami berdua sudah rebah di atas ranjang pelayaran seks kami berdua dengan tubuh aku menindih tubuh Ana. Aku menolak sedikit tubuh Ana lebih ke atas supaya keseluruhan tubuhnya berada di atas ranjang itu. Kemudian aku bangkit semula di sisi katil untuk menanggalkan baju dan seluar aku.
Sambil menanggalkan pakaian aku, aku tetap terus merenung ghairah batang tubuh Ana yang sudah terlentang menantikan tindakan2 aku seterusnya. Aku benar2 terhibur dan seronok dengan hidangan ikhlas Ana itu. Nafsu yang sudah lama bergelora di dalam diri aku telah membuatkan aku sudah tidak hiraukan apa2 lagi. Akhir sekali seluar dalam aku juga aku tanggalkan tanpa ada rasa segan silu lagi kepada Ana. Ana yang sedang berbaring sambil memerhatikan aku dari tadi sedikit terpegun melihatkan kemantapan batang kote aku. Dengan ukur lilit lebih kurang 3 inci dan panjang lebih kurang 6 inci benar2 membuatkan Ana menjadi bertambah tidak keruan.
Aku renung sepuas2nya Ana yang masih berbaring dari hujung rambut hingga ke hujung kakinya. Kain yang dipakai Ana terselak luas hingga menampakkan sebahagian daripada sepasang betis dan peha yang penuh gebu itu. Aku cuba mengawal kerakusan nafsu seks aku kerana aku mahu menikmati batang tubuhh Ana sepuas2nya dan supaya Ana juga dapat menikmati kehebatan perkhidmatan aku.
Aku yang sudah bertelanjang bulat itu perlahan2 merangkak di atas tubuh Ana dan dengan selamba Ana mencapai batang kote aku dengan kedua2 tangannya. Ana menyambut aku dengan senyuman penuh bermakna buat aku. Ana memain2kan jari-jemarinya dengan koteku yang kini sudah terlepas bebas dan bersedia untuk menyelesaikan tanggungjawabnya. Aku merasa kegelian dengan permainan Ana itu, namun kenikmatan yang aku rasakan melebihi segala2nya.
“Besar dan panjang betul anu Razlan ni, mau menjerit Ana kena tikam nanti,” komen Ana tertawa kecil dan manja sambil matanya tak lepas memandang ke arah batang kote aku. “Special untuk Ana ni,” balas aku sambil terus mencium bibir ghairah Ana. Aku membelai2 rambut Ana sambil mencium2 seluruh wajahnya. Aku mencium seluruh wajah Ana bertubu-tubi dengan penuh mesra sambil tangan kanan aku terus membelai rambut Ana. Tangan kiri aku pula sibuk meramas-ramas lembut tetek Ana yang masih lengkap berpakaian. Sementara itu batang kote dan kantung mani aku yang terlepas bebas itu terus dimain2kan Ana dengan kedua2 belah tangannya.
Beberapa lama berkeadaan begitu, perlahan2 aku menurunkan tangan kanan aku untuk membantu tangan kiri aku meramas2 kedua belah tetek Ana. Kemudian aku sendiri melurutkan badan aku turun ke bahagian dada Ana. Kini muka aku berada tepat di antara kedua tetek Ana sementara kedua2 tangan Ana yang tadi sibuk bermain2 dengan batang kote dan kantung mani aku terlepas kerana kedudukan badan aku yang telah aku turunkan dari badannya.
Aku benamkan muka aku di celah kedua tetek Ana yang sederhana besar itu sambil kedua2 tangan aku terus meramas2 teteknya. Tangan Ana yang telah terlepas bebas tadi merangkul kepala aku dengan kuat sambil Ana terus mendengus kesedapan. Aku menggesel2kan muka aku ke seluruh bahagian tetek Ana, dari pangkal hingga ke puncak dan begitulah juga sebaliknya. Aku tidak terus membuka pakaian Ana kerana aku ingin buat seperti yang aku hajatkan kepadanya sebentar tadi....... “cium dari luar hingga dalam, dari hujung rambut hingga hujung kaki.”
Aku merangkak perlahan lagi menuruni tubuh badan Ana sambil kedua2 tangan aku masih tetap meramas2 tetek Ana. Aku menggesel2kan muka aku dibahagian perut dan pinggang Ana. Ana mengelinjang nikmat bila aku perlakukan dia seperti itu. Kemudian perlahan2 juga aku menurunkan muka aku hingga ke celahan kangkangnya. Aku terus sembamkan muka aku ke bahagian tundun Ana. Ana terus mengelinjang nikmat sambil mulutnya terus-menerus mengerang2 kesedapan. Kedua2 tangan Ana semakin kuat meramas2 kepala aku. Aku terus menggesel2kan muka aku di celahan kangkang Ana sambil terus turun lagi hingga ke kedua2 kakinya.
“Razlan......... sedapnya Razlan...” Rengekan berbisik Ana jelas kedengaran dalam keadaan matanya yang masih terpejam. Kini tugasan luaran yang aku hajatkan sudah selesai. Tiba pula tugasan dalaman yang sangat2 aku nantikan sedari tadi. Aku benar2 mahu meleraikan kegersangan Ana pada pagi ini dan untuk itu aku juga mahu Ana turut sama meleraikan segala hajat seks aku terhadapnya selama ini.
Aku merangkak naik kembali hingga muka aku dan muka Ana bertentangan semula. “Sedap ke Ana.?” Soal aku kepada Ana dengan penuh lembut. “Sedap Razlan..... teruskan lagi, dah terlalu lama Ana tak dapat permainan macam ni, tolong Razlan, tolong puaskan Ana, Ana rela buat apa saja untuk Razlan pagi ni...” rengek Ana dengan penuh mengharap. Lesen besar aku untuk menikmati batang tubuh Ana ini telah mendapat kelulusan tanpa sebarang spekulasi lagi dari tuan punya tanah. Aku benar2 gembira ketika itu.
Kini aku mahu melihat Ana pula bertelanjang bulat tanpa seurat benang pun. Perlahan2 kedua tangan aku membuka butang baju kebaya Ana satu persatu. Aku selak baju kebaya Ana hingga kini jelas menampakkan batang tubuh Ana walaupun belum sepenuhnya lagi. Perut Ana kelihatan masih lagi kempis, putih bersih dan gebu lagi. Tetek Ana yang masih ditutupi bra hitamnya menambahkan lagi keinginan aku untuk melihat sepuas2nya isi yang berada di dalamnya. Aku menjadi asyik dengan pemandangan indah itu. Ana tersenyum melihatkan perlakuan aku itu tanpa ada sebarang bantahan. “Seksi Ana,” kata aku lembut kepada Ana. “Semuanya untuk Razlan,” jawab Ana.
Aku memain2kan jari2 tangan aku di sekitar bra hitam Ana. Ana mengangkatkan sedikit tubuh badannya untuk membantu aku menanggalkan baju kebayanya. Aku melingkarkan tangan kanan aku ke bahagian belakang Ana untuk membantu Ana menanggalkan kancing branya. Selesai itu, Ana tersenyum lagi ke arah aku sambil berkata, “Jangan tunggu lama2 Razlan, Ana tengah sedap ni.” Aku tersenyum ke arah Ana dan faham akan maksudnya itu.
Aku melurutkan tali bra yang tersangkut di bahu Ana perlahan2 hingga melepasi kedua2 belah tangannya. Kini, kedua2 tetek Ana hanya menunggu masa untuk didedahkan bebas kepada aku dan aku yang sedari tadi mengawal kerakusan nafsu aku, menarik perlahan2 bra hitam Ana. Ana memandang kepada aku dengan wajah yang penuh mengharap agar teteknya itu akan dikerjakan oleh aku. Aku benar2 berahi melihatkan kedua2 belah tetek yang aku ramas2 dari luaran tadi kini sudah berada bebas sebebasnya untuk tatapan dan mainan aku. Aku terus terpegun melihatkan keindahan kedua2 tetek Ana yang masih lagi tegak megah berdiri dan putih bersih dengan puting teteknya yang kelihatan sedikit kemerah-merahan.
Perlahan2 aku melekapkan kedua2 tapak tangan aku ke arah kedua2 tetek Ana. Tetek Ana yang masih mengkal dan sederhana besar itu hanya cukup-cukup berada di dalam genggaman tangan aku sahaja. Aku sememangnya amat suka dengan saiz tetek yang seperti ini. Perlahan2 aku menguli dan meramas2 kedua2 belah tetek Ana sambil jari2 tangan aku menguis2 serta menggentel2 puting teteknya. Ana semakin kuat mendesah dan mengerang sambil mata aku tak lepas dari terus menatapi kedua belah tetek Ana yang selama ini aku idam2kan sangat. Ana mengeliat2 kesedapan diselang seli pula dengan erangan2 keenakannya. Aku tak sanggup lagi menanti lama untuk mengerjakan tetek Ana yang sungguh indah menurut pandangan mata aku. Tetek yang tersergam mekar dan cantik itu sememangnya telah benar2 bersedia untuk membiarkan aku meratahnya sepuas2 hatiku.
Aku mula mencium setiap inci kedua tetek Ana dari puncak hingga ke pangkal, dari pangkal hingga ke puncak, dari kiri ke kanan dan dari kanan hingga ke kiri. Pendek kata tiada seinci pun kedua2 bahagian tetek Ana yang terlepas dari ciuman bibir aku. Kemudian aku menggantikan pula aksi2 tadi dengan jilatan2 lidah aku. Sesekali aku selang selikan adegan2 itu dengan menggigit geram tetek Ana hingga membuatkan Ana menjerit kecil kesakitan yang dicampur dengan kenikmatan. Memang betul2 lama aku memainkan aksi2 ciuman dan jilatan di kedua2 bahagian tetek Ana sehinggakan Ana benar2 tidak keruan aku kerjakan.
Puas dengan aksi2 tersebut, aku mula memberikan tumpuan ke arah puting tetek Ana yang indah menawan terpacak di puncak teteknya. Bermula di sebelah kiri teteknya dahulu, perlahan2 aku memasukkan puting tersebut ke dalam mulut aku. Aku menyonyot dan menghisap puting tersebut dengan penuh kelazatan sementara tangan kiri aku sibuk menguli tetek sebelah kanan Ana. Aku melakukannya lama2 dan ini membuatkan batang tubuh Ana mengeliat tak henti2 akibat keenakan yang aku berikan kepadanya. Dalam masa menghisap dan menyonyot puting tetek Ana, lidah aku juga turut sama memainkan peranannya dengan memainkan hujung puting tersebut perlahan2.
Puas di sebelah kiri, aku beralih pula ke sebelah tetek kanan Ana. Aku lakukan perkara yang serupa sambil kini tangan kanan aku pula meramas2 lembut tetek kiri Ana. Aku lihat Ana terus memejamkan matanya sambil mulutnya sedikit terbuka mengeluarkan rengekan manja yang menandakan kepada aku yang kini Ana sudah benar2 “melayang” dan membuktikan kepada aku yang dia benar2 rela dengan segala perlakuan aku. Aku melurutkan tubuh aku ke bahagian perut Ana pula selepas agak lama dan puas dengan permainan aku terhadap kedua2 tetek Ana yang benar2 memberahikan aku. Aku terus mencium2 dan menjilat2 seluruh perut Ana hingga ke pinggangnya. Sesekali Ana tertawa kegelian dengan perlakuan aku itu.
Kini aku mahu menumpukan pula tumpuan aku ke bahagian kelangkang Ana yang dapat aku rasakan sedikit kebasahan dengan tangan aku. Aku menanggalkan perlahan2 kain Ana yang tadi sudah terselak lebar. Aku campakkan kain Ana ke lantai dan kini aku menatap batang tubuh Ana yang hanya dilitupi dengan underwear hitamnya.
Sememangnya Ana adalah seorang perempuan yang benar2 menawan dari segi luaran dan dalamannya juga. Bukan setakat cantik pada raut wajah dan bentuk tubuhnya, tapi kecantikan dan kehalusan serta kebersihan kulitnya benar2 memikat sesiapa sahaja yang dapat melihat Ana dalam keadaan begitu. Ana masih tetap terus berbaring dalam keadaan mata yang masih terpejam menantikan dengan penuh rela akan tindakan2 aku seterusnya.
Perlahan2 aku memainkan jari2 aku di bahagian kelangkangnya. Underwear Ana aku rasakan telah benar2 basah akibat dari air mazinya. Kini aku melutut betul di celahan kakinya yang telah aku kangkangkan. Jari2 tangan kiri aku terus bermain2 di sekitar underwear Ana sementara jari2 tangan kanan aku pula mengelus2 lembut ke bahagian pangkal peha hingga ke hujung kaki kirinya. Ana terus membiarkan saja perlakuan aku itu sambil matanya tetap terus terpejam keenakan.

Pak Ngah, Syafiq Dan Sara Part 3

$
0
0

Koleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek

Shafiq duduk termenung menghadap padang bola itu. Kini Murni semakin kerap berkunjung ke rumahnya. Dan dia juga sering ponteng ko-kurikulum. Bukan untuk belajar subjek sains mahupun matematik, tapi belajar subjek ERT (Ekonomi Rumah Tangga) walaupun tak mengikut sylibus yang ditetapkan.

“Jauh termenung, skema?” tegur Iskandar. Iskandar adalah permain mid-fielder pasukan bolasepak sekolahnya, maka sering berlatih bersama Shafiq yang merupakan striker kiri. Hanya Iskandar sahaja yang mesra dengan Shafiq di dalam pasukan itu.

“Tak ada apa laa,” Shafiq tersenyum.

“Woi, petang ni ‘projek’! Jangan lupa!” jerit Anas dari kantin sekolah. Sering Shafiq dengar Anas dan Iskandar membincangkan mengenai ‘projek’ yang asing istilahnya bagi Shafiq. Dia menyangka mungkin mereka ada tugasan bagi subjek Kemahiran Hidup, mana tahu? Iskandar melambai tangannya kembali pada Anas tanda setuju.

“Weit skema, apasal kau dah selalu monteng training sekarang?” tanya Iskandar.

“Ada hal sikit. Projek macam korang laa kot,” Iskandar tergelak kecil.

“Kau tau ke apa projek kitorang?”

“Tak tau! Study group?”

“Kah kah kah!” berderai tawaan Iskandar kali ni.

“Ni projek baik punya! Khas untuk kaum lelaki. Well, kaum perempuan pun leh join gak, tengok orangnya laa.”

“Projek apa?”

“Kau jangan cerita kat orang tau – kitorang petang-petang layan CD kat rumah aku. Mak bapak aku kerja, tak ada kat rumah.”

“Ooh… Movie apa?”

“Movie apa? Macam aku cakap laa. Khas untuk orang lelaki,” Shafiq masih kurang faham.

“Alaa, aku cerita kat kau pepanjang pun, bukan kau dapat tangkap. Baik kau balik rumah, sambung belajar Sains Bab 1!”

“Korang tengok VCD lucah?”

“Pembetulan sikit, brader. VCD Blue! Mana ada orang panggil VCD lucah sekarang.”

“Best ke?”

“Aik? Berminat?” Shafiq tersenyum. Sebelum ini, bukannya dia tak tahu kewujudan VCD lucah, cuma dia tak pernah berminat nak ambil tahu. Tapi kini, memandangkan dia sudahpun menceburi bidang ini, ingin juga dia lihat cara-cara orang lain bermain.

“Macam ni, aku try slow-talk dengan bebudak tu. Tengok macam mana. Kalau kow-team, kau join laa kitorang,” Shafiq tersenyum tanda setuju.

Petang itu Shafiq berjaya mendapat persetujuan rakan-rakannya untuk bersama melayan VCD lucah di rumah Iskandar. VCD disponsor oleh Anas, yang mana barulah Shafiq tahu, Anas adalah kaki blue yang tegar, langsung tak berakhlak punya mala’un. Rakan yang lain adalah Meor, penjaga gol, Alip, pemain pertahanan dan Ujang, juga pemain pertahanan tetapi dalam senarai reserved. Anas sendiri merupakan striker utama.

Dengan kekacakan yang dimiliki Anas, dia berjaya menambat hati Linda, gadis paling comel dalam sekolah itu. Dan Anas lah yang bertanggungjawab menjadikan Linda seorang bohsia. Dahulu Linda pernah menaruh hati pada Shafiq, tetapi tidak diendahkan. Sebaik sahaja dia beralih hati pada Anas, dia diperkenalkan dalam duniaseks bebas. Is. Meor, Alip dan Ujang sendiri pernah meratah Linda secara beramai-ramai setelah diarahkan Anas, di rumah Is beberapa minggu lepas, atas permintaan mereka yang ‘sangap pantat’. Sehingga kini, Linda telah ketagihan seks. Sesiapa saja yang bersiul padanya, akan diajaknya beromen. Tak kira hensem atau tidak, pancut awal atau lambat, hardcore atau softcore. Yang menariknya, tak perlu sediakan bayaran. Sediakan tempatnya sahaja. Yang penting ada batang, dia boleh orgasme. Juga boleh pancut dalam, kerana dia mengamalkan pil perancang. Dan Anas senang dengan situasi itu. Dia juga terkadang meniagakan Linda tanpa pengetahuan Linda sendiri. Ada yang sanggup membayar RM100 untuk semalam dengan awek Iblis Betinanya itu.

Shafiq agak terkejut mendengarkan pengakuan mereka. Tapi bagi dia sudah tiada apa yang mustahil dalam dunia. Ayahnya sendiri bersenggama dengan anak saudaranya! Apa lagi yang pelik? Tontonannya pada VCD lucah mengajarnya teknik-teknik baru perhubungan seks. Juga baru dia mengetahui kuluman lidah yang dia lakukan bersama Murni disebut sebagai french kiss. Dia gembira mendapat kawan-kawan baru. Yang mana dapat meningkatkan lagi pengetahuannya dalam arena seks bebas ini.

“Thank you, sir. Your room will be available for this weekend. We hope you will enjoy spending your time here,” suara gadis itu kedengaran di gagang telefon.

“No, thanks to you,” balas En Zul sambil tersenyum sinis. Gagang telefon diletakkan. Dia puas. Segala persediaan berjalan rapi. Hotel di Penang dah ditempah, dan semua plannya telah diuruskan. Dia tak sabar nak membawa Sara ke sana hujung minggu ini. Pastinya Sara akan menikmati satu pengalaman yang indah tak terucap di bibir.

“Ergh! Ergh! Erghhh!” Sara menahan dengan sepenuh tenaga. En. Zul kelihatan telahpun puas menyemburkan airnya buat kali ketiga dalam pantat Sara. Dia terbaring seketika, memandang siling, memandang lampu hiasan yang memberikan emosi romantik di bilik itu. Sudah lebih 9 jam mereka tiba di Penang. Sara kelihatan telah terkulai layu. Semenjak dua menjak ini, En. Zul memang sukar mencapai orgasmenya, membuatkan Sara terpaksa lebih memerah keringat berhempas pulas menahan henjutan tak berkesudahan En. Zul. Mujur juga En. Zul fit orangnya. Calang-calang orang pasti dah tewas setengah jalan. Bagaimanapun En. Zul tetap puas kali ini, dapat juga dia klimaks tiga kali.

En. Zul menoleh melihat Sara. Sudah pengsan lagi nampaknya. Entah mengapa Sara memang jenis yang kurang daya stamina. Walaupun sudah bermacam jenis jamu yang disediakan En. Zul, hasilnya tidak sebegitu memberangsangkan. Takpe laa, Ghafarkata dia ada barang ‘baik’. Dia akan minta anak saudara kesayangannya itucuba dulu, tengok macam mana. Yang dia tahu dia dah letih. Dari tengah malam drive kereta. Baru berehat beberapa jam sudahpun memulakan aktivitinya dengan Sara. Siapa tak letih? Jam sudah pun menunjukkan pukul 4 petang. Beransur-ansur dia melelapkan matanya.

Sara membuka kelopak matanya dengan payah sekali. Dilihatnya pak ngah sedang berdiri di pinggir katil, siap berpakaian sambil berbual di telefon. Hari telah gelap. Jam loceng menunjukkan pukul 9.30 malam.

“Okeh, room 263. Dah depan pintu karang miscall henset aku, okey?” ujar En. Zul perlahan. Sara mula membangkitkan dirinya yang masih bertelanjang di bawah selimut itu.

“Siapa tu, pak ngah?”

“Ada beberapa kenalan pak ngah nak jumpa kejap. Sara pergi mandi, okey sayang? Bersihkan badan elok-elok,” ucap En. Zul. Sara bangun malas sambil berbogel mencari tuala. Setelah dicapainya, segera dia masuk ke bilik air. Kawan pak ngah nak datang, takkan dia taknak bersihkan diri? Nanti nampak kurang elok pula pada mata mereka. Lagipun, jelas-jelas Sara bukanlah perempuan yang boleh dianggap-sangka sebagai isteri En. Zul. Nanti kalau ada syak wasangka timbul, nahas mereka.

Sara merendamkan diri di dalam bath tub itu. Teringat olehnya bagaimana En. Zul menggomol tubuhnya ketika dia sedang berendam di bath tub di rumah En. Zul. Sedangkan ketika itu Pn. Nora dan Shafiq ada di rumah. Mujur tak dihidu sesiapa. Seronok juga berhenjut di dalam air. Dengan bunyi kocakan yang berirama merdu, serta pantatnya yang setia memberikan denyutan keenakkan setiap kali batang pak ngahnya itu keluar masuk.

Dia mula meraba dan mengentel-gentel kelentitnya. Sesungguhnya Sara memang tekun memenuhi masa lapangnya menikmati keseronokan melancap. Tak cukup dengan itu, tiga jarinya pula dimasuk-keluarkan ke dalam alur lubang pantatnya. Berdecit-decit air berbunyi. Sambil menghayati khayalnya itu, dia teringat kembali pesanan pak ngah nya minggu lalu. Sara dikenakan perintah berkurung dalam bilik hotelnya dan tidak dibenarkan keluar sekiranya tidak menerima arahan langsung dari pak ngah nya. Tugas Sara, cumalah mengikut saja segala arahannya. Ini bermakna dia akan menjadi santapan maksimum oleh pak ngahnya, bila-bila masa saja pak ngahnya mahu. Yang anehnya, dia masih lagi setia mengangkang untuk pak ngah kesayangannya setiap kali pak ngah nya mahu melampiaskan nafsu. Dia sendiri kurang faham. Mungkin beginilah sifat wanita, sekali dah mencuba, selamanya ingin merasa. Pada fikiran Sara yang cetek itu, setiap wanita mempunyai sifat sepertinya, dahagakan air mani yang hangat berkubang dalam lubang pantatnya.

Sedang Sara semakin mencapai klimaks, terdengar olehnya suara orang berborak dan bergurau senda di luar pintu bilik airnya. Alamak, kawan pak ngah dah sampai ke? Bunyinya macam lebih dari dua atau tiga orang. Sara bangkit dan membalutkan tuala. Dia perlu segera berkemas, mana tahu kawan pak ngah nya pelawa makan di lobi, dan dia disuruh ikut. Dengan terkocoh-kocoh dia menuju ke pintu bilik air.

Enam pasang mata yang asing bagi Sara memerhatikan sekujur tubuhnya yang hanya berkembankan tuala itu, sebaik sahaja Sara keluar. Salah seorangnya wanita, kelihatan seperti wanita berkerjaya. Manakala dua lagi lelaki, seorang kelihatan seperti ‘mamak’ yang agak buncit dengan kemeja biru mudanya dan seluar slack hitam. Misainya sahaja membuatkan Sara teringat pada guru displin sekolahnya. Seorang lagi berbadan tegap dan berkulit cerah seiras En. Zul, tetapi wajahnya agak berkedut sedikit, memakai sepasang set pakaian macam nak pergi bermain golf.

“Sara, perkenalkan, ini En. Ghafar,” lelaki mamak itu menghulurkan tangannya, dan Sara kelihatan takut-takut untuk menyambutnya, tetapi demi menjaga adab, dia berjabat jua. “Ini, En. Sulaiman,” salam disambut lagi. “Panggil saya abang Man saja,” Sara menguntum senyum yang entahkan ikhlas entahkan tidak. “Dan yang ni pulak Pn. Hartini, panggil dia Kak Tini,”wanita nan seorang ini tampak lebih mesra dan lebih mudah dipercayai, membuatkan Sara tak segan-segan menyambut salam perkenalan.

“Ada cutting model laa, Zul,” ujar Ghafar pada En. Zul seraya menjeling pada susuk tubuh Sara. Mereka bergelak ketawa seketika. Sara segera menuju ke beg pakaiannya untuk menyalin baju.

“No, no, Sara. Pakai baju yang akak bawak ni,” pinta Hartini melihatkan Sara sedang mengambil baju persalinannya dalam bagasi beliau. Sara agak terkejut melihatkan baju yang Hartini hulurkan itu, merupakan baju tidur berfabrikkan satin berwarna pearl yang cukup jarang sekali. En. Zul memberikan pandangan tajam pada Sara membuatkan Sara tidak teragak-agak lagi menerima pemberian Kak Tini itu.

“Shall we start?” ujar Sulaiman.

“I don’t know. You guys just get here,” balas En. Zul.

“He’s doesn’t like to waste time. Last night, he use the entirely night fucking me. Luckily my hubby outstation, kalau tidak tak merasa,” balas Hartini.

“You so bad lah Mr. Ghafar. Always sending Mr. Maarof outstation,” celah En. Zul.

“What can I do? You guys yang nak sangat Tini for one whole night. Kalau sharing takpe laa jugak. Ini memasing nak sorang satu malam,” berderai lagi tawa mereka. Sara yang sedang menyalin baju diperhatikan anak mata nakal En. Ghafar. Menarik sungguh body anak muda ini, bisik hati kecil Ghafar.

Sebenarnya, Ghafar merupakan sleeping partner En. Zul dalam bisnes farmaseutikal yang dijalankan mereka. Di samping itu juga, mereka juga adalah sleeping partner ketika Ghafar mula-mula mencadangkan untuk menggoda adik ipar Ghafar, Hartini, yang bekerja sebagai setiausaha Ghafar. En. Maarof adalah adik bongsu Ghafar yang telah mendirikan rumah tangga selama dua tahun bersama Hartini. Alim orangnya, tak pernah tinggal sembahyang. Apabila Ghafar dan En. Zul sama-sama berpakat untuk meratah Hartini, persetubuhan 2 batang itu memberikan Hartini satu hobi baru, iaitu curang bersama abang ipar dan rakan sekerjanya. Peristiwa itu berlaku tahun lepas, akhirnya En. Zul mengambil keputusan untuk berhenti kerana kasihankan nasib En. Maarof yang lurus bendul itu.

Bagaimanapun semenjak En. Zul mendapat ‘daging’ baru ini, dan diceritakan pula pada Ghafar, akhirnya mereka bersetuju untuk membuat sex party. Ketika itulah En. Zul baru dikenalkan pada Sulaiman, akauntan di salah sebuah anak syarikat beliau, yang mana diberi tugas untuk memuaskan Hartini tatkala Ghafar sudah out, menggantikan posisi lama En. Zul. Sulaiman dipilih sendiri oleh Hartini setelah di ‘ujibakat’ 6 orang staf syarikat di Hadyaai, atas ehsan Ghafar sendiri. Sememangnya Ghafar yang sudah berusia 50-an itu bukanlah seorang ‘pemain’ yang hebat. Cuma kekayaan yang dimilikinya sahaja digunakan oleh orang sekeliling untuk mengajaknya bersekongkol di luar walhal isteri pertamanya baru berusia 35 tahun dan isteri keduanya 22 tahun. Kedua-duanya sama lawa, sama menggiurkan. Adat lelaki, memang tak mungkin puas dengan perempuan yang sama sahaja.

“Wait, wait. Remember about this girl’s ‘little’ problem that you keep whining about, Zul?” Zul memandang Ghafar tersenyum jahat.

“You bring it?”

“Of course, enough for her, and Tini too,” jawab Ghafar. Sebenarnya Ghafar memang terkenal dengan stok ubat-ubatan seks. Malah ubat yang diberikan pada Sara untuk memandulkannya juga merupakan pemberian Ghafar. Kali ini Ghafar membawa sejenis pil yang lebih bertenaga dari pil kuda. Stamina dan syahwat wanita boleh meningkat mendadak dengan hanya satu tablet. Memandangkan harganya yang sangat mahal, Ghafar hanya memberikan pada pasangan yang akan dia setubuhi, kerana itu En. Zul tak mampu membekalkan pada Sara sebelum ini.

Sara sudahpun selesai menyarungkan baju tidur yang seksi itu. Dia sepatah pun tak faham akan butir-butir perbualan mereka berempat tadi. Sememangnya, dalam banyak-banyak subjek, bahasa inggerislah merupakan kelemahannya yang utama. En. Zul menyerahkan pil itu pada Sara dah menyuruh Sara menelannya.

“Hello, good friend! Long time no see!” Hartini menyapa pil yang baru singgah di tangannya. Sudah lama dia tak perkena pil itu. Memang kesannya luar biasa!

“Sabar Tini, we need you to guide her first,” sampuk En. Zul. “Oh, I’m sorry. I almost forgot,” lantas Hartini menyimpan pil itu dalam laci kabinet. Hartini segera mendakap Sulaiman sambil membuat French Kiss. Sara, melihatkan adegan itu sudahpun dapat menjangka mengapa dia diminta memakai baju tidur.

Ghafar yang duduk di birai katil itu pun segera menarik tangan Sara untuk duduk di ribaannya. Tangan kasarnya memeluk erat perut ramping Sara. En. Zul mula melucutkan seluar dalam Hartini dari celahan skirt paras lutut yang dipakai Hartini malam itu. Kepalanya dimasukkan ke dalam skirt itu dalam keadaan mencangkung, lantas kedengaran dengusan dari Hartini yang masih lagi sedang berkucupan dengan Sulaiman. Sulaiman membuka blazer dan kemeja beropol yang dipakai Hartini. Terbonjol keluar dua bukit yang masih ditutup coli putih. Sulaiman segera mengajukan pula ciumannya di sekitar leher dan dada Hartini. “Ersk! Ah” terdengar keluhan syahwat Hartini.

Sara yang masih dipeluk itu mula merasakan tapak tangan En. Ghafar sedang merayap ke payudaranya. Sukar untuk dia stim memandangkan perfume minyak sapi yang dipakai Ghafar kurang menyelesakan hidungnya. Ghafar mula mencium-cium tengkuk Sara, di sebalik rambut ikal mayang paras bahu itu. Teringat oleh Ghafar bagaimana dia pertama kali menggomol Ira, isteri keduanya itu, sama getahnya seperti Sara.

Kepala En. Zul yang sedang bersembunyi di sebalik skirt Hartini itu sedang seronok menjilat-jilat kelentit Hartini. Hartini memang kemas orangnya, Bulu pantatnya dicukur rapi memberikan laluan mudah untuknya menjilat alur itu. Sulaiman yang sudah mula menggigit-gigit coli Hartini bertindak membuka zip skirtnya pula. Terlondeh ia ke bawah, meninggalkan Hartini cuma berbaju dalam. Coli Hartini dengan rakusnya direntap gigi perkasa Sulaiman. Walaupun Sulaiman sudah berusia pertengahan 40-an, namun keperkasaannya bukan kepalang. Kerana itu lah Hartini memilihnya dari anak-anak muda yang lain. Hartini sendiri baru berusia 26 tahun, tetapi berpengalaman semenjak umurnya 14 tahun lagi dalam bidang seks apabila abang tirinya mengajarnya erti keseronokan seorang wanita. Oleh itu dia memerlukan lelaki seperti Sulaiman untuk memuaskan kehendak batinnya.

Melihatkah Hartini sudah berbogel, Ghafar sudah tak tertahan lagi. Dia membaringkan Sara, sambil bibirnya mengucup-ngucup puting Sara dari luar baju. Habis basah bajunya terkena air liur En. Ghafar. Dia mula terhidu bau hanyir, yang berpunca dari En. Ghafar. Tak gosok gigi agaknya orang tua ni. Tak pun mesti kuat merokok, fikir Sara. Dia memalingkan mukanya pada pak ngah nya yang kelihatan masih khusyuk menjilat kelentit Kak Tini. Ingin rasanya dia melepaskan cengkaman En. Ghafar yang tak senonoh ini.

En. Zul melepaskan jilatannya, lalu mula meraba bontot dan tetek kiri Hartini dari belakang. Sementara Sulaiman melepaskan dakapannya dan menanggalkan kemeja berkolarnya, lalu membuka tali pinggang dan zip seluarnya. Walaupun memakai seluar dalam bersaiz medium lebih kurang, sudah jelas kelihatan terbonjol keluar batang Sulaiman. En. Zul sendiri agak terkejut dengan saiznya. Mungkin lebih besar dari sekadar 7½, fikirnya.

Ghafar bagaikan dah hilang kawalan. Baju tidur itu direntap dan dikoyak-koyakkannya. Seolah-olah tak pernah jumpa perempuan bertahun-tahun. Padahal baru petang tadi dia membantai tubuh Hartini. Sara semakin tak selesa dengan bau peluh yang dikeluarkah En. Ghafar. Tambahan pula, berat badannya menindih Sara membuatkan Sara sesak nafas, perlahan-lahan Sara cuba menepis gomolan En. Ghafar itu.

En. Zul menarik Hartini dari belakang dan merebahkan diri bersama di atas katil. Barulah dia tersedar akan ketidakselesaan Sara yang dilihatnya cuba menepis Ghafar. “Sara, ikut kehendak En. Ghafar!” bentak En. Zul. Sara mula melonglaikan dirinya, membiarkan perilaku En. Ghafar yang rakus itu. Hartini menoleh pada Sara. Rasa kasihan timbul di hatinya. Lantas, dia bangkit dari tilam lalu mengusap-ngusap rambut kesat Ghafar. Lantas mereka berkucupan. Dari menggomol Sara, En. Ghafar terus menerkam ke arah Hartini yang dalam keadaan bogel itu. Digomolnya sepuas hati, sekuat tenaga. Hartini kelihatan tenang membalas ciuman dan gomolan Ghafar itu. Sememangnya dia kenal Abang Ghafar. Setiap kali memulakan persetubuhan, pancutan pertama merupakan detik paling tak dapat dikawal oleh Ghafar. Hartini perlu membiarkan Ghafar terpancut dahulu, barulah ‘permainan’ dapat dijalankan dengan lancar.

Dengan tergopoh-gapah, Ghafar membuka zip seluarnya dan sepantas kilat ditujahnya ke dalam pantat Hartini. “Ah, ah, ah, ah, ah, ah,ah, ah, ah, ah,” terdengar bertalu-talu rintihan Kak Tini menerima henjutan agresif dai En. Ghafar. Tatkala Sara sedang memerhatikan mereka berdua, dia terasa kakinya dipegang seseorang. Alangkah terkejutnya dia melihat Abang Man dengan kote sepanjang 8 inci sedang bertenggek menunggu untuk merebahkan badannya.

“Zul, boleh?” Sulaiman meminta kebenaran. “Sila, sila, Tambah nasik” mendengarkan lampu hijau itu, Sulaiman segera berbaring atas Sara sambil batangnya digesel-geselkan di alur pantat Sara. “Argghhhh” Sara mengerang kesedapan. Sementara itu Ghafar telahpun terpancut dalam rahim Hartini. Hartini sebelum ini pernah mengandung 2 kali, tidak diketahui siapa ayahnya. Tapi oleh kerana aktiviti seks yang kerap, janinnya gugur. Mujur doktor tak menceritakan hal ini pada Abang Arof. Kalau tidak entah musibah apa yang berlaku. Yang dia sampaikan, cuma, “Dah takde rezeki, bang.”

Ghafar menarik kepala En. Zul untuk berbisik, “Memang kebal sungguh laa budak tu. Tak dikasinya aku nak memantat? Nak bagi makan pil apa lagi laa aku pun tak tahu,” seloroh Ghafar membuatkan En. Zul tersenyum kecil. Ghafar terbaring meniarap di sebelah Hartini menikmati orgasmenya. Hartini yang masih tercungap-cungap segera bangkit dan menerkam En. Zul.

“Abang, dah lama Tini rindu kat abang tau,” seraya bibir Abang Zul dikucupnya. Sememangnya sebelum kehadiran Sulaiman, En. Zul sajalah yang boleh diharap untuk memuaskan nafsunya dengan batang sepanjang 7½ inci. Entah kenapa tiba-tiba satu ketika dulu Abang Zul sudah kelihatan tak berminat padanya. En. Zul membalas kucupan Hartini dengan rakusnya. Hartini membuka butang kemeja En. Zul satu persatu. Kelihatan dada kekar yang satu ketika dulu menjadi jamahannya setiap hari. Walaupun kesempitan masa, En. Zul pasti membawa Tini ke dalam ofisnya dan memintanya melakukan ‘instant service’. Ketika itulah dada ini menjadi santapan tetap Hartini. Tali pinggang pula dibuka, lalu zip seluar En. Zul. Dia melorotkan seluar itu, dan kelihatanlah batang yang pernah menikam pantatnya dulu.

Mulut Sara dikucup Sulaiman bagi mengurangkan bunyi bising yang dilakukannya. Tangan kirinya yang kekar dan kasar itu menggomol sebelah tetek Sara yang sudah mengeras. Manakala sebelah lagi digunakan untuk merangkul kepala Sara bagi kepuasan french kiss yang maksimum. Batang yang tadi cuma ber’kawad’ di luar pagar, mula menunjukkan tanda-tanda ingin masuk. Sara mula cuak. Walaupun saiznya lebih kurang sama dengan pak ngahnya, tetapi batang Abang Man ini gemuk, padat. Bimbang Sara memuncak takutkan pantatnya yang kecil itu tak dapat menerima batang Abang Man.

En. Zul kini sudah berbogel habis, dan batangnya masih setia dikulum Tini, yang dimulai sebentar tadi. “Sssskk, ah, sssk, ah,” sekejap kulum, sekejap lancap laju-laju, begitulah gerakan Hartini yang membuatkan En. Zul tak putus-putus mengeluh. Hartini membaringkan En. Zul dan mula bercelapak tepat-tepat pantatnya dihalakan ke batang kote En. Zul. Ditekan pantatnya itu perlahan-lahan, menikmati setiap sentuhan kulit zakar En. Zul bertemu dengan dinding farajnya. Setelah ditekan habis, dia memulakan henjutannya yang semakin laju. Tak sampai seminit, terhambur air mani En. Zul dalam farajnya itu.

“Second round?” Hartini memandang En. Zul sambil tersenyum nakal. TING! TING! En. Zul mengetuk gelas kaca menggunakan sudu di kabinet birai katil itu. Hartini tersenyum melihat respon nakal En. Zul, lalu meneruskan kembali henjutannya.

Kepala batang Sulaiman mula menguak pintu faraj Sara. Dia tahu gadis semuda ini memang pantatnya kecil, berdasarkan saiz badannya. Maka dia tak ingin nak berlembut, takut kesakitan yang dirasakan Sara berlarutan lama. Lantas dengan sekuat tenaga ditujahnya lubang pantat Sara itu. “ARGHHHHHHH!!!!!!” Sara menjerit kepedihan sekaligus membangkitkan Ghafar yang sedang terbaring. Sekuat hati juga, tanpa belas kasihan, Sulaiman menyorong tarik batangnya selaju mungkin. Dasarnya tak begitu dalam, cuma 2/3 sahaja yang dapat masuk. Tetapi kemutan dan denyutannya yang membuatkan Sulaiman tak tahan. Teringin pula dia menjamah tubuh anak saudaranya di kampung yang sebaya dengan Sara itu. Pompaan demi pompaan dilakukan, dan Sara kelihatan benar-benar menderita.

Tersemburlah air mani yang melimpah-limpah dari zakar Sulaiman, memenuhi segenap pelusuk lubang Sara. Hangat dirasakan, cuma, persetubuhan kali ini yang berlangsung sekitar 1 minit tak sempat memberikan Sara kepuasan. Pedih saja yang ada. Sulaiman mencabut keluar batangnya, lalu bakinya dilancapkan keluar menitis di perut Sara. Dia bergerak sebentar ke jendela, sambil melepaskan lelah. Lalu dia memalingkan semula mukanya ke arah mereka berempat di atas katil.

“Hey, Tini, got room for another one?” En. Zul terkebil melihat Sulaiman. Hebat!

“Come, jangan malu, jangan segan,” pelawa En. Zul. Hartini bagaikan sudah hilang pendengaran, melayan pergerakan batang En. Zul dalam lubangnya. Sulaiman meninggalkan Sara yang masih terpinga-pinga menahan pedih di pantatnya. Sulaiman segera mengambil posisi di belakang Hartini untuk mencari lubang bontotnya. Bontot Hartini ditonggekkan untuk memudahkan laluan bagi Sulaiman. Setelah batang mereka sama-sama berada dalam celah kangkang Hartini, kedua-duanya kelihatan bertanding kelajuan pompaan. Dan sudah tentulah Sulaiman lebih mendahului kerana posisinya itu. Gerakan konsisten mereka itu membuatkan Hartini hilang punca, sehingga terjuling mata dibuatnya. Hangat, pedih, panas, sedap, segala macam rasa menular di kepalanya ketika ini.

Ghafar yang telah kembali bertenaga memerhatikan Sara yang longlai. Dia memaut tangan Sara dan menariknya ke kepala katil, membuatkan Sara sedikit terkejut. Sara diletakkan dalam posisi duduk, dan celah kangkangnya dibuka luas. Ghafar mula menanggal pakaian yang masih melekat pada badannya dari tadi. Sebaik sahaja Ghafar melorotkan seluarnya, Sara sekali lagi menggigil ketakutan. Kote En. Ghafar sepanjang 10 inci! Macam manalah dia tak sedar tatkala melihat En. Ghafar menghenyak Kak Tini tadi?

Memang kotenya itu lah yang menjadi kebanggaan Ghafar selama ini, walaupun bukan original. Sudah banyak wang habis dilaburkan untuk mencari segala macam ubat, segala macam alat bagi tujuan membesarkan kotenya. Dan kini dia berbangga. Walaupun batang sebesar itu milik Ghafar, mereka yang pernah dijoloknya terutama Hartini masih kurang berpuashati berikutan kekurangan stamina dan kevariasian (kepelbagaian) posisi yang ada pada Ghafar.

Sara berasa lemah seluruh anggotanya. Adakah pantatnya sekali lagi akan dirodok tanpa sebarang belas kasihan? Dia bagaikan putus nyawa. Ghafar terus mengucup ganas bibir kecil Sara sambil memain-mainkan batangnya di alur pantat Sara. Sara pasrah. Biar je laa apa pun yang berlaku. Ketika Tini sibuk dipompa, dia sempat menarik kepala Abang Ghafar yang berdekatan dengannya, lalu membuat French Kiss. Dia dapat merasakan mereka akan terpancut serentak. Pasti hangat lubang-lubang sajiannya itu. Sara berasa sungguh letih sekali. Nadi-nadinya terasa seolah telah ‘shut down’. Perlahan-lahan dia menutupkan matanya.

Ghafar masih lagi menikmati kuluman lidah Tini. Tiba-tiba dirasakannya kepala kotenya disentuh sesuatu. Dia melihat pada batangnya. Lalu dia mendongak. Sara sedang merapatkan muncung pantatnya pada kote Ghafar. Mata Sara kelihatan terbeliak, seolah dirasuk hantu, sambil merenung tajam mata En. Ghafar. Lantasnya tangannya menolak En. Ghafar sehingga jatuh terbaring. Dengan rakusnya dia mengucup mulut En. Ghafar sambil menyedut-nyedut lidah dan air liur En. Ghafar. Pantatnya ditekan sekuat hati pada batang En. Ghafar yang super besar itu. Sehingga ke dasar, Sara masih lagi berusaha menekan sekuat hati membuatkan kepala kote Ghafar berasa nyilu.

En. Zul yang sudah pun terpancut, terkejut melihat reaksi luarbiasa Sara itu. Sulaiman masih lagi belum sampai. En. Zul memandang muka Tini, lalu Tini berkata, “Dah masuk urat!” mereka tersenyum gembira. Sara menarik semula keluar batang En. Ghafar, dan mengulangnya sekali lagi. Setiap kali itu jugalah Ghafar terasa nyilu. Raut wajah Sara kini langsung tidak dapat dibaca mereka. Kelihatan seperti marah, sakit, dan sedap pada masa yang sama. Yang paling mengejutkan mulutnya yang menyeringai bagaikan singa yang lapar. Tak disangka sama sekali oleh Ghafar pil yang dibawanya mampu memberi efek sebegini ganas.

Sulaiman terpancut dan terduduk di lantai bilik. Hartini menikmati cecair hangat yang memenuhi ruang lubang-lubangnya itu. Sara pula, dari gerakan perlahan, kini telah menjadi agresif menambahkan kelajuan henjutannya. Berdenyut-denyut kote Ghafar pedih dirasakan. Agaknya beginilah perasaan Sara ketika di tujah Sulaiman tadi. Sara terus-terusan menyambung kembali kucupan pada mulut En Ghafar.

“Sara nak lagi, ergh, Sara nak lagi, muahh, lagi, lagi, bagi sampai habis. SARA NAK LAGI!!!” teriaknya seraya memaksimumkan kelajuan henjutan. Kote Ghafar terasa panas disaluti cecair Sara yang melimpah-limpah keluar. En. Zul pun tak pernah melihat air Sara sebegini banyak. Akhirnya Ghafar terpaksa mengalah, terpancut juga dia dibuatnya. Dia mengeluh kepenatan. Sara bangun berdiri lalu membelakangkan badannya dan menghempap perut buncit En. Ghafar.

“Lagi, lagi, nak lagi!” Sara segera memacu kote Ghafar yang kian kendur itu kembali ke farajnya. Ini adalah posisi yang paling disukai Sara, kerana terasa batang kote mencarik-carik dinding farajnya.

“Oh my god! This is it! This is it!” ucap Tini yang masih berbaring atas En. Zul membiarkan kotenya terendam di situ. En. Zul segera mengeluarkan batangnya. Ghafar sudah faham. Dia mengalihkan pula batangnya ke arah lubang bontot Sara. Padat! Sara bagaikan tidak peduli, ditekannya pula lubang bontotnya agar En. Ghafar berjaya tembus masuk. Pedih kote Ghafar rasakan, seolah-olah telah tersepit di situ. Namun Sara masih mahu melampiaskan nafsunya yang tiba entah dari mana itu, lantas mengayak-ayak punggungnya turun naik.

En. Zul cuba memasukkan batangnya ke dalam pantat Sara, tetapi gagal. Terlalu kendur. Dia melancapkannya sehebat mungkin, masih tak ketemu sinarnya. Hartini yang menyedari fenomena itu, lantas menarik En. Zul memeluknya. Dengan mudah sekali batang En. Zul meluncur masuk dalam lubang pantatnya. Sekali lagi, Tini menghenjut En. Zul, tetapi kali ini sepantas yang boleh. Seketika kemudian baru terasa batangnya kembali mengeras seperti biasa.

Tetapi Sulaiman awal-awal telah mengambil kedudukannya. Ditekapkan batangnya ke muara Sara. Hartini segera memainkan peranannya. Dia merangkul kepala Sara lalu mencium mulutnya. “Sabar sayang, mmuahh. Sayang boleh, sayang, mmuahh,” Hartini terus-terusan mencium bibir Sara. Untuk mereka yang bersaiz badan seperti Sara, posisi Sandwich merupakan posisi yang paling sukar, apatah lagi lubangnya diisi zakar besar milik Sulaiman dan Ghafar.

En. Zul tak berpuas hati. Dia juga ingin mengambil bahagian! Batangnya diusap-usap di celahan tetek kecil yang mengkar dan mengeras maksimum milik Sara. Sebaik sahaja Sulaiman memajukan kotenya masuk ke dalam, Sara lebih ganas mencium dan menggigit-gigit bibir Kak Tini. Kepala Kak Tini dirangkul kemas kedua belah tangan Sara seolah-olah tak mahu membiarkan ia pergi. Tini mula rasa kelemasan. Ditariknya sekuat hati kepalanya, agar dapat melepaskan cengkaman Sara itu.

“Jolok lagi! Jolok! Jolok laju-laju!!!” Teriak Sara sebaik kucupannya dengan Kak Tini terlerai.

“Pak ngah, meh sini, meh sini,” Sara segera menarik batang kote pak ngahnya ke rongga mulutnya. Bimbang juga dibuat En. Zul. Mana tahu, karang Sara gigit kote dia sampai putus, mau nya tak naya? Tetapi rupanya Sara mengulum kote pak ngahnya dengan begitu lembut sekali. Malah satu ketika, dia menghisap kuat-kuat sehingga berdecit-decit bunyi mulut Sara, membuatkan En. Zul bagai hilang keseimbangan dan hampir-hampir terjelepuk jatuh. Hartini menyambung tugasnya menggantikan En. Zul untuk mengulum puting Sara. Tangan kanan Sara sempat pula mencari biji kelentit Kak Tini dan menggentelnya.

“Ahh, pandainya Sarah! Naughty girl, naughty girl,” Tini mengeluh sendirian melayan nikmat biji mutiaranya itu.

Nah! Mulut Sara mengulum kote En. Zul, tangannya menggentel kelentit Kak Tini. Putingnya dikulum. Pantatnya ditujah batang 8 inci, bontotnya pula 10 inci. Inilah gambaran sebenar yang dirancang En. Zul dan Ghafar. Terlaksana sudah plan King Of Iblis mereka. Tak sia-sia En. Zul meminta Ghafar membawakan pil ‘kuda kaki lapan’ itu. Jika tidak tak mungkin mereka melihat Sara sendiri yang mengerakkan pinggulnya turun naik seperti sekarang.

Seketika kemudian Ghafar mengalah tanpa sempat terpancut. Dia terjelepuk baring di lantai. Dia sudah tua. Sudah tak berkuasa lagi nak beraksi upacara kegemarannya itu. Tambahan pula lawannya orang muda seperti Sara, yang dah dirasuk pil ribuan ringgit hasil tajaannya itu. En. Zul pula mengambil alih posisi beliau, sementara Kak Tini mengangkang di atas mulut Sara, memberi peluang Sara mengulum kelentit Kak Tini. Meleleh-leleh air orgasme Kak Tini keluar membasahi rongga tekak Sara. Sulaiman pula sudah dua kali terpancut dalam pantat Sara, sekaligus terus mengalah. Tak lama kemudian, giliran En. Zul pula.

Tatkala mereka terdampar lesu, Sara mengerjakan tubuh Kak Tini. Digomolnya, diciumnya, digeselkan kelentitnya pada pantat Kak Tini. Hartini sudah mengalah. Dia melonglaikan sahaja tubuhnya untuk dijamu Sara. Selesai dengan Kak Tini, Sara pergi ke Abang Man pula. Begitulah bergilir-gilir. Pantang ada yang bukak mata, atau bergerak sedikit, pasti diterkam Sara. Ia berterusan 4 jam non-stop. Tatkala jam hampir 3 pagi, Sara membersihkan diri. Dia menyeluk poket seluar pak ngahnya lalu mengambil wang RM200. Segera dia turun ke lobi untuk supper. Kali ini dia makan mengalahkan jamuan 5 orang, bagi menggantikan semula tenaga dan kelaparannya akibat tertinggal makan malam.

Esoknya, semua bangkit dari tidur dalam keadaan lemah. Sara masih lagi terbaring berselimut. Mereka makan tengah hari tanpanya, dan berhasrat menyambung party itu lagi petang ini, sebelum berangkat pulang ke KL senja nanti. Setibanya di bilik hotel, mereka melihat Sara sedang khusyuk menonton siaran kabel. Tatkala ‘permainan’ baru hendak dimulakan, Hartini mencari pilnya yang tak sempat ditelan semalam.

“Eh, Sara, nampak pil Kak Tini tak?” dan Sara membalas pertanyaan itu sambil senyum menyeringai! Petang itu sekali lagi mereka berempat bertarung dengan Sara, cuma kali ini, Hartini, Sulaiman dan En. Zul tamnpak bertenaga sedikit untuk melawan.

Dan kesan pil itu memang lambat hilang. Malah, dalam perjalanan pulang pun, En Zul terpaksa berhenti 5 kali untuk memuaskan nafsu buas Sarah. Membuatkan mereka tiba di rumah pukul 3.30 pagi.

cerita lucah pak, abang misai kote, henjutannya ganas, ira mau batang abang, main sendiri googledrive, pulas kelentit, sex romentik cerita, terpancut dalam pula, usap batang#tbs=qdr:m, gigit kote abang, gadis stim google drive, cerita sexy romentik dua saudara, cerita pagi no sara, cerita lucah syafiq 5, cerita lucah melayu aku dengan saera, cerita lucah bermacam macam ada, cerita lucah amoi part 3, cara bermain biji kelentik sendiri hingga klimask, bermacam cerita lucah, wanita bertading tujuk burit

Teman Sepejabat

$
0
0

Video Lucah : Teman Sepejabat - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah

Gambar Bogel Teman Sepejabat   Melayu Boleh.Com

Kawan sepejabat, blog video awek, blog video awek melancap, cerita lucah sepejabat, cerita sex dengan awek sepejabat, filem lucah awek layan tiga balak, vidio sex layan tiga balak

Scandal Dengan Janda Kawan

$
0
0

Video Lucah : Scandal Dengan Janda Kawan - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah

Gambar Bogel Scandal Dengan Janda Kawan   Melayu Boleh.Com

gambar awek tetek bujur, Gambar nonok janda malaysia boleh, janda melayu seks, janda scandla, Prono melayu bogel, tetek kawan

Gadis Melayu Bertudung Malaysia

$
0
0

Koleksi gambar melayu tudung, awek melayu bertudung, awek hijab, awek jilbab comel cun

Gambar Bogel Gadis Melayu Bertudung Malaysia   Melayu Boleh.Com Gambar Bogel Gadis Melayu Bertudung Malaysia   Melayu Boleh.Com Gambar Bogel Gadis Melayu Bertudung Malaysia   Melayu Boleh.Com Gambar Bogel Gadis Melayu Bertudung Malaysia   Melayu Boleh.Com Gambar Bogel Gadis Melayu Bertudung Malaysia   Melayu Boleh.Com

awek melayu, melayu tudung, melayu bertudung, gadis melayu bertudung, awek melayu comel, Awek Cun Gadis Melayu, awek cute mantap, imej puki melayu bertudung hijab, Awek tudung peribadi, imej awek foto peribadi bogel, hijab koleksi peribadi cute mantap selfie, jilbab gadis bertudung, koleksi gadis bertudung malaysia, koleksi peribadi awek melayu, koleksi peribadi bogel, 30 tudung comel bogel, melayu tudung jilbab, perempuan melayu bertudung malaysia bogel, selfie wanita bertudung tercomel, hijab awek cute

Deep Throat

$
0
0

Video Lucah : Deep Throat - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah

Gambar Bogel Deep Throat   Melayu Boleh.Com

Goyang Lepas Mandi

$
0
0

Video Lucah : Goyang Lepas Mandi - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah

Gambar Bogel Goyang Lepas Mandi   Melayu Boleh.Com

Click To Watch


model bogel

$
0
0

Gambar Bogel model bogel   Melayu Boleh.Com

Melayu-Boleh.Com - Gambar Bogel model bogel. Himpunan koleksi gambar awek melayu bogel lucah nakal. Tunjuk pepek dan puting tetek.

modelbogel, cunbogel paksa

Adikku Junaidah

$
0
0

Koleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek

Cerita ini melibatkan saya dan adik kandung saya. Nama saya Anwar. Di saat ini saya ialah seorang lelaki yang berumur 26 tahun. Sedangkan adik perempuan saya bernama Junaidah atau singkatannya Ju, yang kini sudah pun berusia 23 tahun.

Kesah ini bermula ketika saya berumur 10 tahun. Masa tu saya mulai menyukai cerita-cerita yang berkaitan dengan unsur unsur seksual. Pada umur tersebut saya juga sudah terbiasakan diri dengan kegiatan melancap.

Suatu hari, saya terbacakan satu berita di akbar. Ianya tentang pembongkaran kegiatan seks di antara beradik yang berbangsa melayu. Saya telah sudah sering membaca tentang berbagai cerita seks, tetapi baru kali inilah saya ketahui tentang ujudnya kecenderongan berzina dengan saudara sendiri. Entah kenapa ianya merupakan cerita telah berjaya menarik perhatian serta minat ku.

Setiap kali saya mengingati cerita tersebut, saya menjadi semakin berminat. Lebih lebih lagi bila mana saya cuba mengaitkannya dengan adik perempuan saya yang comel tu. Cerita tersebut seperti mendorongkan saya untuk merealisasikannya. Kebetulan pula pada saat itu, saya tidur di bilek tidur yang sama dengan adikku, Junaidah. Hanya katil kami saja yang berasingan, namun jaraknya hanya sekitar 2 meter sahaja.

Suatu malam pada sekitar pukul 12. 30, saya terbangun lalu memasang lampu untuk menerangi kegelapan. Dari tinjauan saya, nampaknya semua orang di dalam rumah sedang nyenyak tidur. Namun hajat sebenar aku ialah untuk meninjau keadaan Junaidah. Dari keadaan mulutnya yang sedikit ternganga itu, aku pasti dia juga sedang nyenyak dibuai mimpi.

Masa tu selimutnya tersingkap tinggi hingga mendedahkan pangkal pehanya. Dengan keadaan kedua kakinya yang terkangkang agak luas, maka terlihatlah aku akan celah kelangkangnya itu. Rupa rupanya Junaidah tidur tanpa memakai panties. Ketembaman pantat yang tanpa berbulu itu terlambak di hadapan mata ku. Hal inilah yang telah membuakkan gelodak nafsu ku, lebih lebih lagi apabila mengimbasi cerita tentang perhubungan seks adik beradik yang ku minati itu.

Perlahan saya turun dari tempat tidur, dan mendekati katil Junaidah. Saya ingin memastikan tahap tidurnya. Saya menggelitik telapak kakinya. Ketiadaan reaksi gelinya telah mengesahkan kenyenyakkan tidur adik comel ku itu. Kemerahan alur belahan pantat Junaidah seakan akan mengamit undangan terhadap sentuhan jari ku.

Pantas aku aku menunaikan hajat geram ku terhadap alur yang menjadi lambang kesuciannya itu. Tangan saya keras bergetaran. Peluang untuk menjari pantat Junaidah sudah pasti akan ku manfaatkan sebaik mungkin. Mula mula ku usapi dengan lembut. Tetapi lama kelamaan tindakkan ku jadi semakin keras. Namun kenyenyakkan tidurnya adik ku itu tidak sedikit pun terjejas.

Bila dah tak tahan lagi, saya menciumi pantat Junaidah. Kemudian saya cuba mencari lubang yang sering saya dengari, iaitu tempat melakukan persetubuhan. Saya sangka ianya ada di bahagian depan, tapi ternyata jangkaan saya selama ini salah. Posisi yang sebenar rupanya di bahagian bawah. Saya pun kembalilah ciumi pantat Junaidah sampai ke bahagian lubang itu.

Saya sudah benar-benar tidak tertahan lagi. Saya menuruni katil untuk membogelkan diri sendiri. Lepas tu saya pun perlahan lahan naik semula ke atas katil Junaidah. Sementara tangan kanan menahan tubuh, tangan kiri saya cuba mengarahkan batang ke lubang pantat tersebut. Ternyata agak sukar nak memasukkannya. Saya cuba memasukkan dari depan, pada hal lubangnya ada di sebelah bawah.

Sementara saya giat berusaha, tiba-tiba tubuh Junaidah bergerak. Karena takut angkara itu terbongkar, saya pun cepat-cepat bangun mengenakan pakaian dan kembali ke ranjang. Tak lama kemudian saya pun terus terlena.

******************************************************

Pengalaman malam tersebut telah mulai menganggu konsentrasi ku. Hajat batang ku untuk bertamu di dalam pantat Junaidah masih belum lagi terlunas. Setiap kali apabila cetusan dendam nafsu mula melanda, batang ku tak semena mena jadi keras. Itulah sebabnya saya selalu menunggu datangnya malam. Di saat di mana semua orang tertidur, di saat itulah saya akan cuba untuk memenuhi hajat sumbang terhadap Junaidah. Selama beberapa malam saya melakukan usaha serupa. Namun ianya selalu terbatas kerana merisaukan Junaidah akan terkejut dari tidurnya.

Sampailah di suatu malam ketika saya benar benar telah dirasuk oleh dorongan nafsu. Gema bisikan syaitan pula tak henti henti menghasut ketegangan batang ku. Berkubang di dalam pantat adik comel ku itu jelas menjanjikan seribu kenikmatan yang maha hebat. Desakan untuk menyahut seruan iblis tak lagi upaya ku bendung.

Pantas aku bergerak ke katil Junaidah. Kemudian aku membogelkan diri ku sendiri. Lepas tu perlahan lahan ku pisahkan selimut yang menyaluti tubuhnya. Aku selak skirt tidur Junaidah hingga ke paras pusat. Sekali lagi seperti yang ku dugakan, dia tidur tanpa memakai sebarang pakaian dalam.

Saya sudah bulatkan tekad untuk melakukannya malam itu. Perlahan saya naik ke atas katil. Kedua kaki Junaidah saya rentangkan selebar-lebarnya. Saya ciumi dan jilati pantat Junaidah sepuas hati. Kemudian saya mulai menghalakan batang ke arah lubang pantatnya. Sekali lagi ianya ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Cukup sukar untuk memasukkan batang ku ke dalam lubang sedap itu.

Berkat dari rangsangan iblis yang berterusan, akhirnya kepala batang ku mulai terselit kemas di celahan bibir pantat Junaidah. Semakin hampir batang ku untuk melungsuri lubang nikmat itu, semakin keras rangsangan yang melanda batang ku. Apa pun yang bakal terjadi, malam ini lubang pantat Junaidah akan pasti aku tebukkan dengan batang ku ini.

Dengan gerak yang perlahan tetapi keras, ku dorongkan kemasukkan batang ku ke dalam pantat Junaidah. Walaupun ada masa masanya terdapat sesuatu halangan yang cuba menghalang, namun ku tetap bertegas memaksakan. Akhirnya berjaya juga ku benamkan sepanjang panjang batang aku tu ke dalam lubang pantat Junaidah.

Selaput yang menjadi lambang kesucian adik ku itu terbolos dek sondolan kepala batang ku. Berdenyut denyut batang ku meraikan keseronokkan detik detik tercemarnya kehormatan Junaidah. Adik perempuan ku yang comel itu kini tidak lagi layak bergelar "dara". Aku benar benar puas dan bangga dengan pencapaian ku itu.

Kerana kerakusan batang ku dalam penaklukan tersebut, tiba tiba Junaidah mulai tersedar dari tidurannya. Dia kelihatan bingung dengan apa yang sedang berlaku. Tambahan pula mungkin lubang pantatnya terasa sakit dengan kehadiran batang ku. Junaidah mula merintih sambil memprotes terhadap apa yang sedang ku lakukan ke atas dirinya.

"Hissst...! Jangan bising.... nanti mak marah.... teruk Ju kena pukul nanti....!" Mendengarkan ugutan dan nasihat ku itu, dia pun mulai menahan suara kerana takut dimarahi mak. Namun sekali sekala kedengaran juga rintihannya menahan kesakitan.

Saya pun teruslah menggoyang pinggang mendorong batang keluar masuk ke dalam lubang pantat Junaidah. Karena baru pertama kali, tak sampai pun 2 minit, batang ku dah mulai berdenyut bagai nak gila. Berasap kepala ku dengan kesedapan yang sungguh tak kudugakan. Sedar sedar saja, air mani ku dah penuh bertakung di dalam lubang pantat Junaidah.

Aku rasa keletihan dan terpaksa berehat sebentar. Junaidah juga nampaknya terkangkang keletihan lalu kembali menyambung tidurnya. Beberapa minit kemudian batang ku mulai bangkit semula. Aku pun kembali menindih Junaidah. Kali ini mudah batang ku dapat mencari sasaran lubang sedap itu. Henjutan henjutan garang aku telah sekali lagi menganggu kelenaan tidur Junaidah. Kuyu matanya sambil mengigit gigit bibir bawahnya. Adik comel ku itu kini pasrah melebarkan kangkangnya untuk menerima tikaman demi tikaman batang ku.

Sekali lagi semburan nafsu ku likat memenuhi telaga bunting Junaidah. Pada permainan kali ke dua itu, saya boleh bertahan sampai 10 minit. Malam itu saja saya telah menyetubuhi adik kandung saya sebanyak 3 kali. Memang puas dan berbaloi dapat main dengan adik beradik ni.

Sejak malam itu, hampir setiap malam saya berzina dengan Junaidah. Pada awalnya dia hanya menerima saja apa yang saya lakukan. Namun setelah setahun berlalu nampaknya Junaidah juga sudah mulai menyukai dan menagihinya. Apabila saya tertidur, dia sendiri sudah pandai datang ke katil ku dan menggoda batang ku dengan sentuhan jarinya.

Selama 4 tahun, kami berleluasa melakukan zina. Tetapi apabila Junaidah mulai menjangkau usia 11 tahun, saya agak berhati hati sedikit karena takut silap silap nanti boleh terbuncit perut adik kesayangan aku tu. Aku tak mahu angkara itu nanti akan menyebabkan kami terpisah buat selama lamanya.

Ketika saya berumur 12 tahun dan Junaidah 9 tahun, kami telah ditetapkan bilek yang berasingan. Dengan itu terpaksalah kami menerokai peluang berseronok selain daripada waktu malam. Kesempatan berseronok ketika ayah pergi kerja manakala mak pula ke pasar, tidak sekali kali kami lepaskan.

Tapi yang paling best ialah ketika mak dan ayah pergi mengunjungi saudara atau ada undangan. Memang sehari suntuklah kami dua beradik bebas bertelanjang bulat di serata rumah. Akibat dari itu maka tak sempat keringlah pantat Junaidah tu. Sentiasa saja meleleh air putih aku tu di situ. Mana tidaknya, baru saja nak kering aku dah pamkan semula air tu ke dalam lubang pantatnya.

Sampai saat ini pun kami tetap selalu melakukannya. Walau sekarang kami sudah dewasa dan masing-masing sudah mempunyai pacar, tetapi perhubungan unik kami itu tetap berterusan. Jika di rumah tidak meruangkan kesempatan, maka kami biasa melorongkan peluang dengan melakukannya di hotel.

imej lucah melayu melampau

East/West Germany Division Still Visible From Space

$
0
0

East/West Germany Division Still Visible From Space


Canadian Astronaut Chris Hadfield tweeted this amazing photo of Berlin, Germany as seen from the International Space Station with the caption “Amazingly, I think the light bulbs still show the East/West division from orbit.”The more dense, commercial district on the west is lit up by bright white lights, while the eastern half of the city emits a softer, yellow glow.East and West Germany were separated as a result of the combined allied forces descent upon Berlin during the final push of World War 2. As the Cold War set in, the Soviets began to essentially disconnect their new European assets from the West and erected an extensive wall. Dubbed the ‘Iron Curtain‘, it spanned much of Europe.The wall was ripped down on the 9th of November, 1989 as the Soviet Union began to decline and German unification was achieved on the 3rd of October, 1990.The demarcation of the wall and the East/West division is still visible to this day, as shown in the picture above.

Cute Teen

$
0
0

Video Lucah : Cute Teen - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah

Gambar Bogel Cute Teen   Melayu Boleh.Com

Zetie Body Cute…

$
0
0

Koleksi gambar bogel, awek bogel, melayu lucah, gadis nakal, telanjang tetek

Gambar Bogel Zetie Body Cute...   Melayu Boleh.Com Gambar Bogel Zetie Body Cute...   Melayu Boleh.Com Gambar Bogel Zetie Body Cute...   Melayu Boleh.Com Gambar Bogel Zetie Body Cute...   Melayu Boleh.Com Gambar Bogel Zetie Body Cute...   Melayu Boleh.Com Gambar Bogel Zetie Body Cute...   Melayu Boleh.Com Gambar Bogel Zetie Body Cute...   Melayu Boleh.Com Gambar Bogel Zetie Body Cute...   Melayu Boleh.Com Gambar Bogel Zetie Body Cute...   Melayu Boleh.Com Gambar Bogel Zetie Body Cute...   Melayu Boleh.Com

awek cute, awek cute bogel, awek cute seksi, gambar awek cute bogel, cute bogel, gadis cute bogel, awek melayu cute bogel, awek melayu cute, gambar bogel cute, melayu cute, awek body cantik, body melayu, foto bogel cute, melayu cute bogel, cutebogel, body cantik bogel, awek melayu body cantik, body gadis melayu, cute melayu bogel, pic bogel cute
Viewing all 6253 articles
Browse latest View live