Koleksi gambar awek tudung bogel, jilbab bogel, gadis hijab bogel, jilboob, melayu tudung lucah nakal
Koleksi gambar awek tudung bogel, jilbab bogel, gadis hijab bogel, jilboob, melayu tudung lucah nakal
Koleksi gambar awek tudung bogel, jilbab bogel, gadis hijab bogel, jilboob, melayu tudung lucah nakal
Melayu-Boleh.Com - Gambar Bogel awek amoi bogel. Himpunan koleksi gambar awek melayu bogel lucah nakal. Tunjuk pepek dan puting tetek.
amoi bogel, amoi seksi, gambar amoi bogel, cina bogel, cerita lucah amoi, gambar bogel amoi cina, Gambar bogel cina, Gambar amoi, gambar amoi seksi, AMOIBOGEL, gambar cina bogel, amoi cina bogel, gambar bogel gadis cina, amoi seks, cerita sex amoi, cerita lucah cina, gambaramoi com, amoi bogel com, gambar burit cina, Gambar lucah amoiKoleksi gambar awek tudung bogel, jilbab bogel, gadis hijab bogel, jilboob, melayu tudung lucah nakal
Koleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek
Desy yang masih berumur 25 tahun tidak menyadari bahayanya bekerja sebagai kasir di sebuah toko serba ada di Jakarta. Dengan semangat dan keinginan untuk mandiri membuat dirinya tidak mempedulikan nasehat orang tuanya yang merasa risau melihat putriya sering mendapat giliran jaga dari malam hingga pagi. Desy lebih memilih bekerja pada shift tersebut, karena dari saat tengah malam sampai pagi, jarang sekali ada pembeli, sehingga Desy bisa belajar untuk kuliahnya siang nanti.
Sampai akhirnya pada suatu malam, Desy mendapati dirinya ditodong oleh sepucuk pistol tepat di depan matanya. Yang berambut Gondrong, dan yang satu lagi berkumis tebal. Mereka berdua, menerobos masuk membuat Desy yang sedang berkonsentrasi pada bukunya terkejut.
"Keluarin uangnya!" perintah si Gondrong, sementara si Kumis memutuskan semua kabel video dan telepon yang ada di toko itu. Tangan Desy gemetar berusaha membuka laci kasir yang ada di depannya, saking takutnya kunci itu sampai terjatuh beberapa kali. Setelah beberapa saat, Desy berhasil membuka laci itu dan memerikan semua uang yang ada di dalamnya, sebanyak 100 ribu kepada si Gondrong, Desy tidak diperkenankan menyimpan uang lebih dari 100 ribu di laci tersebut. Karena itu setiap kelebihannya langsung dimasukan ke lemari besi. Setelah si Gondrong merampas uang itu, Desy langsung mundur ke belakang, ia sangat ketakutan kakinya lemas, hampir jatuh.
"Masa cuma segini?!" bentak si Gondrong.
"Buka lemari besinya! Sekarang!" Mereka berdua menggiring Desy masuk ke kantor manajernya dan mendorongnya hingga jatuh berlutut di hadapan lemari besi. Desy mulai menangis, ia tidak tahu nomor kombinasi lemari besi itu, ia hanya menyelipkan uang masuk ke dalam lemari besi melalui celah pintunya.
"Cepat!" bentak si Kumis, Desy merasakan pistol menempel di belakang kepalanya. Desy berusaha untuk menjelaskan kalau ia tidak mengetahui nomor lemari besi itu. Untunglah, melihat mata Desy yang ketakutan, mereka berdua percaya. "Brengsek! Nggak sebanding sama resikonya! Iket dia, biar dia nggak bisa manggil polisi!" Desy di dudukkan di kursi manajernya dengan tangan diikat ke belakang. Kemudian kedua kaki Desy juga diikat ke kaki kursi yang ia duduki. si Kumis kemudian mengambil plester dan menempelkannya ke mulut Desy.
"Beres! Ayo cabut!"
"Tunggu! Tunggu dulu cing! Liat dia, dia boleh juga ya?!".
"Cepetan! Ntar ada yang tau! Kita cuma dapet 100 ribu, cepetan!".
"Gue pengen liat bentar aja!".
Mata Desy terbelalak ketika si Gondrong mendekat dan menarik t-shirt merah muda yang ia kenakan. Dengan satu tarikan keras, t-shirt itu robek membuat BH-nya terlihat. Payudara Desy yang berukuran sedang, bergoyang-goyang karena Desy meronta-ronta dalam ikatannya.
"Wow, oke banget!" si Gondrong berseru kagum.
"Oke, sekarang kita pergi!" ajak si Kumis, tidak begitu tertarik pada Desy karena sibuk mengawasi keadaan depan toko.
Tapi si Gondrong tidak peduli, ia sekarang meraba-raba puting susu Desy lewat BH-nya, setelah itu ia memasukkan jarinya ke belahan payudara Desy. Dan tiba-tiba, dengan satu tarikan BH Desy ditariknya, tubuh Desy ikut tertarik ke depan, tapi akhirnya tali BH Desy terputus dan sekarang payudara Desy bergoyang bebas tanpa ditutupi selembar benangpun.
"Jangan!" teriak Desy. Tapi yang tedengar cuma suara gumaman. Terasa oleh Desy mulut si Gondrong menghisapi puting susunya pertama yang kiri lalu sekarang pindah ke kanan. Kemudian Desy menjerit ketika si Gondrong mengigit puting susunya.
"Diem! Jangan berisik!" si Gondrong menampar Desy, hingga berkunang-kunang. Desy hanya bisa menangis.
"Gue bilang diem!", sembari berkata itu si Gondrong menampar buah dada Desy, sampai sebuah cap tangan berwarna merah terbentuk di payudara kiri Desy. Kemudian si Gondrong bergeser dan menampar uang sebelah kanan. Desy terus menjerit-jerit dengan mulut diplester, sementara si Gondrong terus memukuli buah dada Desy sampai akhirnya bulatan buah dada Desy berwarna merah.
"Ayo, cepetan cing!", si Kumis menarik tangan si Gondrong.
"Kita musti cepet minggat dari sini!" Desy bersyukur ketika melihat si Gondrong diseret keluar ruangan oleh si Kumis. Payudaranya terasa sangat sakit, tapi Desy bersyukur ia masih hidup. Melihat sekelilingnya, Desy berusaha menemukan sesuatu untuk membebaskan dirinya. Di meja ada gunting, tapi ia tidak bisa bergerak sama sekali.
"Hey, Roy! Tokonya kosong!".
"Masa, cepetan ambil permen!".
"Goblok lo, ambil bir tolol!".
Tubuh Desy menegang, mendengar suara beberapa anak-anak di bagian depan toko. Dari suaranya ia mengetahui bahwa itu adalah anak-anak berandal yang ada di lingkungan itu. Mereka baru berusia sekitar 12 sampai 15 tahun. Desy mengeluarkan suara minta tolong.
"sstt! Lo denger nggak?!".
"Cepet kembaliin semua!".
"Lari, lari! Kita ketauan!".
Tiba-tiba salah seorang dari mereka menjengukkan kepalanya ke dalam kantor manajer. Ia terperangah melihat Desy, terikat di kursi, dengan t-shirt robek membuat buah dadanya mengacung ke arahnya.
"Buset!" berandal itu tampak terkejut sekali, tapi sesaat kemudian ia menyeringai.
"Hei, liat nih! Ada kejutan!"
Desy berusaha menjelaskan pada mereka, menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berusaha menjelaskan bahwa dirinya baru saja dirampok. Ia berusaha minta tolong agar mereka memanggil polisi. Ia berusaha memohon agar mereka melepaskan dirinya dan menutupi dadanya. Tapi yang keluar hanya suara gumanan karena mulutnya masih tertutup plester. Satu demi satu berandalan itu masuk ke dalam kantor. Satu, kemudian dua, lalu tiga. Empat. Lima! Lima wajah-wajah dengan senyum menyeringai sekarang mengamati tubuh Desy, yang terus meronta-ronta berusaha menutupi tubuhnya dari pandangan mereka. Berandalan, yang berumur sekitar 15 tahun itu terkagum-kagum dengan penemuan mereka.
"Gila! Cewek nih!".
"Dia telanjang!".
"Tu liat susunya! susu!".
"Mana, mana gue pengen liat!".
"Gue pengen pegang!".
"Pasti alus tuh!".
"Bawahnya kayak apa ya?!".
Mereka semua berkomentar bersamaan, kegirangan menemukan Desy yang sudah terikat erat. Kelima berandal itu maju dan merubung Desy, tangan-tangan meraih tubuh Desy. Desy tidak tahu lagi, milik siapa tanga-tangan tersebut, semuanya berebutan mengelus pinggangnya, meremas buah dadanya, menjambak rambutnya, seseorang menjepit dan menarik-narik puting susunya. Kemudian, salah satu dari mereka menjilati pipinya dan memasukan ujung lidahnya ke lubang telinga Desy.
"Ayo, kita lepasin dia dari kursi!" Mereka melepaskan ikatan pada kaki Desy, tapi dengan tangan masih terikat di belakang, sambil terus meraba dan meremas tubuh Desy. Melihat ruangan kantor itu terlalu kecil mereka menyeret Desy keluar menuju bagian depan toko. Desy meronta-ronta ketika merasa ada yang berusaha melepaskan kancing jeansnya. Mereka menarik-narik jeans Desy sampai akhirnya turun sampai ke lutut. Desy terus meronta-ronta, dan akhirnya mereka berenam jatuh tersungkur ke lantai. Sebelum Desy sempat membalikkan badannya, tiba-tiba terdengar suara lecutan, dan sesaat kemudian Desy merasakan sakit yang amat sangat di pantatnya. Desy melihat salah seorang berandal tadi memegang sebuah ikat pinggang kulit dan bersiap-siap mengayunkannya lagi ke pantatnya!
"Bangun! Bangun!" ia berteriak, kemudian mengayunkan lagi ikat pinggangnya. Sebuah garis merah timbul di pantat Desy. Desy berusaha berguling melindungi pantatnya yang terasa sakit sekali. Tapi berandal tadi tidak peduli, ia kembali mengayunkan ikat pinggang tadi yang sekarang menghajar perut Desy.
"Bangun! naik ke sini!" berandal tadi menyapu barang-barang yang ada di atas meja layan hingga berjatuhan ke lantai. Desy berusaha bangun tapi tidak berhasil. Lagi, sebuah pukulan menghajar buah dadanya. Desy berguling dan berusaha berdiri dan berhasil berlutut dan berdiri. Berandal tadi memberikan ikat pinggang tadi kepada temannya. "Kalo dia gerak, pukul aja!"
Langsung saja Desy mendapat pukulan di pantatnya. Berandal-berandal yang lain tertawa dan bersorak. Mereka lalu mendorong dan menarik tubuhnya, membuat ia bergerak-gerak sehingga mereka punya alasan lagi buat memukulnya. Berandal yang pertama tadi kembali dengan membawa segulung plester besar. Ia mendorong Desy hingga berbaring telentang di atas meja. Pertama ia melepaskan tangan Desy kemudian langsung mengikatnya dengan plester di sudut-sudut meja, tangan Desy sekarang terikat erat dengan plester sampai ke kaki meja. Selanjutnya ia melepaskan sepatu, jeans dan celana dalam Desy dan mengikatkan kaki-kaki Desy ke kaki-kaki meja lainnya. Sekarang Desy berbaring telentang, telanjang bulat dengan tangan dan kaki terbuka lebar menyerupai huruf X.
"Waktu Pesta!" berandal tadi lalu menurunkan celana dan celana dalamnya. Mata Desy terbelalak melihat penisnya menggantung, setengah keras sepanjang 20 senti. Berandal tadi memegang pinggul Desy dan menariknya hingga mendekati pinggir meja. Kemudian ia menggosok-gosok penisnya hingga berdiri mengacung tegang.
"Waktunya masuk!" ia bersorak sementara teman-teman lainnya bersorak dan tertawa. Dengan satu dorongan keras, penisnya masuk ke vagina Desy. Desy melolong kesakitan. Air mata meleleh turun, sementara berandal tadi mulai bergerak keluar masuk. Temannya naik ke atas meja, menduduki dada Desy, membuat Desy sulit bernafas. Kemudian ia melepaskan celananya, mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya. Plester di mulut Desy ditariknya hingga lepas. Desy berusaha berteriak, tapi mulutnya langsung dimasuki oleh penis berandal yang ada di atasnya. Langsung saja, penis tadi mengeras dan membesar bersamaan dengan keluar masuknya penis tadi di mulut Desy. Pandangan Desy berkunang-kunang dan merasa akan pingsan, ketika tiba-tiba mulutnya dipenuhi cairan kental, yang terasa asin dan pahit. Semprotan demi semprotan masuk, tanpa bisa dimuntahkan oleh Desy. Desy terus menelan cairan tadi agar bisa terus mengambil nafas.
Berandal yang duduk di atas dada Desy turun ketika kemudian, berandal yang sedang meperkosanya di pinggir meja bergerak makin cepat. Ia memukuli perut Desy, membuat Desy mengejang dan vaginanya berkontraksi menjepit penisnya. Ia kemudian memegang buah dada Desy sambil terus bergerak makin cepat, ia mengerang-erang mendekati klimaks. Tangannya meremas dan menarik buah dada Desy ketika tubuhnya bergetar dan sperma pun menyemprot keluar, terus-menerus mengalir masuk di vagina Desy. Sementara itu berandal yang lainnya berdiri di samping meja dan melakukan masturbasi, ketika pimpinan mereka mencapai puncaknya mereka juga mengalami ejakulasi bersamaan. Sperma mereka menyemprot keluar dan jatuh di muka, rambut dan dada Desy.
Desy tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, ketika tahu-tahu ia kembali sendirian di toko tadi, masih terikat erat di atas meja. Ia tersadar ketika menyadari dirinya terlihat jelas, jika ada orang lewat di depan tokonya. Desy meronta-ronta membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Ia menangis dan meronta berusaha melepaskan diri dari plester yang mengikatnya. Setelah beberapa lama mencoba Desy berhasil melepaskan tangan kanannya. Kemudian ia melepaskan tangan kirinya, kaki kanannya. Tinggal satu lagi.
"Wah, wah, wah!" terdengar suara laki-laki di pintu depan. Desy terkejut dan berusaha menutupi dada dan vaginanya dengan kedua tangannya.
"Tolong saya!" ratap Desy.
"Tolong saya Pak! Toko saya dirampok, saya diikat dan diperkosa! Tolong saya Pak, panggilkan polisi!"
"Nama lu Desy kan?" tanya laki-laki tadi.
"Bagaimana bapak tahu nama saya?" Desy bingung dan takut.
"Gue Roy. Orang yang kerjaannya di toko ini lo rebut!".
"Saya tidak merebut pekerjaan bapak. Saya tahu dari iklan di koran. Saya betul-betul tidak tahu pak! Tolong saya pak!".
"Gara-gara lo ngelamar ke sini gue jadi dipecat! Gue nggak heran lo diterima kalo liat bodi lo".
Desy kembali merasa ketakutan melihat Roy, seseorang yang belum pernah dilihat dan dikenalnya tapi sudah membencinya. Desy kembali berusaha melepaskan ikatan di kaki kirinya, membuat Raoy naik pitam. Ia menyambar tangan Desy dan menekuknya ke belakang dan kembali diikatnya dengan plester, dan plester itu terus dilitkan sampai mengikat ke bahu, hingga Desy betul-betul terikat erat. Ikatan itu membuat Desy kesakitan, ia menggeliat dan buah dadanya semakin membusung keluar.
"Lepaskan! Sakit! aduuhh! Saya tidak memecat bapak! Kenapa saya diikat?"
"Gue tadinya mau ngerampok nih toko, cuma kayaknya gue udah keduluan. Jadi gue rusak aja deh nih toko".
Ia kemudian melepaskan ikatan kaki Desy sehingga sekarang Desy duduk di pinggir meja dengan tangan terikat di belakang. Kemudian diikatnya lagi dengan plester.
Kemudian Roy mulai menghancurkan isi toko itu, etalase dipecahnya, rak-rak ditendang jatuh. Kemudian Roy mulai menghancurkan kotak pendingin es krim yang ada di kanan Desy. Es krim beterbangan dilempar oleh Roy. Beberapa di antaranya mengenai tubuh Desy, kemudian meleleh mengalir turun, melewati punggungnya masuk ke belahan pantatnya. Di depan, es tadi mengalir melalui belahan buah dadanya, turun ke perut dan mengalir ke vagina Desy. Rasa dingin juga menempel di buah dada Desy, membuat putingnya mengeras san mengacung. Ketika Roy selesai, tubuh Desy bergetar kedinginan dan lengket karena es krim yang meleleh.
"Lo keliatan kedinginan!" ejek Roy sambil menyentil puting susu Desy yang mengeras kaku.
"Gue musti kasih lo sesuatu yang anget."
Roy kemudian mendekati wajan untuk mengoreng hot dog yang ada di tengah ruangan. Desy melihat Roy mendekat membawa beberapa buah sosis yang berasap. "Jangaann!" Desy berteriak ketika Roy membuka bibir vaginanya dan memasukan satu sosis ke dalam vaginanya yang terasa dingin karena es tadi. Kemudian ia memasukan sosis yang kedua, dan ketiga. Sosis yang keempat putus ketika akan dimasukan. Vagina Desy sekarang diisi oleh tiga buah sosis yang masih berasap. Desy menangis kesakitan kerena panas yang dirasakannya.
"Keliatannya nikmat!" Roy tertawa.
"Tapi gue lebih suka dengan mustard!" Ia mengambil botol mustard dan menekan botol itu. Cairan mustard keluar menyemprot ke vagina Desy. Desy menangis terus, melihat dirinya disiksa dengan cara yang tak terbayangkan olehnya.
Sambil tertawa Roy melanjutkan usahanya menghancurkan isi toko itu. Desy berusaha melepaskan diri, tapi tak berhasil. Nafasnya tersengal-sengal, ia tidak kuat menahan semua ini. Tubuh Desy bergerak lunglai jatuh."
"Hei! Kalo kerja jangan tidur!" bentak Roy sambil menampar pipi Desy.
"Lo tau nggak, daerah sini nggak aman jadi perlu ada alarm."
Desy meronta ketakutan melihat Roy memegang dua buah jepitan buaya. Jepitan itu bergigi tajam dan jepitannya keras sekali. Roy mendekatkan satu jepitan ke puting susu kanan Desy, menekannya hingga terbuka dan melepaskannya hingga menutup kembali menjepit puting susu Desy. Desy menjerit dan melolong kesakitan, gigi jepitan tadi menancap ke puting susunya. Kemudian Roy juga menjepit puting susu yang ada di sebelah kiri. Air mata Desy bercucuran di pipi.
Kemudian Roy mengikatkan kawat halus di kedua jepitan tadi, mengulurnya dan kemudian mengikatnya ke pegangan pintu masuk. Ketika pintu itu didorong Roy hingga membuka keluar, Desy merasa jepitan tadi tertarik oleh kawat, dan membuat buah dadanya tertarik dan ia menjerit kesakitan.
"Nah, udah jadi. Lo tau kan pintu depan ini bisa buka ke dalem ama keluar, tapi bisa juga disetel cuma bisa dibuka dengan cara ditarik bukan didorong. Jadi gue sekarang pergi dulu, terus nanti gue pasang biar pintu itu cuma bisa dibuka kalo ditarik. Nanti kalo ada orang dateng, pas dia dorong pintu kan nggak bisa, pasti dia coba buat narik tuh pintu, nah, pas narik itu alarmnya akan bunyi!"
"Jangan! saya mohoon! mohon! jangan! jangan! ampun!"
Roy tidak peduli, ia keluar dan tidak lupa memasang kunci pada pintu itu hingga sekarang pintu tadi hanya bisa dibuka dengan ditarik. Desy menangis ketakutan, puting susunya sudah hampir rata, dijepit. Ia meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan. Tubuh Desy berkeringat setelah berusaha melepaskan diri tanpa hasil. Lama kemudian terlihat sebuah bayangan di depan pintu, Desy melihat ternyata bayangan itu milik gelandangan yang sering lewat dan meminta-minta. Gelandangan itu melihat tubuh Desy, telanjang dengan buah dada mengacung.
Gelandang itu mendorong pintu masuk. Pintu itu tidak terbuka. Kemudian ia meraih pegangan pintu dan mulai menariknya.
Desy berusaha menjerit "Jangan! jangan! jangan buka! jangaann!", tapi gelandangan tadi tetap menarik pintu, yang kemudian menarik kawat dan menarik jepitan yang ada di puting susunya. Gigi-gigi yang sudah menancap di daging puting susunya tertarik, merobek puting susunya. Desy menjerit keras sekali sebelum jatuh di atas meja. Pingsan.
Desy tersadar dan menjerit. Sekarang ia berdiri di depan meja kasir. Tangannya terikat ke atas di rangka besi meja kasir. Sedangkan kakinya juga terikat terbuka lebar pada kaki-kaki meja kasir. Ia merasa kesakitan. Puting susunya sekarang berwarna ungu, dan menjadi sangat sensitif. Udara dingin saja membuat puting susunya mengacung tegang. Memar-memar menghiasi seluruh tubuhnya, mulai pinggang, dada dan pinggulnya. Desy merasakan sepasang tangan berusaha membuka belahan pantatnya dari belakang. Sesuatu yang dingin dan keras berusaha masuk ke liang anusnya. Desy menoleh ke belakang, dan ia melihat gelandangan tadi berlutut di belakangnya sedang memegang sebuah botol bir.
"Jangan, ampun! Lepaskan saya pak! Saya sudah diperkosa dan dipukuli! Saya tidak tahan lagi."
"Tapi Mbak, pantat Mbak kan belon." gelandangan itu berkata tidak jelas.
"Jangan!" Desy meronta, ketika penis gelandangan tadi mulai berusaha masuk ke anusnya. Setelah beberapa kali usaha, gelandangan tadi menyadari penisnya tidak bisa masuk ke dalam anus Desy. Lalu ia berlutut lagi, mengambil sebuah botol bir dari rak dan mulai mendorong dan memutar-mutarnya masuk ke liang anus Desy.
Desy menjerit-jerit dan meronta-ronta ketika leher botol bir tadi mulai masuk dengan keadaan masih mempunyai tutup botol yang berpinggiran tajam. Liang anus Desy tersayat-sayat ketika gelandangan tadi memutar-mutar botol dengan harapan liang anus Desy bisa membesar.
Setelah beberapa saat, gelandangan tadi mencabut botol tadi. Tutup botol bir itu sudah dilapisi darah dari dalam anus Desy, tapi ia tidak peduli. Gelandang itu kembali berusaha memasukan penisnya ke dalam anus Desy yang sekarang sudah membesar karena dimasuki botol bir. Gelandang tadi mulai bergerak kesenangan, sudah lama sekali ia tidak meniduri perempuan, ia bergerak cepat dan keras sehingga Desy merasa dirinya akan terlepar ke depan setiap gelandangan tadi bergerak maju. Desy terus menangis melihat dirinya disodomi oleh gelandangan yang mungkin membawa penyakit kelamin, tapi gelandangan tadi terus bergerak makin makin cepat, tangannya meremas buah dada Desy, membuat Desy menjerit karena puting susunya yang terluka ikut diremas dan dipilih-pilin. Akhirnya dengan satu erangan, gelandang tadi orgasme, dan Desy merakan cairan hangat mengalir dalam anusnya, sampai gelandangan tadi jatuh terduduk lemas di belakang Desy.
"Makasih ya Mbak! Saya puas sekali! Makasih." gelandangan tadi melepaskan ikatan Desy. Kemudian ia mendorong Desy duduk dan kembali mengikat tangan Desy ke belakang, kemudian mengikat kaki Desy erat-erat. Kemudian tubuh Desy didorongnya ke bawah meja kasir hingga tidak terlihat dari luar.
Sambi terus mengumam terima kasih gelandangan tadi berjalan sempoyongan sambil membawa beberapa botol bir keluar dari toko. Desy terus menangis, merintih merasakan sperma gelandangan tadi mengalir keluar dari anusnya. Lama kemudian Desy jatuh pingsan kelelahan dan shock. Ia baru tersadar ketika ditemukan oleh rekan kerjanya yang masuk pukul 6 pagi.
TAMAT
awek tumbex, tina dak sekolahMelayu-Boleh.Com - Gambar Bogel tudung gersang. Himpunan koleksi gambar awek melayu bogel lucah nakal. Tunjuk pepek dan puting tetek.
kartun tudung melayu lucah, gambar kartun lucah, gambar kartun melayu lucah, gambar tudung gersang, gambar gadis melancap mcmana, gambar kartun bogel, negro main ngan janda melayu, melayu tudung pepek, gambar kartun lucah bertudung, gmbr melayu bogel, tudung gersang blogspot, gambar kartun melayu seksi, gambar janda melayu bertudung bogel, gambar indon kopek besar main, gambar bogel tudung gersang, gambar bogel gersang melayu tudung, cipap kemut, cipap gersang, burit bogel, awek melayu tumblr page4Video Lucah : Layan Isteri Kuat Nafsu - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah
Koleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek
Apa khabar kekawan semua? Aku harap anda semua berada di dalam keadaan yang sihat, zahir dan batin. Pada kali ini aku nak berkongsi pengalaman sebenar yang aku alami pada suatu masa dulu. Kini ianya masih lagi berjalan dan aku harap ia akan kekal buat selamanya. Mungkin juga pengalaman dan kegiatan ku ini boleh dikongsikan oleh rakan-rakan untuk buat modal melacap. Tapi yang jelasnya aku bukan seorang penulis yang baik, cuma di laman ini nak berkongsi pengalaman aje.
Aku, sekarang nie sudah bekerja di salah sebuah syarikat di negeri Kelantan. Tak perlu ku nyatakan namanya, takut nanti terbocorkan lak rahsianya. Memang dah lama sebenarnya nak aku menulis di laman nie, tapi belum sampai seru agaknya. Tetapi kalau asyik dok baca cerita dan pengalaman orang rasa tak seronok gak kan. Eloklah kita kongsikan juga pengalaman seks kita ngan orang lain.
Terus terang aku katakan, aku lebih suka dan cepat stim kalau melihat orang yang sudah berkahwin berbanding dengan anak dara. Baik bini orang, janda atau mak datin. Mungkin kerana kerja ku saban waktu bergelumang dengan anak murid maka aku jadi tak terliur kepada mereka. Tapi demi terpandang aje bini orang, aku jadi bernafsu dan konek ku akan mula menegang. Stim le tu. Mulalah aku akan perbetulkan parking.
Aku mula berkenalan dengan Kak Zah, tukang masak di restoran yang berdekatan dengan pejabat aku. Memang sudah menjadi perangai aku, bila nak order makanan panas aje, aku akan ke dapur, menunggu dan melihat bagaimana Kak Zah memasak. Bermula dengan melihat, membantu dan akhirnya mula timbul keinginan untuk cuit mencuit dan bergurau senda. Ya lah kan bila dan selalu datang order, asyik dok tengok-tengok aje tak guna juga kan, lepas tu mula lah gatal nak cuit sana, cuit sini, cocok sana dan cocok sini. Kak Zah pulak aku rasa memang tak pernah marah pun, paling-paling dia marahpun hanya menunjuk kepada bossnya, takut kalau-kalau bossnya nampak.
Pernah beberapa minggu aku bergurau dengan Kak Zah, saja aku nak test power, aku cuit buah dadanya yang menonjol itu. Entah aku dah tak tahan sangat melihat penonjolan buah dada Kak Yah yang sebegitu rupa maka aku beranikan diri mencuitnya. Kak Zah hanya menjeling aje. Dalam fikiran aku dah mula mengira-gira yang Kak Zah tak marah mungkin dia nak lebih lagi kot. Selepas kejadian itu, bila aku ke dapur, demi terlindung sahaja aku akan ramas dan peluk Kak Zah. Tapi tak lama la takut nanti terserempak dengan bossnya pulak naya aku. Kegiatan ini aku buat pada sebelah petang, bila orang dah tak ramai dan restoran pun dah nak tutup.
Tak beberapa lama lepas itu, aku mula merancang untuk pergi lebih jauh lagi dengan Kak Zah setelah aku confirm yang Kak Zah juga mempunyai keinginan yang sama. Cuma mungkin atas dasar sifatnya yang pemalu maka dia tak tonjolkan.
Untuk pengetahuan kekawan pembaca semua, Kak Zah ini baru berumur dalam linkungan 30an, bodynya masih solid, mumpuyai buah dada yang besar dan kulit yang agak putih sedikit. Dah ada anak dua. Lakinya kerja kampung aje. Dia kerja kerana nak bantu ringankan beban suaminya.
Suatu hari, aku dapat berita yang Kak Zah ada bergaduh dengan suaminya. Aku tak tahu pasal apa. Padan pun pada hari tu bila aku ke restoran berkenaan aku lihat Kak Zah masam dan gelisah aje. Aku pun cadangkan pada Kak Zah agar mengambil cuti dan aku bercadang untuk ajak Kak Zah keluar makan, dan mendengar cerita perbalahananya dengan suaminya.
Kak Zah setuju, dan aku pula kebetulan, pelajar sedang bercuti maka aku boleh keluar. Aku bawa Kak Zah makan di sebuah kedai. Semasa makan aku cuba korek rahsianya. Tapi suasana agak bising dan Kak Zah tak dapat nak konsentrait pada ceritanya. Selepas makan aku cadangkan agar Kak Zah ke rumah sewa bujangku untuk meneruskan ceritanya. Kak Zah setuju.
Sesampai aje Kak Zah di rumah sewa bujang aku, dia terus duduk di atas sofa. Kainya terselak sedikit dan aku dah mula stim. Konek aku dah menegang 90 darjah. Aku mula bertanyakan pasal pertengkaran Kak Zah ngan husbandnya. Kak Zah meneruskan bercerita dan sekali sekala aku menyokong Kak Zah, bahawa tindakan yang dia ambil itu betul. Aku sebenarnya tak beri tumpuan sangat pada ceritanya, aku lebih suka melayan fikiranku bagaimana untuk merasai tubuh Kak Zah. Ikan dan ada di depan mata sekarang nie, cuma tak tahu bagaimana nak mula.
Sedang Kak Zah dok bercerita tu, entah macam mana dia mula menanggis. Aku dah panik. Tanpa aku sedara kau mula beralih ke sebelahnya dan mula memeluknya bagi meredakan esakan tanggisnya. Kak Zah juga membalas pelukan aku. Lebih erat lagi. Selepas beberapa saat, aku mula mententeramkan Kak Zah sambil menepuk-nepuk belakangnya. Semasa berpeluk itu, aku dapat rasakan kehangatan bila buah dada Kak Zah melekat kat dada aku. Tanpa membuang masa, aku terus mengambil kesempatan ini dengan menjalarkan jari jemari ku ke buah dada Kak Zah. Aku mencium tengkuknya bertalu-talu. Aku mengigit teliganya dan mula menjilat-jilat pangkal lehernya.
Aku juga berasa seronok bila konekku dikulum dan dihisap oleh Kak Zah. Setelah adegan ini berlangsung lebih kurang 20 minit, aku mula menukar posisi. Aku berdiri betul-betul di celah kangkang Kak Zah menghadap cipapnya. Ku lihat mata Kak Zah sudah kuyu dan cipapnya terus basah. Aku angkat sebelah kaki Kak Zah ke leherku dan menggerakan konekku hampir dan bersentuh dengan cipapnya. Aku tidak terus masukkan konek ku ke dalam cipap Kak Zah, aku mainkan konek ku di pinggir lubang cipap Kak Zah buat seketika. Kak Zah terus merayu aku supaya memasukan konek aku terus ke dalam cipapnya. Sudah tak tahan katanya. Aku terus menekan konek ku ke lubang cipapya dan terus mengelungsur masuk ke dalam cipap Kak Zah. Aku mula mendayung. Keluar masuk konek aku ke dalam cipap Kak Zah.
Aku bongkokkan sedikit badan aku, untuk meramas buah dada Kak Zah sambil aku terus mendayung. Kak Zah mula menggeliat setiap kali aku lajukan pendayungkan aku. Tak semena-mena aku rasa Kak Zah menguatkan kepitan pehanya ke atas ku, dan aku lihat Kak Zah sudah pun climaks buat kali yang pertama. Buat seketika aku biarkan keadaan itu. Selepas keadaan pulih, aku minta kak Zah menonggeng untuk aku lakukan doggy stail. Kak Zah tak membantah. Aku mula menunggang Kak Zah dari belakang. Makin lama makin laju. Makin kuat dan Kak Zah makin mengerang kesedapan. Lebih kurang 15 minit menonggeng Kak Zah dari belakang, aku mula kejang, Aku rasakan bagai nak meletup. Aku eratkan pegangan ku ke pinggang Kak Zah dan aku memancutkan air mani ke ke dalam cipap Kak Zah semasa kami berada dalam posisi doggy stail. Aku biarkan konek aku terus berendam di dalam cipap Kak Zah. Bila aku keluarkan konek aku, Kak Zah terus menghisap konek aku. Habis cecair yang melekat kat konek aku dihisapnya.
Selepas itu, kami berpelukan dan saling berpandangan. Masih lagi dalam keadaan bogel. Kak Zah mengucapkan terima kasih kerana memberinya kenikmatan dan meringankan bebanan masalahnya dnegan mengadakan hubungan jenis dengannya. Aku juga mengucapkan terima kasih kerana kak Zah membiarkan dirinya dikocak oleh aku.
Kami berehat seketika dan selepas itu, aku menghantar Kak Zah ke rumahnya. Dan kami berjanji untuk melakukan lagi persetubuhan ini, bila ada waktu dan keadaan mengizinkan.
Itulah sahaja catatan pengalaman ku untuk kali ini. Kalau ada masa di lain kali aku ceritakan lagi pengalaman aku bersetubuh dengan bini orang.
Koleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek
Akhir-akhir ini banyak ditentang kekerasan dalam keluarga, khususnya tindak kekerasan suami terhadap isterinya. Akupun sebagai wanita semula juga setuju dengan penentangan itu. Tetapi pengalaman yang kujalani memberikan pandangan lain, aku bisa menerima bahkan amat menikmati kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadapku.
Aku ingin membagi pengalamanku ini berdasarkan kenyataan di lapangan, bahwa banyak wanita mengalami kekerasan dari suaminya dan mereka mengadakan penentangan tersebut, baik penentangan itu berupa tindakan untuk minta cerai maupun penentangan itu dilakukan secara psikologis saja, karena ia tidak berdaya. Penentangan, khususnya penentangan secara psikologis itu malah membuat si wanita menderita tanpa bisa berbuat apa-apa. Pengalamanku ini perlu kubagi, pertama karena ternyata di balik rasa sakit yang tak terperikan itu, ada rasa nikmat yang jauh lebih nikmat daripada hanya melayani suami secara "normal". Kedua, ternyata banyak juga pasangan suami isteri yang mengalami masalah kelainan ini, baik si isteri maupun si suami tapi karena tidak memahami permasalahannya, mereka ambil jalan pintas untuk cerai.
Ceiteraku ini kuawali dengan pertanyaan yang kutujukan pada anda, khususnya pada sesama wanita. Pernahkah anda menginginkan setiap saat anda menangis menjerit-jerit kesakitan sambil meronta-ronta berkelojotan dengan tubuh berlumuran darah penuh luka? Sama dengan anda, akupun tak pernah menginginkan, bahkan memikirkan saja tak pernah. Tapi nasib membuatku setiap saat membiarkan tubuhku disiksa sampai aku hrs menjerit melolong-lolong kesakitan. Namun akhirnya aku bisa menerima hal itu, bahkan kini aku bisa menikmatinya, kini justru aku yg memintanya bila Ifan tak menyiksaku.
Aku benar-benar menjadi ketagihan untuk mengalami siksaan yang mendatangkan rasa sakit yang tak terperikan, sebab ternyata di balik rasa sakit yang amat sangat, bila sampai ke tahap tertentu ketahanan kita, justru akan kita rasakan kenikmatan yang jauh lebih hebat daripada kalau kita melakukannya dengan normal. Juga bagi suami akan mendatangkan rasa nikmat yang jauh lebih hebat saat tubuh si isteri mengejang keras menahan rasa sakit yang hebat, sebab pada saat itulah vagina si isteri akan menjepit kuat-kuat kemaluan si suami; dan tentu saja ini mendatangkan rasa nikmat yang luar biasa bagi suami.
Ketika aku berpacaran dengan Ifan, akupun tak pernah membayangkan akan mengalami nasib spt itu. Ifan penuh perhatian, amat menyayangiku dan selalu memanjakanku. Ia juga punya masa depan yg pasti sbg pengusaha muda yg sukses. Ia benar-benar pria idola gadis-gadis, ia amat sempurna tiada cacat sedikitpun, ia amat gagah dan tampan. Akupun hrs bersaing ketat dengan gadis yg lain utk mendapatkannya, karena itu aku amat bahagia bisa bersanding di pelaminan dgnnya.
Aku gemetar ketika hrs tidur berdua dengan Ifan seusai pesta pernikahandi di malam pertama, bagiku malam itu pertama kali aku tidur di samping pria. Tubuhku menggigil dan keringat membanjiri tubuhku ketika tangan Ifan mulai menyelinap di balik gaun tidurku dan dengan lembut meremas susuku. Ingin aku mencegah tangan itu meneruskan meremas-remas daging lembut di dadaku, tapi aku sadar BHw aku kini adalah isterinya. Aku pasrah saja ketika tangannya mulai membuka baju tidurku dan dengan pelan melepas satu persatu pakaianku hingga aku tergolek telanjang bulat di sisinya. Sebenarnya aku malu sekali ia melihat tubuhku yg telanjang, tapi aku menyadari BHw Ifan kini adalah suamiku, krn itu kubiarkan saja ketika bibirnya mulai mengulum puting susuku. Tubuhku bagaikan kena aliran listrik, panas dingin nggak karuan ketika lidahnya mulai menari-nari di susuku, menyebabkan rasa nikmat yg belum pernah kurasakan, apalagi ketika kemudian tangan Ifan mulai membelai-belai dan mengelus-elus kemaluanku dengan tetap mulutnya mengulum kedua susuku bergantian. Gairah mulai menggelora dalam tubuhku dan aku secara mulai menyambut cumbuan Ifan. Tak ada lagi rasa malu, gejolak dlm diriku membuatku lupa segalanya, kupagut dan kupeluk tubuh Ifan dengan gemas dan liar, dan baik mulut maupun tangan Ifanpun semakin liar menjelajahi bagian-bagian yg peka di tubuhku membuat gairahku semakin menggelora dan aku sudah menantikan saat-saat yg membahagiakan ketika Ifan mulai menindih tubuhku dan salah satu bagian tubuh Ifan mendesak dan menekan ingin menerobos tubuhku. Aku semakin liar dan ganas memagut dan memeluk Ifan, seolah-olah ingin semua tubuhnya kulumat dan kumasukkan ke tubuhku.
Tiba-tiba Ifan mengeluh lalu lemas terkulai di atas tubuhku. Nafsunya yg tadi menggelora membakar dirinya padam seketika meski ia tetap memelukku erat-erat. Aku yg menginginkan lebih banyak lagi darinya seketika ikut mendingin dan kembali spt semula. Ifan dengan lemas turun dari atas tubuhku lalu terpekur diam. Ifan mohon maaf atas perlakuannya pdku. Aku bisa memahami sepenuhnya bila ia masih mengingat Ida, karena itu aku belai-belai kepalanya dng penuh kasih.
Ternyata kejadian tsb tidak hanya sekali itu saja. Aku tetap amat bahagia mendampinginya, kecuali dlm satu hal, setiap dia mau melakukan fungsinya sbg suami pasti terhenti di tengah jalan.
Satu kali dua kali aku masih bisa menerimanya tapi setelah berkali-kali gagal sebenarnya di hati kecilku mulai tumbuh kekecewaan dan kekesalan juga, namun semua hal itu kupendam dalam-dalam dan tak kuperlihatkan betapa kecewa hatiku ketika gelora nafsu sedang bergolak naik tiba-tiba hrs dipadamkan. Aku tetap berusaha tampak bahagia, apalagi Ifan semakin memanjakan dan memperhatikan aku. Semua hal hampir tak boleh kukerjakan, dia sendiri yg mengerjakan. Aku benar-benar tak tahu apa yg hrs kuperbuat setiap Ifan memohon maaf pdku setiap kegagalannya. Meski sebulan sudah aku menjadi pengantin, aku masih tetap perawan.
Malam itu kami menonton video porno di kamar tamu dan adegan-adegan di film itu membuat kami terangsang. Satu persatu pakaian kami lepas dari tubuh kami dan kami bercumbu di sofa di ruang itu. Tapi kembali ketika sedang mendaki ke puncak kenikmatan, Ifan melemas lagi. Entah siapa yg memulai, kami bertengkar dan itulah pertengkaran pertama kami sejak kami pacaran. Pertengkaran semakin hebat dan membuat kami lepas kendali sampai dia membentak:
"Ika kupukul kau kalau nggak diam!"
Dibentak spt itu bukan membuatku takut, malah aku menantangnya:
"Coba ayo pukul .. ayo pukul .." kataku sambil mendekatkan diri
"Ika .. kuperingatkan kau .." bentaknya tampak ia benar-benar menahan marah yg luar biasa, wajahnya merah padam, matanya melotot dan giginya berkerot-kerot, tapi aku nggak takut sama sekali, malah membuatku lebih berani. Mungkin kekecewaan yg selama ini kucoba untuk kusembunyikan akhirnya meledak juga.
"Ayo kalau kau lelaki, pukul aku .. wong kau selama ini terbukti bukan lelaki .."
Perkataanku belum selesai ketika Ifan tiba-tiba merenggut cambuk hiasan yg menempel di dinding ruang tamu dan seolah aku nggak percaya melihatnya, ia mengangkat cambuk itu dan ..
"Auughh.." aku melolong keras sekali, tubuhku terasa terbelah menjadi dua oleh rasa sakit yg tak pernah terbayangkan olehku ketika cambuk itu mendera tepat di dadaku, melibas kedua susuku terus melingkar ke punggungku. Kakiku terasa lemah dan tak sanggup menopang tubuhku, aku jatuh berlutut di karpet. Belum sempat aku mengambil nafas kembali aku menjerit sekuat-kuatnya ketika Ifan kembali menyabetkan cambuk di tangannya ke punggungku. Gemeretak gigiku menahan rasa sakit yg menyeruak sampai ke seluruh tubuhku sampai kepala ini seolah meledak merasakan rasa sakit yg tiada tertahankan ketika kembali cambuk itu mendera kedua susuku terus melibas melingkar memotong tubuhku. Limbung aku seketika merasakan rasa sakit yg tiada terperikan itu dan aku jatuh terguling di karpet. Tampaknya kemarahan Ifan belum turun, belum sempat aku mengambil nafas, kembali punggungku serasa terbelah oleh rasa sakit yg seolah meledakkan kepalaku.
Aku terus berusaha menghindar dengan berguling-guling di karpet sambil meringkukkan tubuhku sekecil mungkin tapi Ifan terus mengejar dan terus menyabetkan cambuk itu berkali-kali.
"Aadduuhh .. huuhuuhuu .. aampuunn .. hhentikkaann ..aadduhh .. ssaakitt .. hhuuhhuuhhuu .. aampuunn .." aku memohon-mohon pada Ifan utk segera menghentikan mencambuki diriku.
Tiba-tiba Ifan membuang cambuk di tangannya dan kukira selesai, tetapi ternyata tidak. Ifan lalu menubruk tubuhku yg meringkuk di lantai, ditelentangkannya tubuhku dengan kasar lalu ia menindihku dan tangannya dengan keras meremas kedua susuku yg luka-luka akibat sabetan cambuk tadi. Aku merintih dan menangis kesakitan, rasa sakit akibat cambukan belum habis kini ditambah dengan Ifan yg dengan buas dan liar mengulum dan menggigit kedua puting susuku.
Aku kembali menjerit-jerit kesakitan, tapi Ifan malah semakin ganas meremas, menggigit dan entah apalagi yg dilakukan pd diriku. Ketika kurasakan giginya mengigit puting susuku kuat-kuat, aku meronta-ronta sambil menangis karena rasa sakit yang tak tertahankan lagi, sampai aku ingin pingsan saja.
Dgn kasar direnggangkannya kedua pahaku dan kembali terasa milik Ifan berusaha menembus lubang kemaluanku. Ifan dengan liar dan ganas menekankan miliknya sambil tetap menggigit susuku membuat aku menangis menjerit-jerit kesakitan. Ifan bukannya reda melainkan bertambah ganas dan kuat menekankan miliknya dan .. krekk .. terasa ada sesuatu yg robek dlm lubang kemaluanku.
Aku menjerit pelahan, rasa pedih terasa dlm kemaluanku dan aku mendorong Ifan, tetapi apalah arti tenagaku melawan Ifan yg spt kesetanan itu. Semakin aku mengaduh kesakitan ia malah semakin kuat dan cepat mengayun-ayunkan pantat dan bagian bawah tubuhnya membuat miliknya bergerak keluar masuk lubang kemaluanku. Rasa nikmat mulai menyeruak di sela-sela rasa sakit yang masih mendenyut-denyut di seluruh tubuhku, dan rasa nikmat itu semakin lama semakin nyata kurasakan hampir mengalahkan rasa sakit yg mendera seluruh tubuhku.
Kupagut tubuh Ifan yg masih terus menindih tubuhku sambil meremas dan mengulum kedua susuku. Ifan semakin liar dan ganas menggerak-gerakkan miliknya dalam rongga tubuhku membuat diriku melayang-layang di awan kenikmatan sampai pd suatu saat ia merangkulku sekuat-kuatnya sambil membenamkan miliknya sedalam mungkin dan menggerakkan secepat mungkin menyebabkan rasa nikmat yg belum pernah kurasakan. Aku melenguh dan memagut dia sekuat-kuatnya dan kami larut dalam kenikmatan yg tiada tara. Namun bersamaan dengan itu, rasa sakit yang amat sangat kembali menyeruak ke otakku sampai kepalaku terasa mau meledak ketika pada puncaknya nikmat itu Ifan menggigit puring susuku kuat-kuat.
Tubuhku meronta dan mengejang menahan rasa sakit yang amat sangat dan tiba-tiba terasa vaginaku menjepit milik Ifan dengan kuat dan Ifan kesulitan menggerakkan miliknya dalam rongga tubuhku. Namun tampaknya Ifan justru merasakan puncak kenikmatan dan terasa cairan hangat menyemprot dari milik Ifan menjadikan rasa sakit yang kurasakan bercampur rasa sakit yang tak terhingga.
Hampir pingsan aku merasakannya. Tubuhku lemas seolah tak bertenaga. Rasa sakit yang mendenyut-denyut menyadarkanku dan kutolakkan tubuh Ifan yang masih menindihku. Berbagai perasaan mengaduk-aduk dalam diriku. Aku marah, terkejut, menyesal sekaligus juga senang bercampur aduk. Marah sebab aku tak menyangka Ifan memukuliku seperti itu. Terkejut, aku tak menyangka Ifan yang biasanya menyayangiku tiba-tiba berubah menjadi setan iblis yang berbuat sekasar itu. Menyesal, mengapa Ifan sampai berbuat seliar itu memperkosaku, padahal aku menginginkan diperlakukan dengan lembut dan hangat. Tapi aku juga senang, ternyata Ifan nggak impoten seperti yang kutakutkan; dan aku juga senang bisa mempersembahkan keperawananku pada suamiku.
Aku menangis tersedu-sedu, tidak saja oleh berbagai rasa yang mengaduk-aduk perasaanku seperti yang kuceriterakan di atas, tapi juga oleh rasa sakit yang mendenyut-denyut di sekujur tubuhku. Rasa sakit seolah-olah menyentak-nyentak dari bekas cambukan di punggung dan dada, dan bekas gigitan Ifan di puting susuku. Juga ada rasa perih di selangkanganku.
Rupanya isak tangisku menyadarkan Ifan yang masih tergolek lemas setelah kutolakkan dari atas tubuhku. Dengan cepat ia memelukku dan memohon-mohon maaf padaku sambil ikut menangis.
Semula aku masih marah dan kutolakkan tangannya yang mau memelukku. Tapi Ifan benar-benar menangis kaya anak kecil, ia memohon-mohon maaf dan berjanji tak akan berbuat kasar lagi kepadaku. Akhirnya luluh juga hatiku dan ketika entah ke berapa puluh kalinya ia memohon maaf, dengan pelan kuanggukkan kepalaku dan kubiarkan tangannya memelukku. Ia amat senang aku memaafkannya, dengan cepat ia bangkit dan menuju kotak P3K. Diambilnya obat dan kapas. Ifan kembali menjadi Ifan yang selama ini kukenal, kembali lembut dan penuh kasih sayang. Dengan masih memohon-mohon maaf serta berjanji tak akan memukulku diambilnya handuk dan dibasahinya dengan air hangat. Disekanya tubuhku yg penuh dengan bilur-bilur, beberapa di antaranya sampai mengeluarkan darah.
Aku merintih ketika luka-luka bekas cambukan itu kena handuk basah. Rasa pedih yang amat sangat menyentak-nyentak sampai ke otakku, apalagi setelah diusap dengan obat luka yang amat pedih kurasakan. Aku tidak hanya merintih, tetapi menangis sambil mengaduh kesakitan.
Tiba-tiba kurasakan tangan Ifan gemetar dan matanya yang tadi lembut berubah menjadi ganas, kembali seperti ketika tadi ia memperkosaku. Aku semakin meringis kesakitan sambil mengaduh keras-keras ketika tangannya yang mengusapkan obat yang amat pedih ke susuku tiba-tiba mencengkeram kedua susuku dengan kuatnya. Aku meronta-ronta tapi Ifan tampak sudah lupa diri. Dengan kasar kedua tanganku yang berusaha menutupi kedua susuku dipegangnya dan ditekan ke atas kepalaku. Dengan ganas dan liar kembali bibirnya mengulum puting susuku yang masih sakit, membuat kumenjerit kesakitan.
Jeritanku, rontaanku malah membuatnya semakin ganas, tidak saja ia mengulum kedua puting susuku, namun ia menggigitnya keras-keras membuatku semakin keras menjerit-jerit kesakitan sambil meronta-ronta berontak ingin lepas dari tindihannya. Namun Ifan justru semakin liar dan ganas. Kepalanya terus turun dari dadaku, menjelejahi perutku, lalu aku tak tahu bagaimana melukiskan rasanya ketika kurasakan lidahnya menyentuh kelentitku, sementara kedua tangannya kini meremas-remas susuku sekuat-kuatnya. Rasa nikmat bercampur rasa sakit membuatku semakin meronta-ronta.
Aku semakin menjerit-jerit histeris, nggak tahu apakah jerit kesakitan atau jerit kenikmatan ketika kurasakan kelentitku dihisapnya kuat-kuat sehingga hampir seluruhny masuk ke dalam rongga mulutnya dan kurasakan lidahnya bergerak licah kesana-kemari mempermainkan kelentitku yang ada dalam mulutnya di sela-sela gigi-giginya. Namun kemudian aku benar-benar menjerit kesakitan, bahkan sampai meraung-raung ketika kurasakan gigi-gigi Ifan menggigit dan mengunyah kelentitku. Aku benar-benar merasakan rasa sakit yang amat luar biasa. Semakin aku menjerit semakin buas pula Ifan menggigit dan mengunyah kelentitku.
Aku sudah hampir pingsan ketika Ifan menghentikan gigitan dan kunyahannya di kelentitku. Ia kembali berubah menjadi binatang buas yang mengerikan. Dengan kasar direnggangkan kedua pahaku dan kembali ia menindihiku sambil memasukkan miliknya dalam kemaluanku. Aku meronta-ronta sekuat-kuatnya karena sambil menggerakkan miliknya keluar masuk dalam lubang kemaluanku, kini mulut Ifan kembali menggigit dan mengunyah-ngunyah kedua puting susuku secara bergantian. Semakin kuat aku meronta, semakin keras aku menjerit dan menangis kesakitan, Ifan semakin ganas pula sampai akhirnya terasa tubuh Ifan menekan tubuhku sekuat-kuatnya dan giginya yang tajam terdengar bergemeletuk menggigit puting susuku sampai aku meronta sekuat-kuatnya dan terasa kembali cairan hangat menyemprot ke dalam lubang kemaluanku. Ada rasa nikmat tapi rasa nikmat itu masih terkalahkan oleh rasa sakit yang tiada tara.
Kami tergolek lemas, tenagaku benar-benar sudah habis, tak kuasa aku menggerakkan ujung jariku saja. Kubiarkan Ifan tetap terbaring menindihi tubuhku. Aku menangis tersedu, tidak saja oleh rasa sakit yang masih mendenyut-denyut dari bekas cambukan punggungku dan bekas gigitan Ifan di kedua susuku, melainkan lebih oleh rasa sakit hati dan kecewa. Betapa Ifan yang kucinta sepenuh hati dan ingin kuserahkan segenap hidupku, jiwa ragaku, kok tega berbuat sekasar itu pada diriku.
Mendengar tangisku, Ifan tampaknya tersadar dan dengan cepat meloncat dari atas tubuhku. Aku bisa bernafas lega sebab ia sudah tidak menindihku lagi. Ifan tampak melotot memandangi tubuhku yang telanjang dan darah meleleh dari kedua puting susuku yang luka akibat gigitannya. Ifan tersadar dan kembali menangis memohon-mohon ampun dan aku yang masih lemas tak mampu menolak tangannya yang mengusap-usap kedua putingku yang luka, meski sebenarnya aku ingin marah dan tak sudi disentuh. Tapi mulutku tak bisa menahan aduhanku ketika Ifan membersihkan darah yang mulai mengering dari puting susuku. Mula-mula Ifan dengan hati-hati membersihkan darah dari sekitar puting susuku, namun lama-lama ketika mendengar rintih kesakitan dari mulutku, tangan Ifan semakin kuat mencengkeram kedua susuku. Pasti saja aku merintih lebih keras sambil meronta-ronta.
Selanjutnya Ifan semakin ganas meremas-remas dan mencubit puting susuku, bahkan memilin-milin puting susuku yang luka itu sehingga terasa darah kembali merembes keluar membasahi tangan Ifan. Akibatnya aku semakin meronta-ronta dan rtintihan kesakitanku semakin keras dan Ifanpun semakin liar, semakin ganas dan semakin buas memperlakukan aku yang sudah nggak bisa melawan lagi. Ketika rasa sakit tak bisa kutahan lagi, aku meronta-ronta sambil menjerit-jerit kesakitan tetapi justru hal itu semakin membuat Ifan semakin buas dan liar. Ditelentangkan kembali aku yang berusaha telungkup agar kedua susuku selamat dari remasannya, lalu direnganggkannya kedua pahaku dan ia sudah di atas tubuhku. Dengan ganas dan liar ia kembali menyetubuhiku, sambil mulutnya mengulum, menggigit dan mengunyah kedua susuku secara bergantian. Aku hanya bisa meronta dan menjerit kesakitan, namun Ifan semakin liar dan cepat sampai akhirnya ia mengigit putingku sekuat-kuatnya ketika ia mencapai puncaknya dan akupun menjerit sekeras-kerasnya karena menahan rasa sakit yang tak terperikan.
Rasa sakit yang amat sangat menjadikan tubuhku mengejang dan akibatnya kembali milik Ifan terjepit kuat oleh vaginaku yang menegang dan mengencang ketika aku menahan rasa sakit yang amat sangat. Ifan kesulitan menggerakkan miliknya karena kuatnya jepitan vaginaku. Namun hal itu justru membuat Ifan semakin kuat menekan dan menarik miliknya sambil dari mulutnya yang menggigit puting susuku juga keluar erang kenikmatan, sampai akhirnya kembali terasa cairan hangat menyemprot ke dalam vaginaku. Rasa sakit yang amat sangat membuat pandanganku gelap dan aku tak ingat apa-apa lagi.
Aku tersadar dari pingsanku ketika kurasakan rasa sakit berdenyut-denyut dari dadaku dan ketika kubuka mataku, Ifan tampak membersihkan darah yang semakin banyak merembes membasahi kedua bukit susuku. Mendengar desis kesakitanku, terasa tangan Ifan meremas susuku semakin kuat. Hal ini membuat aku kembali mengerang kesakitan sambil meronta.
Tampaknya erang kesakitanku kembali merangsang Ifan, ia semakin kuat meremas-remas susuku, lalu kembali ia mengulum, mengunyah dan menggigit kedua susuku, menjadikan aku kembali menjerit-jerit kesakitan. Namun hal ini justru membuat Ifan bertambah ganas dan kembali ia dengan liar dan ganasnya naik ke tubuhku dan aku hanya bisa menangis menjerit-jerit kesakitan ketika ia mengayun-ayunkan pantatnya di atas tubuhku dan mulutnya mengunyah dan mengigiti kedua puting susuku. Kembali rasa sakit yang amat sangat membuat tubuhku mengejang menahan rasa sakit dan kembali milik Ifan terjepit vaginaku sekuat-kuatnya sampai ia nggak bisa dengan mudah menggerak-gerakkan miliknya keluar masuk milikku.
Aku masih tergolek lemas tak kuasa menggerakkan sedikitpun semua anggota tubuhku ketika Ifan terpaksa berangkat ke kantor karena cuti bulan madunya habis. Ia harus bertugas ke luar daerah selama seminggu. Ia tampak amat khawatir dan sebenarnya tak ingin pergi, tapi bossnya di kantor telah meneleponnya. Ketika akan berangkat kembali Ifan menangis tersedu-sedu meminta maaf. Meski di satu sisi hatiku aku amat marah dan menyesal kawin dengannya yang memperlakukan aku dengan liar dan ganas sampai aku menderita rasa sakit yang tiada terperikan, namun di sisi relung hatiku yang lain aku tetap mencintainya dengan tulus. Akhirnya aku menganggukkan kepala sambil membelai-belai kepalanya yang tersedu-sedu di dadaku, ketika ia kembali dengan pandangan mata yang amat memelas meminta maaf. Aku berusaha tersenyum ketika menganggukkan kepalaku, dan mendorongnya untuk pergi bekerja. Akhirnya baru Ifan mau berangkat ke kantor.
Sepeninggal Ifan aku tercenung sendirian. Tubuhku masih sakit semua stlh semalaman nggak tahu berapa kali kami bercinta. Di satu sisi aku merasa bahagia krn ternyata Ifan tidak impoten seperti yg selama ini kupikirkan karena sebulan setelah pernikahan aku masih perawan; tapi di sisi lain aku mulai khawatir mengapa gairah Ifan justru terangsang ketika aku merintih kesakitan dan semakin ganas dan liar ketika aku menangis meronta kesakitan? Jangan-jangan .. aku tak berani meneruskan andai-andai dalam pikiranku.
Kusibakkan selimutku dan aku yg masih telanjang dengan tertatih-tatih berjalan menuju ke muka cermin. Rasa sakit yg amat pedih terasa di selangkanganku. Ketika aku berdiri di muka cermin, tampak masih ada darah mengering di pangkal pahaku.
Melihat itu aku bangga sebab aku bisa mempersembahkan keperawananku kepada Ifan yg amat kucintai. Tapi ketika mataku terarah ke bayangan tubuhku yg telanjang, aku bergidik ngeri. Masih terlihat jelas bilur-bilur merah tua malang melintang di sekujur tubuhku bekas cambukan tadi malam; dan juga tampak sekali gigi-gigi Ifan masih membekas di kedua puting susuku dan daerah di sekitarnya. Luka-luka itu masih merembeskan darah dan rasa sakitnya masih mendenyut-denyut terasa amat menyakitkan.
Kembali aku bertanya-tanya. Seribu satu pertanyaan masih berputar di kepalaku. Mengapa Ifan justru terangsang hebat stlh mencambuki aku? Mengapa ketika aku meronta sambil menangis menjerit-jerit kesakitan justru Ifan menubrukku dengan ganas dan akhirnya berhasil merobek selaput keperawananku? Mengapa setelah itu ketika membelai tubuhku yg sakit dan aku merintih kesakitan justru gairah Ifan bangkit lagi? Mengapa Ifan semakin ganas menggigiti kedua susuku sampai aku meronta-ronta dan menangis kesakitan? Apakah Ifan ..? Pertanyaan itu sengaja tak kuteruskan sebab aku takut sendiri akan jawabannya.
Dgn malas aku kembali berbaring sambil mengambil roti lapis yg tadi sudah disiapkan Ifan ketika mau berangkat. Ketika memegang roti panggang lapis daging dan susu hangat di gelas, aku teringat Ifan, betapa dia masih menyempatkan menyiapkan makanan itu untukku? Betapa dia penuh penyesalan sampai memangis ketika gairahnya telah mereda dan melihat tubuhku yg penuh luka? Namun kenapa ia kembali menjadi ganas dan liar begitu mendengar rintih kesakitanku? Apakah aku hrs mengalami spt ini setiap melayani Ifan? Kembali aku nggak berani menjawab. Aku takut membayangkan kenyataan yang terbentang di hadapanku.
TAMAT
nikmat pengalaman malam pengantin pertama, berita sex melayu malam pengantin nikmat, kisah seks melayu pada malam pertama, Kisah seks melayu ustazah yang gairah, koleksi cerita melayu malam pertama, lucah di rogol nikmat, melayu gairah habis, melayu malam pertama, nikmat remas ustazah, kisah gairah lucah melayu, Gelora nafsu ustazah yg tak berdaya, cerpen melayu malam pertama, cerita lucah ditentang, cerita lucah siksa, cerita malam pengantin cerita nikmat, cerita melayu boleh kongkek, Cerita melayu lucah remas tetek, cerita melayu malam pertama, cerita seks dirogol suami malam pertama dan kenikmatan, cerita seks melayu ganas pukulKoleksi gambar awek tudung bogel, jilbab bogel, gadis hijab bogel, jilboob, melayu tudung lucah nakal
Video Lucah : Hot Couple - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah
Video Lucah : First Time Anal - Koleksi Video Lucah, Video Seks, Melayu Sex, Adult Video, Video Melayu Lucah, Klip Lucah
Koleksi cerita lucah, kisah lucah, kisah sex, baca lucah, majalah lucah melayu terbaek